Sukses

Tanah Retak Sepanjang 150 Meter Usai Longsor Landa Garut

Sebanyak 13 pemilik rumah yang lokasinya dekat retakan tanah menolak diungsikan ke lokasi pilihan Pemkab Garut.

Liputan6.com, Garut - Hujan deras dengan intensitas cukup tinggi yang mengguyur kawasan Garut, Jawa Barat sejak Sabtu, 11 November 2017, menyebabkan bencana longsor di sejumlah titik di Kabupaten Garut.

Kontur tanah yang labil dengan kemiringan yang tajam, menyebabkan pergeseran dan retakan tanah mudah ditemukan di Garut. Tercatat selama hujan kemarin, dua rumah warga di Kecamatan Pakenjeng rusak berat akibat terseret material longsor.

Sementara, belasan rumah di Kampung Cikuda, Kecamatan Cilawu terancam. Namun dari dua musibah itu, tidak menimbulkan korban jiwa.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Garut, Nurdin Yana mengatakan, musibah longsor pertama menimpa rumah milik Adang (50), warga Kampung Sawah Limus RT 02/RW 06, Desa Sukamulya, dan Udin (30), warga Kampung Tipar RT 02/RW 05, Desa Sukamulya.

"Musibah longsor terjadi sekitar pukul 15.00 WIB pada Sabtu kemarin," ujarnya, Minggu (12/11/2017).

Akibat musibah itu, kedua rumah korban mengalami kerusakan parah akibat timbunan material longsor. Saat longsor terjadi, para penghuni rumah masih sempat menyelamatkan diri.

"Untuk sementara korban yang rumahnya rusak tinggal di rumah saudara dan tetangga terdekat," kata dia. Untuk menghindari longsor susulan, warga dan aparatur setempat terus meningkatkan kewaspadaan.

Selain di wilayah Pakenjeng, lanjut dia, musibah longsor juga mengancam belasan rumah warga Kampung Cikuda RT 04 RW 01, Desa Mekarsari. Tebing setinggi 10 meter yang berada di dekat pemukiman, mengalami longsor yang mengancam sekitar 13 rumah di daerah tersebut.

"Kalau di Cilawu, kejadiannya sekitar pukul 12.30 saat hujan deras," kata dia.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, para pemilik rumah diungsikan ke tetangga dan saudara terdekat. "Tidak ada korban jiwa dalam Peristiwa tersebut," ujar dia.

Akibat pergerakan tanah itu, terjadi retakan tanah sepanjang 150 meter tepat di permukiman warga. Pihaknya telah menawarkan opsi relokasi bagi pemilik 13 rumah ke Kampung Negla, Desa Mekarsari.

Namun, mayoritas dari mereka menolak relokasi ke tempat yang baru. Hal itu disebabkan minimnya fasilitas publik seperti aliran listrik, air bersih, hingga fasilitas MCK.

Saksikan video pilihan berikut ini: