Sukses

Apa Hubungan BBM Nonsubsidi dan Milenial?

Mahasiswa masuk dalam kategori orang beruntung karena sedang menempuh pendidikan tinggi. Sedangkan BBM bersubsidi hanya untuk orang miskin

Liputan6.com, Semarang Ada yang menarik dari pelaksanaan Edutrip Pertamina bagi finalis Citizen Journalist Academy (CJA) Semarang, Kamis, 19 Oktober 2017. Para finalis dari generasi millenial yang tak gagap terhadap teknologi komunikasi ini, ternyata gampang kagum dengan barisan truk tangki Pertamina Semarang.

Panasnya matahari tak mengurangi semangat dan keceriaan mereka. Andaru Mahayekti, Finalis CJA Semarang Energi Muda Pertamina Kelas Menulis, mengaku kagum dengan luasnya area Terminal Bahan Bakar Minyak Pertamina MOR IV di Jalan Pengapon. Ia kaget dan takjub melihat ratusan truk tangki yang seragam antre dengan rapi.

"Saya sangat takjub melihat tangki-tangki yang begitu besar dan juga alat-alat lain yang besar-besar. Apalagi saya bisa masuk di area dengan pengamanan ekstra keren ini. Sungguh luarbiasa," kata Andaru.

Kekaguman Andaru bisa dimaklumi. Generasi millenial memang sangat akrab dengan gadget. Pengetahuan mereka tentang dunia perminyakan yang didapat dari gawai ternyata berbeda jauh ketika dibandingkan dengan pengalaman di dunia nyata.

Para finalis CJA Energi Muda Pertamina ini juga sempat mendengarkan paparan Andar Titi Lestari, Manager of Public Relations Pertamina MOR IV Area Jateng dan DIY menjelaskan bahwa anak-anak millenial yang menjadi Finalis CJA sangat beruntung karena bisa kuliah. Mereka dimasukkan dalam kelompok masyarakat pengguna BBM nonsubsidi.

"Mahasiswa itu masuk dalam kategori orang beruntung karena berada sedang menempuh pendidikan tinggi. Sedangkan BBM bersubsidi sudah jelas hanya untuk orang miskin," kata Andar Titi Lestari.

Mencoba merangkai berbagai fakta, Novia Sekar Ayuningtyas menuliskan laporannya, ternyata mayoritas Finalis CJA Energi Muda Pertamina Semarang memang sudah menggunakan BBM nonsubsidi. Terutama untuk alat transportasi mereka.Para finalis CJA Energi Muda Pertamina Semarang menyimak paparan dari tim humas Pertamina Jateng-DIY. (foto: Liputan6.com/energimudapertamina/edhie prayitno ige)"Saya memilih menggunakan Pertamax daripada Premium sebagai bahan bakar untuk motor. Apalagi tadi tim dari Pertamina menjelaskan bahwa Pertamax itu beroktan 92, jadi lebih irit dan lebih awet untuk mesin motor," kata Andaru dalam pengakuannya kepada Novia.

Usai melihat distribusi dengan mobil tangki di TBBM Pengapon, para Finalis CJA diajak melihat proses pendistribusian elpiji. Mereka diajak ke PT OPSICO, salah satu anak perusahaan Pertamina yang bertugas menangani distribusi elpiji. Mereka melihat seluruh proses, termasuk pengisian depo dengan menggunakan tanker di lepas laut pantai Semarang.

"Perlu diingat, elpiji bersubsidi itu untuk rakyat miskin. Survei saya di lapangan menunjukkan bahwa ada elpiji bersubsidi yang dijual bebas di pasaran dengan pembeli orang-orang kaya. Prosedur yang seharusnya, untuk membeli elpiji bersubsidi ini harus membawa KTP dan KK. Tujuannya penyauran subsidi dan dana APBN sesuai target," kata Ambar.

Para finalis diam. Entah apa yang mereka pikirkan. Apalagi ketika mereka mendengar paparan selanjutnya yang mengiris hati.

"Sedih hati saya ketika saya melihat ibu-ibu memakai banyak sekali perhiasan emas di kedua tangan dan lehernya tetapi dengan PDnya membeli Elpiji yang diperuntukkan untuk orang miskin," kata Andar Titi Lestari.

Dengan menggandeng Liputan6.com dan Indosiar, Pertamina mencoba merekrut generasi milenial melalui kelas Citizen Journalist Academy. Diharapkan para finalis ini bisa menjadi duta Pertamina, mengadvokasi masyarakat tentang pentingnya subsidi tepat sasaran.

Di balik keceriaannya, Andaru berbisik kepada finalis lain bahwa ia bersyukur sudah berada di jalan yang benar. Jalan yang tidak mengambil hak orang miskin. Jalan BBM nonsubsidi.

(Penulis : Novia Sekar Ayuningtyas - Finalis CJA Energi Muda Pertamina Semarang kelas menulis)