Liputan6.com, Sumenep – Penantian puluhan tahun warga Pulau Raas, Kecamatan Raas, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, akan adanya listrik terjawab. Pada 2015 lalu, pulau yang terdampak eksplorasi perusahaan Minyak dan Gas (Migas) bisa menikmati listrik untuk memperlancar aktivitasnya pada malam hari melalui bantuan PT. Kangean Energy Indonesia (KEI).
Warga desa penerima bantuan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk program kelistrikan itu gembira dengan listrik yang mampu menerangi rumah-rumah warga desa setempat. Malam hari mereka kini lebih produktif dari sebelumnya.
"Kami sangat senang dengan adanya PLTD di desa ini karena biasanya pada malam hari gelap gulita. Kini di sini sudah mulai terang," kata salah satu warga Desa Tonduk, Pulau Raas, Rustan Efendi, Minggu, 15 Oktober 2017.
Advertisement
Rustan menjelaskan setelah program kelistrikan masuk ke desanya, tidak hanya mampu menerangi rumah, masyarakat juga lebih mudah menyerap informasilewat menyalakan televisi. Tanpa aliran listrik, televisi yang ada di rumah warga hanya jadi pajangan.
Baca Juga
Keberadaan listrik juga berpengaruh besar terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Sebelum adanya listrik, warga yang tinggal di daerah pulau itu tidak bisa membuat es batu dan menjalankan aktivitasnya pada malam hari.
"Kini kami sudah bisa membuat es batu untuk dijual kepada para nelayan yang akan dijadikan pengawet ikan hasil tangkapan melaut," kata Rustan. Â
Meskipun listrik belum menyala selama 24 jam, masyarakat daerah setempat tetap nyaman. Utamanya saat anak-anaknya mengaji di malam hari. Sebelumnya, warga hanya mengandalkan lampu teplok dan petromak untuk beraktivitas pada malam hari.
Dari 3.000 Kepala Keluarga (KK) di Desa Tonduk, Pulau Raas, terdapat 723 KK yang teraliri listrik dari program Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) bantuan dari PT. Kangean Energy Indonesia (KEI). Sebagian lainnya mendapatkan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) maupun genset.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di desa itu, terdapat dua mesin generator masing-masing berkapasitas 130 KVA. Dua mesin tersebut dinyalakan secara bergiliran per enam jam sekali, karena listrik yang mengalir ke rumah warga menyala selama 12 jam, mulai pukul 17.30 WIB sampai pukul 04.30 WIB.
Setiap pelanggan dikenakan Rp 25.000 per bulan dengan kapasitas lampu sebesar 10-15 Watt. Namun, warga yang memiliki televisi dikenakan biaya lebih tinggi, sebesar Rp 65.000 – Rp 75.000 sesuai dengan kapasitas besaran watt di masing-masing televisi tersebut.
"Kami berharap ke depan selain bantuan listrik, juga ada bantuan pemberdayaan untuk masyarakat dari PT. KEI," kata Kepala Desa Tonduk, Sri Hajati Rahma, kepada Liputan6.com.
Saksikan video pilihan berikut ini: