Liputan6.com, Bandung - Kebun Binatang Bandung melepasliarkan 40 ekor burung kerak kerbau atau yang lebih dikenal jalak kebo. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil turut membuka acara pelepasan burung dengan nama latin Javan Myna tersebut.
Acara pelepasliaran burung kicau itu dilaksanakan di salah satu kandang burung di Kebun Binatang Bandung pada Sabtu, 18 November 2017, sekitar pukul 10.30 WIB.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) Tony Sumampau mengatakan, pelepasliaran tersebut dilakukan untuk mengembalikan burung hasil penangkapan yang telah diamankan dan telah melalui proses breeding.
Advertisement
"Masyarakat internasional sedang mengkritik kita karena masyarakatnya sering menangkap burung untuk dipelihara atau dilombakan," kata Tony dalam sambutannya.
Baca Juga
Karena itu, dia mengajak masyarakat untuk tidak lagi menangkap jalak kebo. "Jalak kebo ini jenis song bird, sering berkicau dengan suaranya yang menarik," jelasnya.
Setelah jalak kebo, rencananya pihak kebun binatang juga akan melepas jalak putih, jalak suren, dan burung berkicau lainnya.
"Supaya kota Bandung jadi merdu dengan suara burung. Kota Bandung ini pertama melepaskan burung berkicau," terangnya.
Kepala BBKSDA Sustyo Iriono menambahkan, puluhan jalak kebo tersebut sudah menjalani penyesuaian agar terbiasa mencari makanan di alam terbuka.
Meski telah dilepasliarkan, pihak kebun binatang masih tetap menyediakan makanan, yang tersebar di sekitar kandang aslinya dan beberapa tempat lain di kebun binatang.
"Pelepasan jalak kebo ini bentuk konservasi tentang fungsi breeding," jelasnya.
Selain jalak kebo, burung lain yang juga melebihi kapasitas adalah koak biru. Rencananya, akhir tahun nanti beberapa koak biru akan dilepasliarkan juga.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Pesan Emil pada Pengelola Bonbin
Sementara itu, Ridwan Kamil memuji kondisi kebun binatang sekarang ini banyak mengalami kemajuan.
"Hari ini berbeda, saya lihat perubahan fundamental. Hewan-hewan di sini diperlakukan seperti dulu seperti sudah ada pagar, tidak ada pengkerangkengan pada binatang," ucap Emil.
Pernyataan orang nomor satu di kota Bandung itu cukup beralasan. Dalam beberapa kesempata, kebun binatang ini mengundang perhatian karena perawatan dan fasilitas hewan yang minim.
Salah satunya, kematian gajah bernama Yani yang mati akibat sakit pada Mei 2016 silam. Gajah malang tersebut mengalami penyakit radang paru-paru yabg disebabkan oleh bakteri yang diduga berasal dari kualitas pakan yang buruk.
Emil pun berpesan pada pengelola kebun binatang seluas 14 hektare itu untuk terus berinovasi. Salah satunya dengan menyarankan ruang-ruang khusus bagi pengunjung untuk bersantai.
"Saya tahu di sini ada danau kecil, nah di area itu bisa didesain tempat bagi yang mau duduk berlama-lama," harapnya.
Menurut dia, kebun binatang harus membuat pengunjung merasakan kebahagiaan. Pihak kebun binatang bisa memanfaatkan peluang kedatangan 6 juta orang per tahun ke Bandung.
"Kota ini peluang pendapatannya besar sekali. Jadi kalau kebun binatang representatif, saya tidak ragu mempromosikan," katanya.
Advertisement