Sukses

Bocah SD di Tulungagung Jadi Buruh Giling demi Hidupi Sang Nenek

Bocah SD ini rela menghabiskan waktu bermainnya untuk mengumpulkan uang agar bisa membelikan neneknya kompor dan televisi.

Liputan6.com, Tulungagung - Seorang bocah pelajar SD Negeri 1 Jeli, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur bekerja menjadi pembantu giling padi demi membantu menghidupi neneknya yang sudah sakit-sakitan.

David Ashari (11), nama bocah itu, mengakui pekerjaan serabutan itu awalnya dia lakukan untuk membantu membelikan satu unit kompor gas dan televisi untuk sang nenek, pengasuhnya yang kini sudah berusia 74 tahun.

"Uangnya untuk nenek," kata David dengan nada pelan, seperti dilansir Antara, Rabu (22/11/2017).

David yang barusan pulang dari sekolah tampak tidak banyak bicara. Saat diajak berbincang dengan wartawan, David yang kini duduk di bangku kelas IV menjawabnya dengan kalimat pendek-pendek.

Ia mengaku terobsesi untuk mengumpulkan uang demi membelikan televisi dan kompor gas buat sang nenek yang beberapa tahun terakhir mulai sakit-sakitan.

David mengaku menjalani aktivitasnya atas kemauan sendiri, yang dikerjakan sepulang dari sekolah dan mengaji diniyah mulai sekitar pukul 13.00 WIB hingga 16.00 WIB.

"Kerjanya hanya membantu memasukkan padi ke penggilingan," tutur David Ashari dengan wajah datar.

Sang nenek, Supiyem (72), mengatakan aktivitas David yang bekerja serabutan secara paruh waktu dilakoni sudah dua tahun terakhir.

Mulanya, bocah SD yang sudah tidak memiliki orangtua. Ia hanya hidup bersama neneknya yang sudah renta itu dan bermain di penggilingan padi milik sahabat kakeknya.

"Mungkin karena tahu David ini sebatang kara dan tidak ada yang mengasuh, lalu dia ditawari untuk membantu bekerja di penggilingan oleh Pak Nur, pemilik penggilingan padi itu," kata Supiyem bertutur.

 

2 dari 2 halaman

Kisah David Sempat Viral di Dunia Maya

David bercerita sehabis pulang sekolah dia selalu datang ke tempat penggilingan gabah milik Pak Nur yang berada di Dusun Denok Desa Jeli, Kecamatan Karangrejo, yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari rumahnya.

Pak Nur, biasa David memanggil teman ayahnya itu. Di tempat tersebut, David sekadar membantu menggiling gabah dan juga menyapu. Dari jerih payahnya tersebut, dia mendapatkan uang saku mulai Rp 5 ribu hingga Rp 25 ribu.

"Ya, tidak tentu dapatnya berapa, dan uangnya saya kasihkan kepada nenek untuk keperluan di dapur," katanya.

David memiliki keinginan untuk membelikan neneknya sebuah kompor gas dan televisi. Sebab, setiap hari ketika neneknya hendak memasak hanya dengan tungku yang menggunakan kayu bakar.

Cerita tentang kehidupan David yang hidup dengan neneknya sempat viral di kalangan media sosial. Dari situlah mulai bermunculan bantuan dari berbagai masyarakat. Secara bersamaan datang seorang warga yang memberikan bantuan kompor gas dan televisi.

Kepala SDN 1 Jeli Tutik Rahayu membenarkan kondisi David yang yatim piatu dan bekerja serabutan.

"Ketiadaan orangtua sebagai pengasuh untuk anak membuat David menjadi kurang kasih sayang juga perhatian. Prestasinya boleh dibilang kurang bagus. Itu dampak psikologis hidupnya yang sebatang kara," kata Tutik.

 

Simak video pilihan berikut ini: