Liputan6.com, Semarang Tak seperti biasanya, warung kelontong Bu Prapto di daerah Pedurungan Semarang kali ini kehabisan gas kemasan tiga kilogram. Distributor yang biasa memasok juga tak punya stok.
"Biasanya juga ada kok. Baru kali ini sejak ada wacana penukaran dua tabung tiga kilo dengan satu tabung bright gas," kata Bu Prapto, Sabtu , 21 Oktober 2017.
Sebenarnya seberapa jauh jalur yang harus dilalui gas itu hingga sampai ke tangan konsumen?
Advertisement
Diyah Amartiwi, finalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang kelas menulis baru saja mengikuti edutrip Pertamina dan melihat langsung proses distribusi di bagian hulu. Bersama finalis lain, Diyah menyaksikan proses produksi gas alam itu.
Salah satu titik pokok kunjungan Edutrip adalah Penampungan Penimbunan dan Penyaluran Gas LPG, yakni Terminal Gas LPG Opsico Semarang yang berada di kawasan industri Jalan Arteri Yos Sudarso Tanjung Emas Semarang.
Baca Juga
Menurut Ali Akbar Tampubolon dari PT Opsico, penyaluran LPG cukup panjang jalurnya. Mulai dari Gate in menuju ke Filling Shield lalu sampai ke Gate out. Dari situ baru didistribusikan ke SPBE.
"Mobil-mobil tangki yang membawa LPG itu harus mengantongi Rekomendasi pendistribusian dari Pertamina. Kemudian rekomendasi itu setelah disetujui akan diganti dokumen bernama SPA. Jadi SPA adalah semacam pasport untuk masuk Opsico dan menerangkan SPBE mana yang hendak dituju," kata Ali Akbar kepada para finalis.
Pengemasan dalam tabung berbagai ukuran, tidak dilakukan oleh Pertamina. Tangki pengangkut terbesar maksimal membawa 24.000 kg LPG itu mengisi stok di SPBE dan disanalah pengemasan dalam tabung-tabung kecil berbagai ukuran dilakukan.
"Kalau sudah sampai di SPBE maka SPA harus ditandatangani baru kemudian bisa mengisi tabung-tabung kosong sesuai ukurannya," kata Ali.
Ali menambahkan setelahanya baru LPG dapat dipasarkan ke pangkalan untuk selanjutnya ke pengecer dan akhirnya ke pengguna.
"Tanpa Kinerja yang bagus Karyawan atau tim Pertamina maka Gas Elpigi yang diproduksi tidak akan dapat sampai ditangan anda. Untuk itu mari apresiasi Pertamina dengan menggunakan Gas Elpigi non subsidi," kata Ali.
Bagaimana dengan kelangkaan tabung berukuran tiga kilogram atau LPG bersubsidi?
Manager of Public Relation Pertamina MOR IV Jateng-DIY Andar Titi Lestari sempat mengungkapkan hasil temuannya. Sejauh ini pembelian LPG bersubsidi ternyata sangat mudah. Seharusnya untuk mendapatkannya membutuhkan data berupa KTP/KK sebagai dokumen yang menjelaskan memang berhak menerima subsidi, namun yang terjadi justru dijual bebas.
"Saya menangis. Orang-orang kaya. Orang-orang mampu, banyak yang membeli gas 3 kg. Makanya saya berharap para finalis CJA ini mampu menjadi penghubung agar Pertamina bisa bekerja lebih baik. Jadilah agen perubahan," kata Andar Titi Lestari saat paparan.
(Penulis : Diyah Amartiwi, finalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang kelas menulis)
Â