Liputan6.com, Makassar - Air mata tak terbendung keluar dari mata Kombes Pol Dicky Sondani, Kepala Bidang Humas Polda Sulsel saat mengunjungi rumah gadis cilik yang mengidap sakit lumpuh layu, Nurjannah (9), Selasa, 8 November 2017.
Dicky mengaku miris dan prihatin setelah melihat langsung kondisi Nurjannah yang hanya terbaring kaku beralaskan tikar usang dalam sebuah rumah kecil yang boleh dikatakan tak layak huni.
"Atapnya bocor-bocor dan ukuran rumahnya sangat kecil bahkan hanya ada ruang tamu yang dijadikan juga sebagai kamar tidur tanpa ranjang," kata Dicky dengan mata yang berkaca-kaca.
Advertisement
Baca Juga
Ia mengungkapkan sejak mendapatkan kabar dan membaca berita yang dimuat oleh Liputan6.com, dirinya susah tidur nyenyak, bahkan makan pun tak merasa enak karena selalu mengingat kondisi Nurjannah yang menderita lumpuh layu dan hidup dalam perawatan ibunya yang juga tak punya sumber penghasilan.
"Saya sangat berterima kasih kepada rekan dari Liputan6.com yang awal memberikan informasi ini. Saya sendiri terus terang langsung terpukul dan tak nyenyak tidur apalagi mau enak makan setelah mendapat informasi itu. Saya sangat prihatin dengan kondisi Nurjannah beserta keluarganya yang bertarung hidup dalam kemiskinan," ungkap Dicky dengan nada sendu.
Simak video pilihan berikut ini:
Â
Bantuan Langsung untuk Bocah Lumpuh Layu di Makassar
Rasa prihatin yang terus bergejolak dalam hatinya usai mendapatkan informasi terkait kondisi Nurjannah tersebut, membesarkan semangat Dicky untuk langsung mencari rumah Nurjannah dengan membawakan beberapa barang kebutuhan pokok yang memang sangat diperlukan keluarga Nurjannah.
"Saya tadi bawakan beberapa barang kebutuhan pokok dan kompor beserta gas agar bagaimana beban sehari-hari keluarga tersebut dapat terkurangi. Insya Allah saya juga akan belikan ranjang mini mendekat ini agar Nurjannah tak lagi tidur dilantai yang hanya beralaskan tikar tipis yang usang ,"ucap Dicky.
Ia berharap para dermawan yang ada di Kota Makassar juga dapat menyisihkan sedikit waktu untuk menjenguk sekaligus membantu mengurangi beban Nurjannah beserta keluarganya yang hidup dengan penuh keterbatasan.
"Dan semoga Nurjannah juga bisa cepat sembuh dari penyakit yang dideritanya sejak usia satu tahun. Amin amin amin," harap Dicky.
Satu hal bagi Dicky yang layak dicontoh dari sikap tegar Nurjannah dan keluarganya, yakni sikap tegar yang dimiliki ibunya, Riri (34). Riri, sambung Dicky, pantang untuk mengemis meskipun untuk makan. Bagi Riri, hal itu sama sekali bukan perbuatan mulia.
"Saya salut sama ibunya yang tak mau mengemis. Dia betul-betul pasrah sambil terus menaikkan doa dengan kondisinya yang ada. Betul betul ia merawat anaknya karena sebuah amanah yang harus dijalankan meski dalam keterbatasan," Dicky menandaskan.
Advertisement
Pantang Mengemis, Ibu di Makassar Tegar Rawat Anak Lumpuh Layu
Pasrah kepada ilahi sembari berdoa, hanya itu modal yang menguatkan hati seorang ibu rumah tangga (IRT) di Makassar ini dalam merawat buah hatinya yang menderita lumpuh layu sejak berusia 1 tahun.
Riri (35), nama Ibu Rumah Tangga (IRT) tersebut. Selama ini, ia tinggal bersama dua buah hatinya di sebuah rumah di Jalan Andi Mangerangi, Lorong 11, Kelurahan Bongayya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.
Beban Riri terasa makin berat saat ia ditinggalkan suaminya, Yan Affandi (43) merantau mencari kerja ke Jakarta. Tanpa ada sedikit pun sumber penghasilan, ia berupaya tegar merawat dua anaknya seorang diri, termasuk si sulung, Nurjanah (9).
Nurjanah yang menderita lumpuh layu itu hanya bisa berbaring kaku di lantai beralaskan tikar plastik. Tikar itu merupakan pemberian tetangganya yang prihatin dengan kondisinya dulu.
"Awalnya, dia (Nurjanah) lahir normal. Tapi tiba-tiba terkena demam tinggi dan step. Yah beginilah setelahnya," kata Riri kepada Liputan6.com saat dikunjungi di rumahnya, Senin, 6 November 2017.
Menurutnya, merawat anak merupakan amanah yang harus dijalankan meski dalam keterbatasan. Belas kasih dari kerabatnya yang terkadang muncul menjadi satu-satunya sumber ia menghidupi anaknya itu.
"Kadang makan ketika ada sepupu yang datang membungkuskan kami nasi. Itulah yang saya makan bersama dua anak saya. Selain tak punya penghasilan, saya juga tak bisa berbuat apa. Apalagi mau masak, kami tak punya kompor," katanya.
Meski kondisinya serba terbatas, pantang bagi Riri untuk mengemis. Ia yakin mengemis bukan perbuatan yang mulia.
"Semua sudah diatur Tuhan. Apa pun yang menjadi skenarionya saya akan jalani sebagai amanah. Meski, saya tahu kondisi yang ada berat. Doa dan kepasrahan yang menguatkan saya dalam membesarkan buah hati saya," ujar Riri.