Liputan6.com, Timika - Anggota Satuan Tugas Terpadu berhasil mengevakuasi warga sipil yang ada di perkampungan Tembagapura antara lain di Kampung Banti dan Kimbeli di wilayah distrik Tembagapura, Mimika, Papua, Jumat (17/11/2017).
Dilansir Antara, evakuasi warga yang sebelumnya dikuasai oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Ayub Waker berhasil dievakuasi oleh satgas terpadu yang dipimpin langsung Komandan Satuan Brimob Polda Papua, Kombes Mathius D. Fakhiri, sekitar pukul 09.30 WIT.
Sebelumnya, upaya evakuasi yang dilakukan sempat mendapat perlawanan dari pihak KKB. Namun, anggota yang diterjunkan tersebut berhasil menguasai wilayah yang diduduki Kelompok Kriminal Bersenjata.
Advertisement
Baca Juga
Setelah wilayah berhasil dikuasai, personel beserta rombongan pasukan lainnya langsung menuju lokasi penahanan warga sipil. Mereka kemudian mengevakuasi warga secara bertahap.
Hingga siang ini, informasi yang berhasil dihimpun menerangkan, ada empat bus yang digunakan untuk mengevakuasi warga sipil dan telah tiba di Sport Hall Tembagapura Mile Point (MP) 68.
"Untuk sandera atau pengungsi sejumlah 200 orang sudah diamankan di Sport Hall Tembagapura. Lainnya menyusul," kata Kabagops Korps Brimob Kombes Waris Anggono kepada Liputan6.com seraya menambahkan total warga yang berhasil dievakuasi mencapai 356 orang.
Warga sipil yang dievakuasi sementara ditampung di Sport Hall, Kota Tembagapura, sambil menunggu proses evakuasi yang berjalan secara bertahap. Rencananya, mereka selanjutnya akan dibawa ke Timika.
Di Timika, Pemkab Mimika bersama dengan TNI dan Polri telah menyediakan tiga tempat untuk para warga yang dievakuasi.
Tempat evakuasi itu adalah di Gedung Eme Neme Yauware untuk warga Papua, gedung Tongkonan Jalan Sam Ratulangi untuk warga dari Sulawesi Selatan, dan Sekretariat Kerukunan Jawa Bersatu yang beralamat di Jalan Budi Utomo Ujung untuk warga asal Jawa.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Â
Â
Tempat Evakuasi
Pemerintah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, menyatakan siap menampung dan mengurus seribuan lebih warga pengungsi dari beberapa kampung sekitar Kota Tembagapura yang kini diduduki oleh kelompok kriminal bersenjata.
Di tempat berbeda, Wakil Bupati Mimika Yohanis Bassang mengatakan pemerintah daerah dan masyarakat setempat melalui paguyuban suku masing-masing siap menampung para pengungsi dari Tembagapura itu.
"Sewaktu-waktu kalau ada evakuasi warga dari Banti, Kimbeli dan Utikini, maka kami siap mendukung dan membantu aparat keamanan. Sudah tentu bukan hanya Pemda, masyarakat yang lain terutama paguyuban suku-suku masing-masing sudah siap untuk itu, yang terpenting masyarakat segera dievakuasi dari kampung-kampung itu," kata Bassang, dilansir Antara.
Informasi yang dihimpun Antara di Timika, sejak Jumat pagi aparat gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Terpadu Operasi KKB Papua telah masuk ke Kampung Utikini, Kimbeli, dan Banti untuk menyelamatkan sekitar 1.300 warga yang selama lebih dari dua pekan terisolasi karena KKB menduduki tempat pemukiman mereka.
Hingga Jumat siang, upaya evakuasi seribuan warga sipil itu masih terus berlangsung di bawah tekanan dan ancaman tertembak oleh kelompok separatis bersenjata yang selama beberapa pekan terakhir secara masif menyerang aparat keamanan, fasilitas, dan kendaraan milik PT Freeport maupun warga sipil.
Wakil Bupati Mimika menegaskan meski kewenangannya terbatas, dengan segala sumber daya yang tersedia, para pengungsi dari Tembagapura itu dipastikan akan ditangani secara baik.
Bassang berjanji akan berkoordinasi dengan sejumlah paguyuban seperti Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB), Kerukunan Keluarga Bugis, Ikatan Keluarga Toraja, Kerukunan Keluarga Buton Sulawesi Tenggara dan lainnya yang warganya selama ini terjebak atau terisolasi di Banti, Kimbeli dan Utikini Lama.
"Kalau warga pendatang saya kira tidak ada persoalan. Yang perlu dipikirkan bagaimana dengan warga asli Papua dari kampung-kampung itu. Ini yang perlu penanganan khusus," jelasnya.
Bahkan, Bassang menyiapkan rumah pribadinya dan rumah jabatan Wakil Bupati Mimika untuk dapat digunakan menampung pengungsi jika mereka tidak memiliki sanak saudara atau keluarga di Timika.
"Saya tidak setuju kalau ditampung di satu lokasi karena nanti mereka kesulitan air bersih, makan-minum, belum lagi kesehatan mereka. Sebaiknya mereka langsung ditangani oleh pengurus kerukunan keluarga masing-masing," ujarnya.
Advertisement