Liputan6.com, Banyumas - Hujan deras tak henti mengguyur wilayah Banyumas sejak awal pekan. Kusdiyono, Warga Grumbul Karet Kelurahan Sumpiuh berkali-kali mengawasi tanggul Sungai Angin yang kritis dan hanya berjarak selemparan batu dari rumahnya.
Benar saja, Selasa dinihari, 17 Oktober 2017, sekitar pukul 03.00 WIB, tanggul itu jebol dan langsung menerjang rumahnya. Beberapa bagian rumah rusak, banyak pula perabotan yang hilang dan tak lagi bisa dipakai. Untung saja, Kusdiyono telah mengevakuasi sebagian barang berharga ke atas lemari.
Jebolan tanggul terus memuntahkan air bah. Tak sampai menunggu pagi, sejumlah perkampungan di tiga desa terendam. Pasalnya, selain Sungai Angin, tiga sungai lainnya, yaitu Sungai Reja, Sungai Gatel dan Sungai Ijo secara hampir bersamaan meluap.
Advertisement
Selain Kelurahan karet, tiga desa lainnya terendam, yakni Desa Nusadadi, Dusun Nusamulya Desa Plangkapan dan Desa Karanggedang.
Lantaran hujan deras terus menerus, air tak kunjung surut hingga keesokan harinya. Ini ditambah dengan musim pasang air laut yang menyebabkan aliran sungai justru terus masuk ke perumahan. Celakanya, klep sejumlah pintu air rusak sehingga tak bisa menahan luapan sungai.
Baca Juga
Air terus meninggi, tidak hanya menenggelamkan rumah, ternyata salah seorang warga dikabarkan hilang terbawa arus.
Rabu malam, Japari dan Suryanto, keduanya warga RT 06/01 Desa Nusadadi, kelimpungan mencari Murtanom (80) pamannya. Murtanom baru diketahui hilang sekitar pukul 21.00 WIB. Saat banjir terjadi, Murtanom memang tak diungsikan lantaran rumahnya tak terendam.
Air hanya menggenang di pekarangan sekitar rumah. Mereka mencari hingga radius ratusan meter dari rumah, di kawasan yang kering maupun terendam. Tak kunjung ditemukan, Japari lantas melapor kepada Ketua RT yang kemudian menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas yang malam itu telah mendirikan Posko.
Malam itu juga, Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Banyumas mengerahkan segala kemampuan yang ada untuk mencari keberadaan kakek renta ini. Sayangnya, genangan air yang tinggi menghambat proses pencarian. Malam itu, pencarian nihil hasil. Tak patah arang, sang keponakan, Japari dan Suryanto dibantu warga setempat, melanjutkan pencarian keesokan harinya.
Akhirnya, Murtanom ditemukan di empang yang hanya berjarak 20 meter dari rumahnya. Saat ditemukan, Murtanom telah meninggal dunia.
"Kemudian hal ini dilaporkan ke Puskesmas II Kecamatan Sumpiuh dan Polsek Sumpiuh untuk diadakan pemeriksaan. Setelah dilaksanakan pemeriksaan dan tidak ditemukan tanda penganiayaan," ucap Komandan Tagana Banyumas, Heriana Adi Chandra, Jumat (20/10/2017).
Namun, lantaran pemakaman umum Desa Nusadadi masih terendam, jenazah Murtanom dikebumikan di Desa Selandaka. Chandra menjelaskan, banjir yang sebelumnya merendam empat desa Kecamatan Sumpiuh, hingga Jumat siang tak kunjung surut.
Akibatnya, puluhan rumah di tiga desa masih terendam. Total masih ada 58 rumah yang terendam dengan ketinggian air mencapai 20-40 sentimeter di dalam rumah.
"Kalau sekarang, yang masih terendam itu, di Desa Nusadadi itu 22 KK, kalau yang di Nusamulya, Plangkapan masih 30 rumah. Kalau di Karanggedang masih 6 KK," rincinya.
Meski air masih merendam, puluhan keluarga terdampak memilih bertahan di rumahnya masing-masing. Kata Chandra, BPBD dan relawan hingga hari ini masih terus memantau kondisi banjir di Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. Selain itu, pihaknya juga mendistribusikan bantuan bahan makanan untuk warga yang terdampak banjir.
Simak video pilihan berikut ini: