Sukses

Mahasiswi Semarang Tewas Tertimpa Longsoran Fondasi Asrama

Selain satu korban tewas, terdapat dua mahasiswi lain yang terluka dalam musibah longsor tersebut.

Liputan6.com, Semarang - Satu mahasiswi Sekolah Tinggi Teologi (STT) Sangkakala, Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tewas setelah tertimpa longsoran fondasi di bagian belakang asrama putri perguruan tinggi itu.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, Heru Subroto, membenarkan kejadian nahas yang menewaskan Resy (22), mahasiswi asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada Senin malam, 13 November 2017.

"Longsor diduga akibat hujan yang mengguyur sejak siang hingga malam," ucap Heru ketika dihubungi dari Semarang, Selasa (14/11/2017), dilansir Antara.

Ia menjelaskan, longsoran fondasi menimpa bangunan asrama mahasiswi tersebut. Material tanah dan besi menimbun bagian belakang asrama tersebut.

Selain satu korban tewas, terdapat dua mahasiswi lain yang terluka dalam kejadian tersebut. Menurut Heru, petugas gabungan telah diterjunkan ke lokasi kejadian.

"Untuk mahasiswi yang lain sudah diungsikan ke lokasi yang lebih aman," katanya.

Selama musim hujan ini, warga yang tinggal di kawasan perbukitan diimbau lebih waspada. "Kalau hujan sudah berlangsung selama dua jam terus-menerus harus diwaspadai," Heru menambahkan.

Ia pun meminta warga yang tinggal di kawasan rawan longsor untuk mengungsi sementara jika terjadi hujan deras.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Longsor Jebol Dinding Rumah Kos, Mahasiswi Brawijaya Tewas

Sebelumnya, tanah longsor karena hujan intensitas tinggi menjebol dinding belakang rumah kos yang dihuni lima orang di Jalan Suko Agung, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Seorang mahasiswi bernama Dina Oktaviani (20) tewas.

"Rumah tersebut merupakan kos mahasiswa berpenghuni lima orang, di mana dua orang berada di dalam rumah kos dan tiga orang sedang di luar saat kejadian longsor," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu, 12 November 2017.

Tebing sepanjang 10 meter dengan tinggi dua meter itu longsor pada pukul 15.30 WIB dan menimbun dua mahasiswa. Dina, mahasiswi Jurusan Psikologi FISIP Universitas Brawijaya yang berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah, diduga tengah tidur saat longsor terjadi.

Korban tewas itu kemudian dibawa ke Rumah Sakit dr Saiful Anwar, Malang. Sementara, Paulina (20), seorang mahasiswi Jurusan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya mengalami luka ringan akibat bencana itu.

"Dampak longsor lain adalah berupa kerusakan fisik seperti dua kasur, lemari dari plywood, laptop, dan kerusakan bagian belakang rumah seluas 168 meter persegi. Ditaksir kerugian ekonomi sekitar Rp 111 juta," kata Sutopo.

Tim Reaksi Cepat BPBD Kota Malang menangani kejadian itu secara darurat bersama instansi terkait. Kawasan rumah tersebut saat ini dikosongkan dan dipasangi garis polisi karena khawatir terjadi longsoran susulan.

3 dari 3 halaman

Tanah Retak 150 Meter Usai Longsor Landa Garut

Adapun hujan deras dengan intensitas cukup tinggi mengguyur kawasan Garut, Jawa Barat, sejak Sabtu, 11 November 2017, menimbulkan bencana longsor di sejumlah titik di Kabupaten Garut.

Kontur tanah yang labil dengan kemiringan yang tajam, menyebabkan pergeseran dan retakan tanah mudah ditemukan di Garut. Tercatat selama hujan kemarin, dua rumah warga di Kecamatan Pakenjeng, rusak berat akibat terseret material longsor.

Sementara, belasan rumah di Kampung Cikuda, Kecamatan Cilawu terancam. Namun dari dua musibah itu, tidak menimbulkan korban jiwa.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Garut, Nurdin Yana mengatakan, musibah longsor pertama menimpa rumah milik Adang (50), warga Kampung Sawah Limus RT 02/RW 06, Desa Sukamulya, dan Udin (30), warga Kampung Tipar RT 02/RW 05, Desa Sukamulya.

"Musibah longsor terjadi sekitar pukul 15.00 WIB pada Sabtu kemarin," ujar dia kepada Liputan6.com, Minggu, 12 November 2017.

Akibat musibah itu, kedua rumah korban mengalami kerusakan parah akibat timbunan material longsor. Saat longsor terjadi, para penghuni rumah masih sempat menyelamatkan diri.

"Untuk sementara korban yang rumahnya rusak tinggal di rumah saudara dan tetangga terdekat," kata dia. Untuk menghindari longsor susulan, warga dan aparatur setempat terus meningkatkan kewaspadaan.

Selain di wilayah Pakenjeng, lanjut dia, musibah longsor juga mengancam belasan rumah warga Kampung Cikuda, RT 04 RW 01, Desa Mekarsari. Tebing setinggi 10 meter yang berada di dekat permukiman, mengalami longsor yang mengancam sekitar 13 rumah di daerah tersebut.

"Kalau di Cilawu, kejadiannya sekitar pukul 12.30 WIB, saat hujan deras," kata dia.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, para pemilik rumah diungsikan ke tetangga dan saudara terdekat. "Tidak ada korban jiwa dalam Peristiwa tersebut," ujar dia.

Akibat pergerakan tanah itu, terjadi retakan tanah sepanjang 150 meter tepat di permukiman warga. Pihaknya telah menawarkan opsi relokasi bagi pemilik 13 rumah ke Kampung Negla, Desa Mekarsari.

Namun, mayoritas dari mereka menolak relokasi ke tempat yang baru. Hal itu disebabkan minimnya fasilitas publik seperti aliran listrik, air bersih, hingga fasilitas MCK.