Sukses

Kisah Perempuan Berkelamin Ganda Selama Mengandung Anak Pertama

Perempuan berkelamin ganda yang pertama kali melahirkan anak itu menjalani operasi kelamin pada 11 Maret 2012.

Liputan6.com, Tegal - Santi (25), perempuan berkelamin ganda yang melahirkan bayi pertamanya pada Senin, 30 Oktober 2017, masih menjalani masa pemulihan di RSUD dr Soeselo Slawi, Kabupaten Tegal. Meski sempat drop, kondisi anak kelima dari tujuh bersaudara itu sudah membaik.

Melalui sang kakak, Nurjanah (46), Santi tidak mengalami kendala berarti selama mengandung bayi laki-lakinya sembilan bulan. Bayi laki-laki itu adalah buah cintanya dengan Tarsono yang menikahinya pada 2015 lalu.

"Selama sembilan bulan mengandung bayinya, setahu saya nggak ada kendala ataupun keluhan, kok. Paling cuman ngerasa mual-mual di tiga bulan awal kehamilan dan juga kadang-kadang, mengalami rasa nyeri di bagian perut bawah," kata Nurjanah saat ditemui di ruang perawatan, Kamis, 2 November 2017.

Nurjanah mengungkapkan, selama mengandung, Santi masih menjalani kontrol ke RS Karyadi Semarang untuk menekan hormon testosteronnya. Sebelumnya, Santi menjalani operasi kelamin di rumah sakit tersebut setelah menetapkan pilihan jati diri sebagai perempuan.

Operasi itu dijalani Santi pada 11 Maret 2012. Adiknya itu, lanjut Nurjanah, memang diketahui berkelamin ganda sejak lahir.

"Kondisi adik saya sejak dilahirkan memang ada alat kelamin laki- laki sama perempuan. Keduanya memiliki ukuran sama," ucap Nurjanah.

Ia mengatakan, adik dan kakak kandung Santi tidak ada yang memiliki kelamin ganda, kecuali empat sepupunya yang tinggal satu desa. Santi memilih menjadi perempuan setelah dirinya mengalami menstruasi pada usia 16 tahun.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Empat Sepupu

Kelamin ganda yang dialami Santi (25), wanita berkelamin ganda yang baru saja melahirkan bayi pertama, ternyata dialami warga sedesanya. Ada empat orang yang memiliki kondisi seperti Santi.

Keempatnya merupakan kakak beradik berinisial Z (14), TAH (6), NI (4), dan SD (21). Mereka ternyata merupakan saudara sepupu Santi yang tinggal di Kecamatan Bumijawa, Tegal, Jawa Tengah.

Dari kelima orang itu, baru Santi yang memutuskan untuk memilih satu kelamin dari dua alat kelamin yang dimilikinya. Santi memutuskan menjadi seorang perempuan sejak 2012 dan hingga kini rutin kontrol ke Rumah Sakit dr Kariyadi Semarang.

"Kita sudah ketahui bersama. Ada lima warga kami yang memiliki kelainan penyakit berkelamin ganda. Mereka ini masih satu keluarga besar," ucap Sekretaris Desa Sokasari, Ulumudin.

Tak seperti keempat sepupunya, Santi sudah memilih identitasnya. Santi mengaku proses pencarian jati diri yang dialaminya cukup pelik. Sejak lahir, ia tumbuh dengan dua alat kelamin. Namun, ia tak memiliki payudara seperti perempuan pada umumnya.

Setelah bertahun-tahun menjalani hidup dengan dua kelamin, ia menemukan pencerahan saat menginjak usia 16 tahun. Pada masa itu, ia mendapat menstruasi untuk pertama kalinya.

Sejak saat itu, dia mulai merasa bahwa dirinya adalah perempuan. Ia juga merasa jiwa perempuannya lebih dominan. Namun, ia masih dilanda kebingungan karena suaranya berat seperti laki-laki.

Di usianya yang ke-23, dia mulai memeriksakan diri ke dokter. Dokter yang memeriksanya pertama kali menyarankan Santi untuk memeriksakan diri ke rumah sakit di Semarang. Tujuannya untuk menentukan apakah dia seorang lelaki atau perempuan.

3 dari 3 halaman

Operasi Kelamin

Hingga pada 2012, dia memutuskan untuk melakukan operasi. Dia memilih menjadi perempuan.

Pada 2015, Santi kemudian menikah dengan Tarsono. Dia merupakan ayah dari bayi lelakinya yang baru saja lahir.

Meski sudah berhasil melahirkan putra, Santi mengaku masih melakukan kontrol ke Rumah Sakit Karyadi di Semarang. "Ya itu semua dilakukan untuk mendapatkan obat penekan hormon testosteron," kata dia.

Kasus Santi yang berkelamin ganda dan melahirkan anak terbilang langka. Sebelumnya, banyak kasus kelamin ganda yang mencuat di publik tetapi dengan jenis kelamin dominan adalah pria.

Salah satunya adalah kasus Alterina Hofan yang kemudian menikahi seorang perempuan. Kasus itu menarik perhatian karena Kejati DKI meyakini dia telah memalsukan identitas.

Kasus lainnya adalah yang dialami seorang warga Jombang. Meski sejak kecil diidentifikasi sebagai perempuan, Isa binti Rohmah berjuang menjadi lelaki tulen setelah dirinya mendapati memiliki alat kelamin pria.