Sukses

Miris, Nasib Mantan Pemakai Obat PCC di Kendari

Meski sudah direhabilitasi, sisa-sisa dampak obat PCC masih terlihat pada tubuh mantan penggunanya.

Liputan6.com, Kendari - Obat PCC (Paracetamol Cafeine Carisoprodol) meninggalkan sejumlah pengaruh fisik dan mental bagi sejumlah pengguna di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Dekil, cekungan dalam pada kedua bola mata, serta kondisi badan yang kurus akan dijumpai pada tubuh sejumlah mantan pengguna. Hal yang tidak jauh berbeda dijumpai pada pengguna orang yang suka ngelem.

Tidak hanya itu, sensasi panas pada tenggorokan juga sering dirasakan sejumlah pengguna yang ingin total lepas menggunakan pil ini. Hal tersebut diakui pihak BNN Kota Kendari.

Kepala BNN Kota Kendari, Hj Murniaty M MPH Apt, mengatakan para pengguna yang melapor kepada pihaknya menyebutkan beberapa gejala yang serupa ketika dalam proses rehabilitasi.

"Namun, BNN Kendari masih memiliki fasilitas minim untuk rehabilitasi total. Jadi, bagi mereka yang ingin sembuh benar, kita bawa ke Makassar dan Bogor. Pada dua tempat ini, kami sudah mengirim tiga pengguna PCC untuk direhabilitasi," ujar Murniaty, Senin (30/10/2017).

Tiga mantan pengguna pil PCC berhasil ditemui Sabtu, 28 Oktober 2017. Herdian (19), salah satu korban, sempat dirawat lima hari di Rumah Sakit Jiwa Kendari Sulawesi Tenggara. Remaja ini mengatakan pengaruh pil tersebut masih terasa pada kondisi tertentu.

"Kadang kepala langsung sakit sebelah, juga napas biasa sesak tiba-tiba," ujar remaja bertubuh kurus itu.

Dari pengakuan rekan-rekannya, Herdian menjadi salah satu korban pil PCC. Saat itu, Herdian tidak sadarkan diri yang diawali gejala pusing, lemas, lalu puncaknya kejang-kejang. Sempat dibiarkan dan dikira mabuk biasa oleh rekannya, korban akhirnya dilarikan ke rumah sakit.

Tiga orang remaja yang selamat setelah dirawat akibat penyalahgunaan pil PCC di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Salah satu rekan Herdian, La Ehe (23), yang juga pemakai pil PCC, menyatakan hal berbeda. Saat memakai PCC dan akhirnya fly, ia berhalusinasi. Namun, mabuk PCC ini tidak disadari pemuda yang juga pernah lama mengonsumsi pil somadril.

"Saya dikasih tahu teman-teman yang melihat saya saat terpengaruh pil PCC, malu saya," ujar La Ehe.

Menurut rekan-rekannya, La Ehe sempat mengajak bicara tembok rumah dan pohon kelapa. Setelah menenggak pil ini sekitar 15 biji sekali telan, La Ehe mulai tidak terkendali.

"Jari-jari tangan saya terasa kaku, waktu itu saya sementara main gitar, langsung saya lepas gitar. Dada saya sesak, sekitaran berapa menit saja mata saya langsung gelap, di situ saya mulai tidak sadar dan menurut teman saya, saya berhalusinasi," ujar La Ehe.

Beruntung bagi Marwan (21), ia hanya sempat mabuk berat usai menenggak obat PCC. Ia tidak sampai menjalani perawatan. "Saya tidak dapat sial mungkin, karena saya hanya mabuk biasa, loyo dan lemas, disertai oleng-oleng," ujar Marwan.

Cerita dari ketiganya, salah satu rekan mereka bernama La Mosa kini sudah terlihat mirip orang tidak waras. Beberapa kali selamat usai menggunakan pil ini, La Mosa terus mengonsumsi. Puncaknya, La Mosa sempat dirawat bersama puluhan orang lainnya di Rumah Sakit Jiwa Kendari, Sulawesi Tenggara.

"Kita kalau pakai pil PCC langsung telan bulat-bulat, hasilnya masih terasa sangat pahit di leher, La Mosa kalau telan pil itu, dia kunyah dulu sampai halus, bisa dibayangkan bagaimana rasanya," ujar ketiganya membenarkan.

La Mosa, menurut ketiganya, sempat beberapa kali melukai sendiri tubuhnya. Setelah itu, menjahit sendiri lukanya dengan benang jahit biasa. Meskipun masih bisa diajak berkomunikasi, pembicaraan harus diulang-ulang agar ia bisa paham.

 

Simak video pilihan berikut ini: