Sukses

Pengungsi Gunung Agung Sudah Jenuh, Bisa Bantu?

Para pengungsi Gunung Agung sedih tak bisa merayakan Galungan dan Kuningan di kampung halaman.

Liputan6.com, Karangasem - Warga pengungsian Gunung Agung mulai merasakan kejenuhan di penampungan. Pasalnya, sudah sebulan mereka berada di pengungsian sejak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian ESDM menetapkan status level IV atau Awas untuk gunung di Karangsem, Bali itu pada 22 September 2017.

Seorang pengungsi, Wayan Sari di Posko Mandiri di Desa Nongan, Kecamatan Rendang mengaku merasakan kejenuhan sejak sebulan di pengungsian bersama keluarga dan kerabatnya. Hal ini karena terbatasnya aktivitas yang bisa mereka lakukan.

Menurut petani yang berasal dari Desa Pura, Kecamatan Selat yang merupakan kawasan rawan bencana (KRB) II ini, di pengungsian, aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari nyaris berhenti. Sebab, sejak ditetapkan status Awas Gunung Agung itu pengungsi tidak bisa kembali dan melihat ladangnya.

"Sejak gunung itu ditetapkan level Awas, pemerintah sudah memberi peringatan dan larangan untuk memasuki zona berbahaya tersebut. Desa kami termasuk zona merah," tuturnya, dilansir Antara.

Ia mengatakan di penampungan, pengungsi hanya duduk-duduk, sehingga merasa bosan dengan keadaan yang tidak ada kepastian tersebut. Entah akan terjadi erupsi atau bagaimana Gunung Agung itu, pihaknya tidak tahu berapa lama akan berada di kampung pengungsian ini.

"Saya merasa sedih. Memang selama di pengungsian soal makanan sudah tercukupi. Tapi kalau sudah tidak ada pekerjaan seperti sekarang ini menambah kebosanan saja," ucapnya.

Apalagi, kata dia, warga pengungsi terancam tidak bisa melakukan perayaan hari suci Galungan dan Kuningan pada bulan November mendatang seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Hari suci Galungan dan Kuningan semakin dekat, kami tidak bisa berbuat apa-apa untuk merayakan hari tersebut. Biasanya kami menjelang hari raya tersebut sejak pekan ini sudah mempersiapkan runtutan upacara, mulai dari perayaan 'Sugian Jawa dan Bali' hingga puncaknya pada hari suci Galungan dan Kuningan itu," ujar Wayan Sari.

Sementara itu, seorang relawan Posko Rendang, Ketut Wijaya Mataram mengatakan kalau secara psikis warga pengungsian sudah terlihat jenuh berada di penampungan ini. Namun, pihaknya terus berupaya memberikan motivasi dan dorongan agar mereka mampu menghilangkan rasa jenuh tersebut.

"Para relawan sudah berupaya memberi motivasi dan dorongan agar mereka tak jenuh di sini atau di tempat-tempat pengungsian itu. Caranya dengan melakukan aktivitas apa yang bisa dikerjakan oleh para pengungsi Gunung Agung. Salah satunya membuat anyaman dari bambu misalnya," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:Â