Sukses

5 Ribu Pelajar Kebumen Jadi Anggota Cyber Troops, Apa Tugasnya?

Pembentukan cyber troops sebagai respons atas maraknya berita bohong atau hoaks, yang mengandung unsur penyebaran kebencian.

Liputan6, Kebumen - Salma Rahmadanti (17) terbelalak kaget, di grup aplikasi pesan, terpampang foto seekor buaya besar dikuliti oleh beberapa orang. Foto itu berjejer dengan buaya sepanjang 4 meter yang pekan lalu terdampar di Klirong, Kebumen.

Dalam narasinya, disebut bahwa buaya yang beberapa kali menampakkan diri di Sungai Luk Ulo, Kebumen, telah ditangkap sejumlah pawang. Lantas, oleh si pawang, buaya dikuliti dan dibagikan ke warga kampung.

Di saat yang sama, Humam Afrizal (17) rekan satu sekolah Salma, juga mendapati hal yang sama. Bedanya, dia memperoleh kabar itu di grup Facebook. Beragam komentar anggota grup pun mengalir, antara pro dan kontra.

Akan tetapi, kedua pelajar ini tak lantas mempercayai begitu saja kabar mengejutkan ini. Lantaran berada di satu sekolah, Salmda dan Afrizal cepat berkoordinasi. Mereka mengonfirmasi kabar itu ke kepolisian lewat sejumlah akun resminya.

"Ternyata bohong itu. Buayanya belum tertangkap. Itu kan buaya yang di Kalimantan," ujar Salma, Kamis, 26 Oktober 2017.

Buaya dikuliti yang dimaksud Salma adalah peristiwa penangkapan puluhan buaya di Sungai Bengalon dan Lembak, Desa Sepaso Timur Kecamatan Bengalon, Kutai Timur, Kalimantan Timur, 2015 lalu.

Saat itu, diketahui, buaya ditangkapi lantaran telah membunuh empat warga setempat. Beberapa di antaranya, dikuliti. Ada pula daging buaya yang dibagikan kepada warga.

Saat itu juga, Salma dan Afrizal mengunggah klarifikasi ke sejumlah grup media sosial yang membagikan foto tersebut. Mereka berdua adalah salah satu dari 5.000 lebih cyber troops yang menjadi dampingan Polres Kebumen. Tak lupa, mereka juga membagikan itu ke grup khusus anggota cyber troops Kebumen.

"Kalau kami mendapati berita yang mencurigakan, janggal, maka akan kami laporkan. Kita take down!" ujar Afrizal, tegas.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Program Kontra-Radikalisme

Kapolres Kebumen, AKBP Titi Hastuti menerangkan, pembentukan cyber troops merupakan respons terhadap maraknya berita bohong atau hoaks, yang mengandung unsur penyebaran kebencian, SARA, kekerasan dan radikalisme.

Penyebaran paling gencar dilakukan lewat media sosial. Sementara, pemakai gawai didominasi kaum muda. Karena itu, Kepolisian Kebumen membentuk komunitas penangkal berita bohong atau hoaks. Komunitas ini terdiri dari pelajar SLTA di Kabupaten Kebumen.

Bahkan, Titi menilai, paham radikal juga menyasar kaum muda lewat internet. Sering kali, ajaran menyimpang itu dibarengi dengan hoaks yang meniupkan kebencian antarsesama. Cyber troops adalah komunitas dampingan kepolisian dalam program kontra radikalisme.

Paham radikal, kata dia Willy, menyasar kaum muda dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dianggap paling berbahaya adalah dengan media sosial.