Sukses

Fakta-Fakta Tewasnya Ketua DPRD Kolaka Utara Akibat Ditikam Istri

Polisi masih terus menyelidiki kasus tewasnya Ketua DPRD Kolaka Utara ini.

Liputan6.com, Kolaka Utara - Ketua DPRD Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, Musakkir Sarira, dinyatakan meninggal dunia pada Rabu, 18 Oktober 2017, pukul 11.00 Wita, di RSUD Kolaka setelah kehabisan darah. Awalnya, politikus PDI Perjuangan itu dikabarkan jatuh di kamar mandi dan membentur benda tajam. Pasalnya, ada luka sobek di bagian perut yang menyebabkan Musakkir kehabisan darah

Namun, setelah dilakukan penyelidikan oleh Polres Kolaka Utara, dipastikan luka sobek itu merupakan luka tusukan. Hal inilah yang menyebabkan aparat terus mendalami kasus tersebut hingga akhirnya, pada Kamis, 19 Oktober 2017, istri Musakkir, AE alias Andi Erni Astuti, ditetapkan sebagai tersangka.

AE ditahan Kepolisian Resor Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra). AE merupakan istri Musakkir dari pernikahan keduanya. Istri pertama Musakkir sudah diceraikan.

Satu demi satu fakta terkuak terkait kasus tewasnya Ketua DPRD Kolaka Utara itu. Berikut fakta-fakta tewasnya Ketua DPRD Kolaka Utara.

Sebab Kematian Ketua DPRD Kolaka Utara

Ketua DPRD Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, Musakkir Sarira, meninggal kehabisan darah di RSUD Kolaka, sekitar pukul 11.00 Wita, Rabu, 18 Oktober 2017. Perut sebelah kanan pria bertubuh tambun itu sobek.

Saat dirawat di RSUD Kolaka, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dokter menemukan ada luka seperti bekas tusukan yang cukup dalam pada bagian perut. Informasi yang diterima dari pihak RSUD Kolaka, politikus asal Partai PDIP Kabupaten Kolaka itu jatuh di kamar mandi di rumahnya, Selasa tengah malam, 17 Oktober 2017.

Pengakuan itu didapat dari sejumlah pihak keluarga yang mengantar di RSUD Kolaka. Anehnya, posisi jatuhnya seperti membentur benda tajam.

Kronologi yang berhasil dihimpun dari pihak RSUD Kolaka, sebelum ditangani pihak ICU rumah sakit, anggota DPRD itu merupakan pasien rujukan dari RSUD Kolaka Utara. Korban dirujuk pada Rabu, 18 Oktober 2017, sekitar pukul 11.00 Wita.

RSUD Kolaka Utara diketahui berjarak sekitar 150 kilometer dari RSUD Kolaka. Keduanya berada pada dua kabupaten berbeda di Sultra. Oleh karena itu, diduga kuat korban kehabisan darah dalam perjalanan.

"Dia sempat dirawat, tapi tidak bisa tertolong," ujar Usman, salah satu perawat di RSUD Kabupaten Kolaka.

Usman melanjutkan, jenazah Ketua DPRD Kolaka Utara itu kemudian dipulangkan kembali ke rumah duka di Kolaka Utara pada hari yang sama sekitar pukul 16.30 Wita. Jenazah diperkirakan tiba di rumah duka di Kolut pada pukul 19.30 Wita.

 

2 dari 4 halaman

Istri Ketua DPRD Kolaka Utara Ditetapkan sebagai Tersangka

Istri Ketua DPRD Kolaka Utara, AE alias Andi Erni Astuti, ditahan Kepolisian Resor Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis, 19 Oktober 2017. Pegawai di Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Utara itu diduga kuat sudah membunuh suaminya, Musakkir Sarira, dengan sebilah pisau dapur.

Pisau itu diamankan polisi dari dalam rumah korban. "Kita sudah amankan pisau dapur, gunting, dan baju yang penuh ceceran darah yang diakui pelaku sudah dipakai menyerang suaminya," ujar Kapolres Kolaka Utara, AKBP Bambang Satriawan, kala dihubungi via telepon seluler.

Berdasarkan hasil visum, ditemukan luka sobek selebar 1,9 sentimeter dan dalam sekitar 4 sentimeter. Luka yang berada di antara dada dan perut korban, tepat mengenai hati. Luka itu diduga penyebab kuat korban kehabisan darah hingga tak tertolong.

Polres Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, kemarin berupaya mendatangkan dokter forensik dari Kota Kendari ke Kolaka Utara. Upaya mendatangkan dokter membutuhkan waktu tujuh hingga delapan jam perjalanan darat, mengingat jarak antara Kendari dan Kolaka Utara sekitar 320 kilometer.

Kapolres Kolaka Utara, AKBP Bambang Satriawan, berharap dengan bantuan ahli forensik, bisa mengungkap motif penganiayaan yang dilakukan istri korban hingga suaminya meninggal karena kehabisan darah.

3 dari 4 halaman

Pengakuan Sang Istri Ketua DPRD Kolaka Utara

Polisi mulai menemukan titik terang motif Andi Erni Astuti menikam suaminya, Ketua DPRD Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, Musakkir Sarira, Selasa malam, 17 Oktober 2017, sekitar pukul 22.00 Wita.

Kasat Reskrim Polres Kolaka Utara, AKP Mohammad Salman, mengatakan awalnya terjadi pertengkaran antara keduanya. Saat itu, pertengkaran terjadi dalam kamar tidur di rumah dinas Ketua DPRD Kolaka Utara.

Topik yang dibicarakan keduanya sebelum insiden terjadi tidak diungkap polisi. Namun, kata Salman, saat itu sang istri sedang menasihati suaminya, dibarengi dengan suara yang agak meninggi.

"Istrinya jengkel, mungkin karena sementara dinasihati, mungkin suami tidak mendengar. Iya, salah satunya memilih pergi meninggalkan kamar tidur," ujar AKP Mohammad Salman, via telepon seluler, dihubungi Kamis, 19 Oktober 2017 malam.

Musakkir Sarira, menurut Kasat Reskrim, kemungkinan tidak mau memperpanjang masalah dan keluar pada saat istrinya tengah berbicara di dalam kamar. Tidak lama kemudian, pintu kamar tidur yang ditinggalkan agak terbuka oleh Mussakir Sarira ternyata bergoyang-goyang.

"Saya mengintip keluar dan ternyata tiada orang, saya masuk kembali ke dalam kamar," ujar Andi Erni Astuti di depan penyidik polisi.

Saat kembali ke dalam kamar, Andi Erni Astuti kemudian kembali mendengar pintu terayun. Saat itulah, Andi Erni Astuti langsung meraih sebilah pisau dapur yang terletak di atas meja rias. Pisau ini, diakuinya, untuk memotong buah-buahan yang biasa tersedia di dalam kamar.

Saat kembali mengintip ke pintu, di tangan Andi Erni Astuti sudah ada sebilah pisau. Ia lalu keluar dari kamar tidur. Tiba-tiba, Musakkir Sarira muncul di hadapan istrinya yang sedang mengintip ke arah datangnya suara. Gerakan refleks, sang istri lalu menancapkan pisau tersebut tepat ke arah hati suaminya.

"Saat itulah, suaminya tidak dapat menghindar dan akhirnya mengenai organ tubuh vital," ujar perwira yang baru menjabat di Polres Kolaka Utara awal 2017.

Terkait isi pembicaraan dan pertengkaran, polisi belum mau mengungkapkan secara detail. Namun, polisi hanya mengatakan awalnya dipicu pertengkaran biasa.

"Wajarlah kalau dalam keluarga ada pertengkaran, iya seputar anak-anak atau sikap pasangan. Tidak ada yang khusus yang mereka bicarakan," katanya.

Sejauh ini, polisi masih meminta keterangan dari sejumlah orang. Ada enam orang saksi yang ikut diperiksa, di antaranya sopir pribadi Ketua DPRD Kolaka Utara, Satpol PP, dan dokter rumah sakit.

Tiga anak korban yang masih kecil yang saat itu berada di dalam rumah tidak dijadikan saksi dan hanya dimintai keterangan tambahan saja.

4 dari 4 halaman

Pertengkaran Warnai Rumah Tangga Ketua DPRD Kolaka Utara

Kepolisian Resor Kolaka Utara sudah menetapkan Andi Erni Astuti sebagai tersangka pembunuhan terhadap Ketua DPRD Kokaka Utara, Mussakir Sarira, Kamis, 19 Oktober 2017.

Setelah status tersangkanya, salah satu kawan dekat korban, Sekretaris DPD I Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Litanto, mengungkap sisi berbeda dari wanita berhijab itu. Ternyata, sebelum kejadian penikaman, kedua pasangan suami istri itu sering terlibat perselisihan.

Sebelum kejadian nahas itu, pasangan suami istri yang belum lama menunaikan ibadah haji ini sempat cekcok. Hal ini didapat Litanto dari keterangan kerabat korban di Kolaka Utara saat menyambangi rumah duka, Kamis, 19 Oktober 2017.

"Suka cemburu istrinya, kalau almarhum terima telepon sering dicurigai telepon orang lain," tuturnya ketika dihubungi via telepon, Kamis, 19 Oktober 2017.

Malah, Litanto menambahkan, istrinya sempat ingin menggugat cerai. Namun, Musakkir Sarira menolak karena memikirkan tiga anak perempuannya yang masih kecil. Hal ini terjadi sebelum keduanya berangkat ke Mekah, beberapa waktu lalu.

Sehingga, diduga keberangkatan keduanya menunaikan ibadah haji hanya untuk menutupi cekcok yang terjadi di dalam rumah tangga mereka. Hal ini sempat membuat bingung sejumlah orang dekatnya. Mengapa istri almarhum sampai menjadi "tokoh" di balik kematian Ketua DPRD Kolaka Utara itu.

Sebelumnya, Ketua DPRD Kokaka Utara, Musakkir Sarira, dinyatakan meninggal dunia pada Rabu, 18 Oktober 2017. Dia kehabisan darah ketika tiba di RSUD Kolaka akibat luka tusuk di bagian perutnya.