Liputan6.com, Solo - Anak-anak muda Solo unjuk cara kekinian dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda. Mereka corat-coret mural di pusat pertokoan di Jalan Gatot Subroto (Gatsu) Solo. Walhasil jalanan yang berderet sekitar 40 toko ini menjadi hidup dan indah dipandang.
Sejak lima hari terakhir, seratusan anak muda kompak menggambar di tembok dan pintu toko di Jalan Gatot Subroto. Mereka melakukannya di kala malam hari, tepatnya setelah toko-toko di salah satu pusat perekonomian Solo itu tutup.
Advertisement
Aksi dari anak-anak muda ini menuai hasil. Tembok-tembok yang dulunya itu hanya sebuah benda mati, kini menjadi sebuah medium yang menghidupkan malam di Kota Solo. Mata dimanjakan dengan warna-warni coretan itu.
Jangan bayangkan lukisan itu sekadar coretan. Karena mural ini dikonsep sedemikian rupa agar memiliki sebuah roh tentang mural itu. Yakni ada nilai edukasi ataupun kritik sosial. Walhasil, area tersebut layak disebut kampung mural.
Di samping gambar ikon-ikon seniman itu, ada lukisan perempuan yang sedang membatik. Di sisi lain ada gambar tentang tokoh-tokoh Sumpah Pemuda, macam Mohammad Yamin, Sugondo Joyopuspito.
Beralih ke tembok yang lain, tepatnya di sebuah toko jam, ada lukisan wajah Peter Henlein, penemu arloji. Menariknya, lelaki Jerman ini berbalutkan baju lurik. Lukisan ini memanjang vertikal sekitar 18 meter di toko arloji itu.
Aksi ini diinisiatori oleh seniman kawakan Sardono W. Kusumo. Sebelumnya, ia bersama anak-anak muda ini menggambar Menteri Susi Pudjiastuti layaknya seorang Wonder Woman melawan perompak yang disimbolkan dengan tokoh film Jack Sparrow.
Sardono lantas menghimpun energi untuk mempercantik Jalan Gatot Subroto. Harapannya agar jalan yang dulunya terkesan 'mati' saat malam hari bisa hidup. "Aksi ini juga kerjasama dengan Pemkot Solo, " jelas dia kepada Liputan6.com di Jalan Gatot Subroto Solo, Jumat malam, 27 Oktober 2017.
"Dan pada akhirnya ia ditemukan seniman Andy Warhol hingga karya-karya Basquiat ini memiliki nilai jual tinggi. Melalui kisah ini, saya ingin menegaskan jangan main-main dengan coretan anak-anak muda ini. Berilah tempat mereka berekspresi, " jelas Sardono yang pernah tinggal di New York ini.
Bagi Sardono, seni mural bukan hanya coretan di tembok. Tapi substansi seni mural ada korelasinya dengan ruang publik, bahwa ruang publik ini adalah tempat yang harus dijaga bersama.
"Dengan adanya lukisan ini, akan muncul ruang keindahan kota. Mata itu harus dihargai. Nanti pada akhirnya diharapkan bisa menjaga bersama-sama ruang publik itu. Jadi warga itu merasa memiliki, " kata dia.
"Jadi kita mengonsep lukisan-lukisan, kita juga melakukan dialog dengan pemilik toko. Bukan hal yang mudah untuk meminta izin empunya toko, karena kita mau ngorek-ngorek temboknya. Dan pada akhirnya, setelah berdialog, para pemilik toko ini setuju, " kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini: