Sukses

Tunggakan Utang Pengungsi Gunung Agung Capai Rp 1 Triliun Lebih

Banyak pengungsi Gunung Agung menunggak pembayaran utang di bank akibat mandeknya aktivitas ekonomi di Karangasem, Bali.

Liputan6.com, Karangasem - Bupati Karangasem I Gusti Ayu (IGA) Mas Sumatri memaparkan, dari 500 ribu jiwa penduduknya, 130 ribu lebih jiwa dari 28 desa pergi mengungsi sejak Gunung Agung ditetapkan berstatus Awas.

Tentu saja, ratusan ribu warga yang mengungsi itu hilang pendapatan, mereka tak bisa lagi bekerja. Tak hanya pengungsi, warga yang tak mengungsi pun tetap terdampak. Aktivitas ekonomi di Kabupaten Karangasem, Bali, berhenti berdenyut.

"Tapi, warga yang tidak mengungsi juga merasakan dampak sama," ucap Sumatri ‎di Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Gunung Agung di Pelabuhan Tanah Ampo, Kabupaten Karangasem, Bali, Kamis (19/10/2017).

Perputaran roda ekonomi di kabupaten paling timur Pulau Bali itu pun mandek. "Boleh saya katakan pekerjaan tidak ada lagi. Meski tidak mengungsi, tak ada kerjaan, ekonomi terancam," ujarnya.

Lantaran itulah, menurut Bupati Karangasem, kegiatan apa pun yang dimiliki oleh kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota lain di Bali sedapat mungkin bisa diarahkan ke wilayah yang dipimpinnya. "Tentu Karangasem mesti diperhatikan," katanya.

Akibat kegiatan ekonomi yang terhenti, ada banyak warga yang pada akhirnya menunggak pembayaran utang. "Kita sedang menghitung berapa jumlahnya. Kemarin saya dapat laporan sudah Rp 1 triliun sekian. Itu utang mereka di bank," ujar Sumatri.

Namun, angka pastinya belum didapat. "Itu laporan kredit yang belum bisa dilunasi warga," tutur dia.

Angka sesungguhnya diduga akan jauh lebih besar dari laporan sementara itu. ‎"Itu mungkin baru satu atau dua bank saja. Bank lainnya masih banyak. Begitu kondisi kita (Kabupaten Karangasem) sekarang," IGA Mas Sumatri memungkasi penjelasan seputar kondisi ekonomi para pengungsi Gunung Agung.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 2 halaman

Pemasukan Daerah Mandek

Sebelumnya, Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri bercerita getir tentang ekonomi wilayah yang dipimpinnya mendadak lumpuh total pasca-status Awas Gunung Agung. Saat ini, nyaris tak ada PAD (pendapatan asli daerah) untuk kabupaten di ujung timur Pulau Bali itu.

Selama ini, Karangasem mengandalkan PAD dari galian C dan juga pariwisata. Namun, sekarang semua terhenti sejak Gunung Agung berstatus Awas.

"Mau tidak mau kita harus bekerja ekstra dari pandangan kita yang kosong karena tidak ada PAD sedikit pun," kata Sumantri ‎di Posko Utama Siaga Darurat di Pelabuhan Tanah Ampo, Kabupaten Karangasem, Bali, Selasa, 17 Oktober 2017.

Meski telah diyakinkan sedemikian rupa jika hanya beberapa daerah yang terdampak seandainya Gunung Agung meletus, Mas Sumatri menyebut, wisatawan tetap ketakutan berkunjung ke Karangasem.

"Sudah jelas tamu, walau kita kecilkan persoalan Gunung Agung ini, tapi tetap berdampak pada ekonomi kita," ucap dia.

Dengan habisnya PAD Karangasem, Sumatri berharap kepada semua pihak, baik kabupaten kota se-Bali, pemerintah provinsi, maupun pusat untuk bersama-sama menyelamatkan perekonomian Karangasem.

"Dengan tidak ada PAD sedikit pun, tentu kita memohon kepada semua pihak, baik kabupaten kota, provinsi, maupun pusat untuk bersama-sama bagaimana menyelamatkan Karangasem ke depan," ujarnya.