Liputan6.com, Probolinggo - Kelestarian kawasan wisata Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, terancam karena ulah pengunjung yang tak bertanggung jawab. Menyadari hal itu, sejumlah relawan memasang puluhan papan peringatan untuk menggugah kesadaran pengunjung.
Setidaknya ada 40 papan peringatan dibuat dan dipasang oleh Forum Sahabat Gunung (FSH) di kawasan wisata Gunung Bromo. Papan itu berisi imbauan, peringatan, dan sebagainya. Isinya antara lain, imbauan untuk bawa sampah, larangan buat jalur baru, jangan injak rumput, batas kendaraan, hormati tanah leluhur, jangan buat api, dan lain-lain.
Belakangan ini, menurut Sismiko selaku koordinator aksi relawan, mereka banyak menemukan pelanggaran di sabana, baik oleh pengunjung, klub-klub mobil dan sepeda motor, yakni menginjak-injak rumput.
Advertisement
"Tak hanya itu, sampah-sampah juga masih berserakan di mana-mana, akibat ketidakpedulian dan kurangnya pemahaman wisatawan," ucap Sismiko, Jumat (3/11/2017).
Baca Juga
Pria yang akrab dipanggil Miko itu menuturkan, rambu-rambu terseut dipasang di beberapa titik seantero Bromo. Seperti sabana, Pura Poten, lautan pasir, dan tempat lain. Setidaknya ada 75 relawan dari Bromo Lovers, Patra, Saver, Gimbal Alas, PKL Bromo, Polsek Sukapura, SMK Negeri Sukapura, TNBTS, dan lainnya yang berpartisipasi.
"Mereka yang tergerak secara sukarela dengan hati yang iklas demi kelestarian gunung ini," tutur Miko.
Selain memasang papan imbauan dan peringatan, para relawan pencinta lingkungan hidup ini juga memunguti sampah di kawasan wisata Gunung Bromo. Puluhan kantong berisi sampah-sampah organik dan nonorganik berhasil dikumpulkan dan dibawa ke tempat pembuangan sampah.
Para relawan juga mengajak para pelajar untuk memberikan pencerahan bagi mereka agar peduli pada lingkungan sejak dini. "Sehingga, mereka bakal dapat menularkan virus cinta lingkungan hidup kepada rekan-rekan atau sanak keluarga demi kelestarian lingkungan hidup," ujar Ketua Gunung Bromo Lovers, Teguh Wibowo.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Daya Tampung Wisatawan di Penanjakan Bromo Bakal Bertambah
Dua bulan sebelumnya, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) menutup Bukit Penanjakan dari kunjungan wisatawan mulai 11 September sampai 10 Desember 2017. Penutupan terkait perbaikan sarana untuk menambah daya tampung di salah satu spot melihat matahari terbit di Gunung Bromo tersebut.
Kepala BB TNBTS, John Kennedie mengatakan, daya tampung wisatawan yang ingin melihat matahari terbit di Gunung Bromo melalui spot Bukit Penanjakan bisa bertambah dari sebelumnya rata-rata 300 orang menjadi 500 orang per hari.
"Daya dukungnya sekarang belum optimal. Kadang pengunjung sudah berjubel masih juga kita paksakan masuk," ucap John di Malang, Jawa Timur, Rabu, 6 September 2017.
Perbaikan sarana dan prasarana di area view point Bukit Penanjakan itu meliputi penambahan tribun pengunjung dari semula tiga saf akan menjadi lima deret. Renovasi sekaligus memperluas lokasi melihat matahari terbit di Bukit Penanjakan tersebut.
"Bukit Penanjakan nanti akan semakin efektif menerima wisatawan setelah perbaikan selama tiga bulan itu selesai," ujar John.
Meski demikian, wisatawan tak perlu khawatir dengan ditutupnya Bukit Penanjakan. Sebab, ada dua lokasi lain untuk menikmati sang fajar terbit di Gunung Bromo, yakni Bukit Cinta dan Bukit Kingkong. Apalagi, fasilitas umum di dua bukit itu sudah lebih dulu diperbaiki.
"Renovasi di dua bukit itu sudah selesai, maka sekarang giliran Bukit Penanjakan yang diperbaiki," ujar John.
Ia menambahkan, BB TNBTS berencana menerapkan pembatasan kuota kunjungan di Bukit Penanjakan sebanyak 500 orang per hari. Jika kuota itu terpenuhi, nantinya pengunjung bisa dialihkan ke Bukit Cinta dan Bukit Kingkong.
"Ini bisa jadi solusi memecah kepadatan. Mungkin nanti ada perbedaan warna tiket di tiap view point," ucap John.
Advertisement
Konservasi Bromo dan Semeru Terancam Ratusan Ribu Wisatawan?
Ratusan ribu wisatawan menjejakkan kaki ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) setiap tahun. Taman nasional itu pun terus dibenahi sarana dan prasarana pendukungnya. Hal itu diyakini tak akan merusak konservasi di taman nasional tersebut.
Kepala Balai Besar TNBTS, John Kennedie mengatakan, taman nasional seluas 52 ribu hektare itu dibagi menjadi tiga zonasi. Pembagiannya adalah zona inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan. Nah, zona pemanfaatan inilah yang boleh dikunjungi wisatawan.
"Luas zona pemanfaatan tak lebih dari sepuluh persen dari luas kawasan keseluruhan. Kalau zona inti tentu tak boleh disentuh karena untuk konservasi," kata John di Malang, Jawa Timur, Rabu, 6 September 2017.
Berdasarkan data BB TNBTS, jumlah wisatawan di tahun ini sampai dengan Juli lalu tercatat ada sebanyak 11.234 wisatawan mancanegara dan 339.825 wisatawan Nusantara. Sampai akhir tahun nanti, angka kunjungan wisatawan diperkirakan bisa mencapai lebih dari 500 ribu orang.
"Kami yakin konservasi tetap tak terganggu. Memang ada usulan membatasi kuota pengunjung," tutur John.
Tingginya kunjungan wisatawan itu sendiri menyumbang penerimaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang cukup signifikan. Sejauh ini, dari target PNPB sebesar Rp 16,2 miliar, realisasinya sampai Juli lalu sudah mencapai Rp 11,7 miliar atau 72,75 persen.
"Saya malah optimistis sampai akhir tahun pendapatan kita bisa menembus Rp 20 miliar," ucap John.
Pemerintah pusat menetapkan sepuluh destinasi wisata nasional dengan empat di antaranya adalah taman nasional. TNBTS merupakan satu di antara empat taman nasional tersebut.
Tiap tahun sarana dan prasarananya terus dibenahi dengan anggaran di tahun ini sebesar Rp 13 miliar. Tahun depan anggaran renovasi sarana pendukung diusulkan sebesar Rp 26 miliar.
"Pengembangan taman nasional sebagai salah satu destinasi wisata nasional tetap tak akan berbenturan dengan konservasi," ujar John.