Sukses

Mengenal Tradisi Pondok Sufi di Pesantren Metal Tobat

Uzlah berbeda dengan pengertian pengasingan sufisme atau tasawuf yang menjadi akar berbagai aliran tarekat

Liputan6.com, Cilacap - Belasan gubuk panggung berukuran sekitar 4x3 meter berderet-deret di pinggir jalan sempit di antara pepohonan. Beberapa lainnya, bertebaran tak beraturan di pinggir kali kecil dan kolam ikan. Ada yang masih di tanah pekarangan pondok, ada pula yang menumpang di pekarangan milik warga setempat.

Gubuk itu disebut uzlah. Uzlah adalah istilah santri untuk pengertian menyepi untuk mendalami ilmu. Dalam khazanah pesantren, uzlah adalah istilah untuk santri yang sudah diberi izin untuk mengasingkan diri. Tentu izin hanya diberikan oleh pengasuh utama pesantren yang menilai seorang santri sudah mencapai tahap tertentu untuk mendalami ilmu keagamaan tertentu.

Uzlah ini berada di kompleks pondok pesantren di Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Selain karena keilmuannya, pesantren ini dikenal lantaran menerima bekas pemadat, pemabuk, bahkan pencoleng. Sebab itu, pesantren ini dinamai Pondok Pesantren Metal Tobat Sunan Kalijaga.

Sore itu, beberapa santri berusia belasan tengah memasak di dapur. Cara memasaknya amat sederhana, nasi dikukus dalam alat bernama ketel. Ketel itu diletakkan di atas tungku yang dibuat dari tumpukan bata. Uzlah terletak di sisi barat dan selatan dapur putra, berada di belakang asrama pondok.

Pengasuh Pesantren Metal Tobat, KH Soleh Aly Mahbub menerangkan, gubuk atau pondokan uzlah dipakai untuk berkhalwat atau mengasingkan diri bagi santri untuk sampai pada tahap tertentu. Hal itu tentu berbeda dengan pondok pesantren kebanyakan yang mewajibkan seluruh santrinya tinggal di asrama.

Akan tetapi, sekalipun menyepi juga berkaitan dengan ritual sufisme, ia menyebut uzlah berbeda dengan pengertian pengasingan sufisme atau tasawuf yang menjadi akar berbagai aliran tarekat.

Uzlah adalah istilah khalwat agar berkonsentrasi mendalami ilmu tertentu. Misalnya, dalam tahap akhir para penghafal Alquran, penghafal Kitab Alfiyah Ibnu Malik, dan beberapa kitab klasik fiqkh di tingkat tertentu.

Dia menerangkan, secara prinsip, santri harus melewati berbagai tahap untuk diizinkan ber-uzlah. Tetapi, yang jelas, sebelum enam tahun tinggal di pesantren, santri harus tinggal di asrama.

"Intinya sama, menyepi dan menjauhi keramaian. Tetapi tujuannya sedikit berbeda. Uzlah untuk mendalami ilmu yang sedang dipelajarinya. Untuk memahami, kadang membutuhkan tempat yang sepi, jauh dari gangguan," kata Soleh Aly Mahbub, yang biasa disapa dengan panggilan, Abah Soleh, beberapa waktu lalu.

Namun, saat ini diakui oleh Abah Soleh, terjadi pula pergeseran uzlah. Tak hanya untuk mendalami ilmu, beberapa uzlah ditinggali oleh santri golongan tertentu. Misalnya, santri yang tergabung dalam grup musik "Solmet" alias solawat metal. Sebabnya, mereka sering berlatih, sehingga harus tinggal di tempat terpisah dari santri biasa. Dikhawatirkan, suara musik yang terlalu keras menganggu santri biasa.

Pesantren ini juga menerima calon santri yang sudah berkeluarga. Mereka pun ditempatkan di uzlah yang berukuran lebih besar. Ada pula, santri tua yang tinggal di rumah sang pengasuh. Ada pula, santri yang menuntut ilmu sembari bekerja.

"Kadang pulang kerja capek. Kalau tinggalnya bersama dengan santri biasa, kasihan. Soalnya kalau capek kadang tidak ikut jemaah, itu bisa menular ke santri biasa," dia menjelaskan.

Sejak pesantren tersebut mulai didirikan pada tahun 2000 lalu, hingga kini tercatat sudah 19 santri yang khotmil qur’an bil ghoib, atau hafal. Mereka terdiri dari 16 khafidzoh atau penghafal Alquran perempuan dan tiga santri lelaki.