Liputan6.com, Surabaya - Beberapa ruas jalan dan perkampungan di Kota Surabaya, Jawa Timur, banjir akibat hujan deras yang mengguyur Kota Pahlawan sejak Jumat pagi hingga sore tadi. Kawasan yang banjir antara lain Jambangan, Mulyorejo, Ngagel, Tambaksari, Tegalsari, Indrapura, Rungkut, Dharmawangsa, Mayjen Sungkon, Gunung Anyar, dan Petemon.
"Sejak pagi sampai sore ini hujan belum reda. Ini air masuk rumah warga di Kampung Medayu Utara," ucap Andik, warga Medayu Utara, Rungkut, Surabaya, Jumat (24/11/2017), dilansir Antara.
Hujan deras membuat banyak rumah warga kemasukan air dan warga bekerja bakti untuk membersihkannya. "Tapi airnya tidak kunjung surut-surut, malah sekarang hujan lagi. Kami kerepotan, kami berharap Satgas PU bisa membantu kami mengatasi ini," katanya.
Advertisement
Adapun seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Indrapura, Zakiyah, terpaksa tidak bisa berdinas ke luar kota karena jalanan macet akibat banjir. "Sebetulnya kami ada tugas di luar kantor pada hari ini. Berhubung banjir dan jalanan macet, kami batalkan," katanya.
Baca Juga
Banyak kendaraan roda dua yang mogok karena sepeda motornya terendam air setinggi lutut orang dewasa di daerah-daerah seperti Ngagel Jaya Selatan, Sidotopo, Kertajaya, Rungkut, dan Pucang.
"Saya terpaksa menuntut kendaraan yang yang mogok. Ini saya lagi mencari bengkel," kata Ardian, warga Rungkut yang terjebak macet di kawasan Ngagel.
Sementara itu, Ketua DPRD Surabaya, Armuji beserta pimpinan DPRD melakukan inspeksi ke sejumlah lokasi untuk melihat kawasan yang terendam banjir. Armuji di antaranya mengunjungi Kapasari, tempat dia melihat banyak saluran air tidak berfungsi dengan baik.
"Air meluap di mana-mana. Ini Dinas Pekerjaan Umum harus tanggung jawab karena saluran air macet," katanya.
Armuji berharap dinas-dinas terkait segera mengerahkan personel untuk mengatasi masalah banjir tersebut. "Kami mendapatkan laporan dari warga yang kampungnya tergenang. Kami sudah sampaikan kepada Bu Erna (Kepala Dinas PU Bina Marga) agar cepat bertindak," ucapnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Â
Titik dan Ketinggian Banjir
Adapun Kepala Pusat Data Informasi Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengungkapkan, banjir atau genangan air yang ditimbulkan akibat hujan deras dimulai sejak pukul 10.30 hingga 18.00 WIB.
Menurut Sutopo, berdasarkan informasi yang dihimpun dari warga, petugas lapangan hingga kepala satgas se-Surabaya, berikut titik dan ketinggian banjir di Surabaya:
- Wonokusumo -+ 30 centimeter
- Sidotopo Lor -+ 20-30 cm
- Simokwagean -+ 60 cm
- Lontar -+ 50 cm
- Simo Pomahan -+ 40 cm
- Bringin Indah -+ 40 cm
- Sawo -+ 60 cm
- Jalan Moestopo -+ 25 cm
- Sukomanunggal Utara -+ 15 cm
- Koramil depan Kecamatan Tandes -+ 60 cm
- Balongsari -+ 40-60 cm
- Rajawali -+30 cm
- Candi Lontar -+ 50 cm
- Candi Lempung -+60 cm
- Basuki Rahmat -+ 20 cm
- Bibis Lebar -+ 70 cm
- Jambangan -+ 20 cm
- Karah -+ 25 cm
- Ketintang -+ 30 cm
- Jalan Kalimantan -+ 30 cm
- Tenggumung Wetan -+20 cm
- Jalan Golf -+ 30 cm
- Sidoluhur -+ 60 cm
- Kupang Baru -+ 70 cm
- Darmo Baru Barat -+ 30 cm
- Raya Wisma Lidah Kulon -+ 20 cm
- Beji -+ 50 cm
- Setro Tengah -+ 50 cm
- Jalan Kenjeran -+ 20 cm
- Manukan Lor -+ 25 cm
- Darmo Indah Sari -+ 30cm
- Tambak Langon -+ 25 cm
- Mojo kidul -+ 45 cm
- Tambaksari -+ 25cm
Berdasarkan informasi dari Comand Center Surabaya, menurut Sutopo, hingga saat ini banjir atau genangan air sudah surut. "Keseluruhan masih terpantau kondusif," ucap Sutopo dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat (24/11/2017) malam.
Advertisement
Komentar Anggota DPRD Terkait Banjir Surabaya
Sementara itu, anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya, Jawa Timur, Vinsensius Awey menyatakan bahwa saluran air yang tidak terkoneksi menjadi penyebab banjir di Kota Pahlawan, Jumat ini.
Ia membenarkan, hujan deras yang mengguyur Kota Surabaya mulai Jumat pagi hingga sore menyebabkan banjir di sejumlah kawasan Kota Surabaya. Banjir terjadi akibat pembangunan saluran air belum terintegrasi. "Saluran air primer, sekunder, dan tersier tidak terkoneksi dengan baik, sehingga terjadi bottleneck," katanya.
Awey mencontohkan pembangunan proyek saluran air di kawasan Jalan Raya Made. Di wilayah itu, pembangunan saluran yang berlangsung selama dua tahun, pengerjaannya hanya berjalan seperempat dari proyek yang harus diselesaikan.
"Yang disentuh saluran permukiman dulu lewat jasmas. Akhirnya kan saluran di jalan raya tidak mampu menampung aliran dari permukiman," ucapnya, dilansir Antara.
Ia berharap proses pembangunan saluran berkelanjutan, agar bisa mengendalikan banjir di kawasan yang selama ini langganan banjir. Selain itu, kegiatan pembersihan saluran juga harus intensif dilakukan supaya bisa kapasitasnya bertambah.
"Surabaya ini kan letaknya agak rendah, jika air laut pasang saluran yang ada tidak mampu menampung aliran air," katanya.
Sistem Drainase Disorot
Awey menegaskan, untuk menanggulangi banjir, sistem drainase masterplan harus terencana dengan baik, berkesinambungan, dan tidak sporadis.
"Jangan harap warga Surabaya tidur dengan tenang pada musim hujan, jika cara kerja sporadis. Mereka (SKPD) punya peta banjir. Tiap tahun kami dikasih data, benar tidaknya kami tidak tahu," tutur Awey.
Adapun pada 2017, anggaran Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (PUBMP) Surabaya sebesar Rp 1.058 triliun. Hingga Oktober 2017, terserap Rp 438,3 miliar atau 41,4 persen.
Anggaran tersebut menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,26 triliun karena dalam bidang pembangunan infrastruktur pemukiman beralih ke Dinas Perumahan Rakyat Cipta Karya dan Tata Ruang.
Awey mengatakan dari alokasi anggaran yang ada kegiatan Dinas PUBMP adalah untuk pembangunan dan penyediaan sarana praasarana pematusan sepanjang 10.000 meter persegi, pemeliharaan saluran drainase dan bozem kurang lebih 250.000 meter persegi.
"Termasuk peningkatan kapasitas rumah pompa dari yang sudah tersedia, seperti di Kandangan, Kebon Agung, Tambak Wedi, Kalisari, Simolawang, dan Kalijudan," ia mengungkapkan.
Pembangunan saluran drainase primer maupun sekunder berada di Sukolilo Larangan, Margo Mulyo Indah IV, Asem Mulyo, Simokerto, Karang Tembok, Tanjung Sari, Simo Kwagean, Dupak Rukun, Keputih, dan lain-lain.
"Anggaran untuk pembangunan maupun pemeliharaan saluran drainase sekitar Rp 300 miliar," katanya.
Namun demikian, ia menyatakan bahwa pembangunan rumah pompa di petekan yang dilengkapi dengan pintu air dengan kapasitas 24 meter kubik menggunakan dana APBN hingga saat ini belum terlaksana. Padahal sesuai rencana dilaksanakan pada 2017.