Liputan6.com, Timika - Manajemen PT Freeport Indonesia memberangkatkan satu konvoi bus menuju area Tembagapura, Mimika, Papua, pada Kamis (16/11/2017) pukul 12.00 WIT dari Terminal Gorong-Gorong Timika.
Konvoi tersebut merupakan konvoi pertama yang diberangkatkan Freeport pasca-penembakan oleh kelompok bersenjata yang menewaskan Bripka (Anumerta) Firman personel Brimob Detasemen B Polda Papua di sekitar mile 69, Rabu, 15 November 2017, pukul 03.50 WIT.
Seorang petugas keamanan Freeport di Terminal Bus Gorong-gorong mengatakan sebanyak satu konvoi atau 12 bus telah diberangkatkan pukul 12.00 WIT dengan pengawalan anggota Satuan Tugas Pengamanan Objek Vital Nasional.
Advertisement
Menurutnya, untuk Rabu, konvoi bus Timika-Tembagapura hanya satu kali, sedangkan konvoi Tembagapura-Timika sama sekali tidak ada.
Baca Juga
"Sesuai jadwal untuk hari ini, dua kali, yaitu pada pagi hari pukul 07.30 WIT dan siang pukul 14.00 WIT. Namun, berdasarkan informasi yang kami dapat dari pihak keamanan, bahwa hanya satu konvoi saja untuk hari ini," katanya.
Sebelumnya, ratusan karyawan yang hendak naik ke area Tembagapura telah bersiap-siap di Terminal Gorong-Gorong Timika dan langsung berangkat pukul 07.30 WIT.
Rencana keberangkatan konvoi pada pukul 08.30 WIT. Namun, karena lama menunggu kepastian keberangkatan, sebagian karyawan akhirnya memilih untuk pulang.
Bahkan kemarin, konvoi pertama bus pada pukul 07.30 WIT terpaksa dihentikan dengan alasan keamanan. Ratusan karyawan yang sudah naik ke dalam bus terpaksa turun dan kembali ke rumah masing-masing.
Menurut informasi yang dihimpun, konvoi pertama dari Tembagapura-Timika kemarin juga putar arah di Mile 63. Pasalnya, jalan di area itu dipalang oleh kelompok bersenjata dengan menggunakan pohon-pohon yang ditumbangkan menghalangi badan jalan.
Manajemen Freeport sejak penembakan pada 17 Agustus 2017 di area jalan tambang mulai mengurangi konvoi bus karyawan melalui jalur darat yang sebelumnya tiga kali sehari pada pagi, siang, dan sore, menjadi dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore.
Saksikan video pilihan berikut:
Â
Belum Ada Sinyal Damai
Kepolisian Daerah Papua kembali mengingatkan kelompok kriminal bersenjata (KKB) agar segera melepaskan 1.300 warga sipil yang kini terisolasi dalam penguasaan kelompok itu di Kampung Banti dan Kimbeli, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika.
Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar mengatakan, hingga lebih dari dua pekan sejak aksi teror penembakan secara masif oleh KKB di wilayah Tembagapura, kelompok bersenjata itu belum menunjukkan tanda-tanda mau menyelesaikan persoalan yang ada dengan cara damai.
Melalui para tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh pemerintahan yang pernah bernegosiasi dengan KKB, kata Boy, polisi menitipkan pesan agar masyarakat diberi kesempatan untuk keluar dari Banti dan Kimbeli karena keinginan mereka sendiri, karena kebutuhannya, dan karena kondisi yang mereka hadapi tanpa gangguan apa pun.
"Kami hanya minta itu, dan sampai sekarang belum ada kabar apa pun," kata Kapolda saat menggelar konferensi pers di Hotel Rimba Papua Timika.
Meski berbagai upaya melibatkan para tokoh sudah dilakukan, kata Boy, kelompok bersenjata terkesan enggan melepas begitu saja sekitar 1.300 warga sipil untuk pergi meninggalkan Kampung Banti, Kimbeli, Opitawak. Padahal, ribuan masyarakat sipil itu kini sangat membutuhkan bantuan pangan, pelayanan kesehatan, dan berbagai kebutuhan mendasar lainnya.
"Masyarakat dipaksa tidak boleh pergi ke mana-mana. Memang mereka tidak dikurung dalam satu ruangan, tapi kehidupan mereka sangat tertekan. Berbicara pun dibatasi," kata Kapolda.
Advertisement