Liputan6.com, Tegal - Dua belas warga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang menjadi korban ledakan di sebuah pabrik kembang api. Tiga di antaranya merupakan kakak beradik. Pabrik mercon di Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, yang meledak itu, menyebabkan puluhan orang meninggal dunia.
Ketiga korban yang merupakan kakak adik itu, yakni Deni Purwanto, Anggi Panji Pangestu, dan Muhammad Taenari. Ketiganya merupakan anak dari pasangan Rojianto (55) dan Sopiah (45). Keluarga pun hanya bisa pasrah setelah mendengar musibah tersebut.
Mereka berharap pihak pabrik bertanggung jawab kepada para korban ledakan, termasuk terhadap ketiga anaknya itu.
Advertisement
"Jadi begini saya punya anak tujuh. Memang tiga anak saya bekerja di pabrik itu. Kami minta pihak pabrik bertanggung jawab. Dua anak saya masih dirawat di Jakarta dengan luka bakar yang cukup parah," ucap Rojianto, Minggu, 29 Oktober 2017.
Baca Juga
Ia mengaku, sesaat setelah kabar ledakan di sebuah pabrik kembang api ramai diberitakan, Rojianto sempat kebingungan untuk memastikan nasib anak-anaknya.
Hingga kini, satu dari tiga anaknya, yakni Muhammad Taenari, belum ditemukan dan masih dinyatakan korban hilang.
"Tolong anak saya yang satu masih hilang. Semoga segera ditemukan karena kasihan sudah empat hari belum ada kabar," ia mengeluh.
Sedangkan anak lainnya, Anggi Panji Pangestu mengalami luka bakar serius di tubuhnya.
"Lukanya parah. Sudah dioperasi sekarang di Rumah Sakit Bun Kosambi untuk mendapatkan perawatan," Rojianto menambahkan.
Sementara, satu anak lainnya, yakni Deni Purwanto, juga mengalami luka bakar. Namun, luka Deni tidak terlalu parah.
"Alhamdulillah, Deni terkena luka bakar ringan di tangan dan punggungnya," ujarnya.
Ibu ketiga korban atau istri Rojianto sudah berada di Jakarta sejak Jumat, 27 Oktober 2017 atau sehari setelah peristiwa itu.
Ia mengetahui bahwa ketiga anaknya menjadi korban yang menelan puluhan korban jiwa meninggal itu dari rekan kerja anak-anaknya.
"Ada teman anak saya yang selamat mengabarkan musibah itu lewat telepon," katanya.
Firasat Jelek
Beberapa hari sebelum tragedi terbakarnya pabrik kembang api, sang ibu ketiga korban, Sopiah, mengaku sering mimpi buruk. Tidak hanya sang ibu, bibi ketiga korban itu juga mengalami mimpi buruk.
Sopiah kerap bermimpi, kepalanya dipatuk burung gagak hitam. Ia tidak tahu apa makna dari mimpi itu. "Saat itu saya sering bermimpi kepala saya dipatuk gagak," tuturnya.
Sementara, bibi dari ketiga korban yang tak lain adalah adik kandung Sopiah, bermimpi jika tanaman padinya di ladang tiba-tiba menghitam.
"Kalau adik saya mimpi tanaman padi di sawah cemeng (menghitam) semua," katanya.
Ketiga anak Sopiah bekerja di pabrik pengemasan kembang api itu tidak secara bersamaan. Taenari sudah bekerja selama satu setengah tahun. Sedangkan sang kakak, Anggi, bekerja selama satu tahun. Kemudian adiknya, Deni, yang sudah bekerja di pabrik itu lebih lama, yakni dua tahun.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Â