Liputan6.com, Kebumen - Munculnya buaya muara di sawah warga Desa Kadungwinangun, Kecamatan Klirong, saat Sungai Luk Ulo meluap Selasa, 17 Oktober 2017 lalu membuktikan bahwa sungai itu benar-benar dihuni kawanan buaya muara. Padahal, seperti diakui warga lokal, penampakan buaya di Sungai Luk Ulo hampir belum pernah terjadi di waktu-waktu sebelumnya.
Buaya dilaporkan muncul pertama kali di Buluspesantren yang masih berdekatan dengan muara di Pantai Selatan, Juni 2017 lalu. Perlahan, buaya itu masuk jauh ke wilayah hulu.
Hingga saat ini, tercatat tiga laporan penampakan buaya di Sungai Luk Ulo disampaikan. Pertama pada Juni 2017 lalu di Desa Maduretno, Kecamatan Buluspesantren.
Advertisement
Lalu pada Agustus 2017, buaya terlihat di Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong. Terakhir, seekor buaya jumbo terdampar di sawah warga Desa Kedungwinangun, Kecamatan Klirong.
Baca Juga
Kepala Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Wilayah Konservasi Cilacap-Pemalang, Rahmat Hidayat menduga buaya di Sungai Luk Ulo bermigrasi dari habitat aslinya di muara pantai selatan. Kemunculan buaya di wilayah hulu yang jauh dari muara dinilai tidak aneh karena daya jelajah buaya muara beradius 200 kilometer dari habitatnya.
Rahmat yang berasal dari Sumpyuh, Banyumas, mengakui, belum pernah ada cerita kemunculan buaya di Sungai Luk Ulo. Sumpyuh adalah wilayah yang berdekatan dengan Kebumen dan sama-sama wilayah pesisir.
Menurut dia, kawanan buaya di Sungai Luk Ulo merupakan pindahan dari habitat aslinya di muara Sungai Bodo. Sungai Bodo selama ini memang dikenal menjadi rumah buaya muara.
"Buaya di Sungai Luk Ulo ini juga bisa jadi berasal dari Sungai Bodo di Kecamatan Ayah yang berjarak sekitar 20an kilometer dari Sungai Luk Ulo," ucap Rahmat, Kamis (19/10/2017).
Terkait Sungai Luk Ulo yang belum pernah terjadi penampakan buaya, Rahmat menjelaskan, buaya dengan naluri bertahan hidupnya berusaha mencari pakan di tempat lain karena ketersediaan pakan di habitat aslinya menipis.
Ada sejumlah faktor yang memungkinkan buaya bermigrasi ke luar. Salah satunya adalah keseimbangan ekosistem di habitat asli buaya yang terganggu. Dipicu nalurinya untuk bertahan hidup, satwa ini lantas keluar mencari habitat baru.
"Perubahan di habitat meningkatkan risiko konflik buaya dengan manusia. Jadi, masyarakat pun harus berhati-hati," Rahmat menambahkan.
Saksikan video pilihan berikut ini: