Sukses

Pengolahan Air Bersih Freeport Sempat Tercemar Solar, Disabotase?

Air bersih yang diolah fasilitas pengolahan milik Freeport itu merupakan sumber air bersih untuk seluruh warga kota.

Liputan6.com, Timika - Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar mengakui salah satu fasilitas pengolahan air bersih PT Freeport Indonesia untuk memasok kebutuhan di Kota Tembagapura, Mimika, beberapa hari lalu sempat tercemar.

Meski demikian, Boy Rafli belum bisa memastikan apakah hal itu merupakan upaya sabotase yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata/KKB yang akhir-akhir ini melakukan serangkaian aksi teror penembakan dan perlawanan terhadap aparat.

"Belum pasti ada sabotase atau tidak, tapi yang jelas tercemar saja," kata Boy Rafli di Timika, Senin (6/11/2017), dilansir Antara.

Kini, fasilitas pengolahan air bersih milik PT Freeport itu sudah normal kembali dan dalam kondisi layak untuk konsumsi warga. Boy menyebut perusahaan memiliki sistem pengolahan air yang sangat bagus.

"Kalau satu terganggu, mereka masih memiliki cadangan yang lain. Jadi, tidak ada masalah," kata Boy.

Fasilitas pengolahan air bersih milik PT Freeport di Tembagapura diduga disabotase oleh orang tak dikenal pada Jumat, 3 November 2017. Orang yang tak disebutkan identitasnya itu diketahui menuangkan solar ke dalam bak penampungan air bersih yang memasok kebutuhan air bersih ke Kota Tembagapura dan sekitarnya.

Mengetahui adanya sabotase tersebut, tim internal PT Freeport langsung bergerak cepat. Pada Sabtu malam, 4 November 2017, sekitar pukul 23.00 WIT, kondisi air bersih di Kota Tembagapura sudah kembali bersih dan dinyatakan layak untuk konsumsi warga.

Juru bicara PT Freeport Indonesia, Riza Pratama, mengatakan pemulihan ketersediaan pasokan air bersih tersebut dilakukan dengan menutup saluran dari sumber yang telah terkontaminasi. Selanjutnya, penampungan persediaan air yang tercemar dikuras hingga bersih.

"Setelah itu, pengujian dari pihak internal maupunpihak ketiga melalui ISOS telah mengonfirmasi bahwa persediaan air di Tembagapura telah memenuhi standar air yang dapat diminum," kata Riza yang juga menjabat Vice President Coorporate Communication PT Freeport itu.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Pembakaran Gubuk Liar

Sementara itu, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) wilayah Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, diperkirakan memiliki belasan pucuk senjata api yang selama ini digunakan untuk teror penembakan terhadap kendaraan dan fasilitas milik PT Freeport maupun perlawanan kepada aparat.

"Mereka punya senjata api antara 10 sampai 15 pucuk," kata Kapolda Papua.

Boy memprediksi KKB yang kini membaur dengan masyarakat di beberapa kampung sekitar Tembagapura itu berasal dari dua kelompok dengan jumlah personel diperkirakan sebanyak 30-an orang.

Upaya menangkap kelompok tersebut hingga kini belum berhasil lantaran mereka selalu bersembunyi di balik lereng-lereng bukit terjal. "Mereka pintar lari dan bersembunyi di bukit-bukit karena mungkin sudah kebiasaan, tapi pasti kami akan kejar terus," ujarnya.

Saat ini, pasukan Brimob dibantu TNI sudah berada di area Tembagapura untuk mengejar anggota KKB yang sering melakukan aksi teror penembakan di wilayah itu.

Pada Sabtu malam, 4 November 2017, kelompok tersebut membakar sejumlah gubuk liar milik para pendulang emas tradisional yang berjejer di sepanjang bantaran Kali Kabur, dekat perkampungan Utikini Lama dan Kimbeli, Distrik Tembagapura.

Keberadaan gubuk-gubuk liar itu sebetulnya sejak awal telah ditertibkan oleh aparat karena dianggap dapat membahayakan keselamatan para pendulang emas tradisional.

"Yang mereka bakar itu rumah-rumah kayu di pinggir sungai yang dibuat oleh para pendulang. Itu memang daerah terlarang, tapi selama ini para pendulang bandel. Rupanya mereka juga menjadi sasaran kelompok ini," kata Kapolda.

Aparat telah meminta para pendulang tradisional segera meninggalkan kawasan pendulangan emas tradisional di sepanjang aliran Kali Kabur guna memudahkan pengejaran KKB. Namun, permintaan tersebut tak digubris para pendulang emas tradisional.

"Pendulangnya tidak mau, kita sudah imbau, tapi mereka tidak mau. Mungkin karena di situlah lokasi mereka mencari makan, padahal daerah di sepanjang bantaran kali itu sangat berbahaya. Sudah beberapa kali kejadian longsor sampai menelan korban jiwa," tutur Kapolda.

 

 

3 dari 3 halaman

Ibu Melahirkan Jadi Korban

Sebelumnya, Serina Kobogau, seorang ibu yang baru melahirkan dan membutuhkan perawatan intensif, menjadi korban penembakan kelompok kriminal bersenjata pada Senin, 23 Oktober 2017, sekitar pukul 14.45 WIT.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes AM Kamal, menyebutkan saat kejadian, seluruh penumpang di dalam mobil ambulans melihat belasan orang yang diduga kelompok bersenjata berada di sekitar gedung.

"Kelompok tersebut menembaki mobil ambulans yang sedang membawa ibu dan bayinya setelah melahirkan di Rumah Sakit Banti," kataKamal, Selasa, 24 Oktober 2017.

Tembakan tersebut juga mengenai helm milik Lexi Titalessy, sopir ambulans. Lalu, serpihan kaca mengenai penumpang lainnya, yakni mengenai wajah Rendi, bayi milik Serina Kobogau, Anditiya Ocha Ferdiana pegawai medis, dan Tomy Dibitau, suami dari Serina Kobogau.

"Ini sudah tidak masuk akal. Kami mengecam tindakan menembak mobil ambulans yang di dalamnya terdapat seorang pasien yang harus dievakuasi," kata Kamal.

Kepolisian setempat telah berkoordinasi dengan TNI, untuk bersama-sama mengejar penembak mobil ambulans milik Rumah Sakit Banti bernomor lambung 01.4414 R Armored itu. Areal PT Freeport Indonesia, tepatnya di Tembagapura sudah empat hari belakangan ini diteror aksi penembakan yang diduga dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata Sabinus Waker.

Waker diduga memiliki 15-an anak buah dan memegang senjata jenis stayer dan ratusan amunisi yang dirampas dari tangan polisi pada 2015 lalu.

Â