Sukses

Riset Mahasiswa Undip tentang Domba Pukau Belasan Profesor Asing

Riset itu ditujukan untuk mengetahui efek transportasi siang hari terhadap domba ekor tipis muda dan dewasa.

Liputan6.com, Semarang - Finalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang yang merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip), Aviola Putri, berhasil memukau ratusan profesor dari luar negeri dalam ajang The Sixth International Conference on Sustainable Animal Agriculture for Developing Countries ( SAADC) 2017 di Universitas Brawijaya Malang, pada 16-19 Oktober 2017. Ia menjadi satu-satunya mahasiswa S1 di antara puluhan profesor dan pakar peternakan dari 18 negara.

Dalam SAADC 2017 itu, dipresentasikan ratusan penelitian dari berbagai belahan dunia yang ditujukan untuk mengembangkan dunia peternakan di negara-negara berkembang. Terdapat pula pakar-pakar peternakan seperti Prof. Hsia Liang Chou (Taiwan), Prof. Peter Thomson (Australia), Prof. Joachim Balcells (Spanyol), Prof. Luo Jun (China), Prof Peter Wynne (Australia), Prof. Yasushi Sembokuya (Jepang), dan Prof. Chalermpon Yuangklang (Thailand). Mereka diundang untuk mengapresiasi penelitian yang dipresentasikan.

"SAADC 2017 ini sangat menarik. Ini bisa menjadi langkah awal bagi Indonesia untuk mengembangkan pengetahuan di bidang peternakan, sehingga para peternak lokal bisa sejahtera di masa yang akan datang," kata Aviola Putri, Senin, 23 Oktober 2017.

Aviola tidak sendirian. Ia menggelar riset bersama tim Cendekia dengan judul "The Effect of Daylight Transportation through Body Weight Loss and Physiology Response between Sheep and Lambs".

Riset itu ditujukan untuk mengetahui efek transportasi siang hari terhadap domba ekor tipis muda dan dewasa yang biasa terjadi saat transaksi hewan antara peternak dan pembeli. Penelitian menggunakan 12 domba ekor tipis asli Indonesia yang berumur 10-11 bulan dan 3-4 bulan. Domba muda dan dewasa ditransportasikan selama 8 jam perjalanan darat.

"Data yang ada dianalisis dan kami menyimpulkan bahwa domba muda cenderung mudah stres dibanding domba dewasa. Riset saat ini masih dilanjutkan untuk mengetahui transportasi yang tepat bagi domba muda," kata Aviola.

 

2 dari 2 halaman

Tawaran Beasiswa

Sebagai satu-satunya mahasiswa S1, Aviola mengaku grogi ketika presentasi. Ia khawatir membuat kesalahan, baik ketika menarik kesimpulan atas riset yang dilakukan maupun saat presentasi. Maka ketika forum berakhir, ia mendatangi dan menyalami beberapa profesor yang hadir dan meminta maaf jika terdapat kesalahan.

"Sudah. Enggak apa-apa. Jangan takut berbuat kesalahan. Ingat kesalahan yang sebanyak-banyaknya itu akan menjadi kunci sukses di masa depan," pesan Profesor Hendrawan seperti ditirukan Vio.

Mahasiswa semester 7 berusia 20 tahun yang jago menari itu juga mendatangi beberapa profesor dan pakar dari luar negeri. Tak disangka, justru ketika ia meminta saran, ia diberi kartu nama. Misalnya, Peter Wyun dari Australia yang mengaku kaget ketika tahu Aviola baru semester 7.

"Kalau sudah lulus hubungi saya, sekolah di kampus saya. Orang yang tidak pernah berbuat kesalahan, biasanya orang yang tidak pernah berbuat apa pun," kata Vio menirukan respons Prof Peter Wyun.

Tak hanya itu, tawaran beasiswa juga datang dari tiga negara lain. Masing-masing India, Amerika, dan Belanda.

SAADC berikutnya akan hadir di negara Nepal atau Pakistan. Hal ini sesuai dengan tujuan SAADC untuk membantu pengembangan dunia peternakan melalui nilai ilmu pengetahuan. Ketua SAADC 2017, Dr Juang Boo Liang dari Malaysia berharap ratusan jurnal penelitian itu bisa mengembangkan dunia peternakan di negara berkembang.

(penulis : Vio, Finalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang kelas presenter)

Â