Sukses

Resep Nenek Moyang Suku Bugis agar Gigi Tetap Kuat

Masyarakat Suku Bugis masih dipengaruhi dengan kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang hingga saat ini masih dilestarikan.

Liputan6.com, Maros - Suku Bugis merupakan salah satu etnis tertua di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Dalam menjalankan kehidupan, masyarakat Bugis masih dipengaruhi dengan kebiasaan-kebiasaan nenek moyangnya yang hingga saat ini masih dilestarikan.

Salah satu kebiasaan nenek moyang yang masih dilestarikan oleh sebagian kelompok masyarakat Suku Bugis di Kabupaten Maros, yakni terkait bagaimana menjaga dan memelihara gigi anaknya sejak usia balita dengan mengandalkan rambut ibunya.

Rali (60), salah seorang keturunan Suku Bugis asal Desa Minasabaji, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulsel, menceritakan filosofi dari kebiasaan nenek moyangnya tersebut. Ia menggunakan rambut sebagai wadah untuk menguatkan gigi.

Alasan memilih rambut sebagai wadah diketahui dari ibunya, Puang Lina. Ketika itu, sang ibu mengatakan bahwa rambut merupakan salah satu anggota tubuh yang tidak bisa hancur oleh tanah.

"Dari seluruh anggota tubuh si mayat yang ada di dalam kubur tersebut, pasti hanya rambut yang tidak hancur. Sementara yang lainnya sudah hancur," ucap Puang Rali, sapaan akrab warga Suku Bugis itu kepada Liputan6.com saat ditemui di rumahnya, Minggu, 26 November 2017.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Gosok Rambut ke Gigi Balita

Dari filosofi tersebut, menurut Puang Rali, kebiasaan menggunakan rambut untuk menguatkan gigi itu masih kerap menjadi ritual tersendiri dalam keluarga besarnya.

"Anak saya enam orang dan sebagian sudah berkeluarga. Alhamdulillah sejak kecil hingga saat ini tidak pernah kedengaran mengalami sakit gigi," katanya.

Namun, perawatan tersebut juga diimbangi dengan rajin menyikat gigi. "Ritual rambut itu hanya sesekali saja dilakukan, waktu usia masih balita," ujarnya.

Ritual menggosok rambut pada gigi anak, bagi kalangan Suku Bugis dilakukan saat mandi. Ibu membawa anaknya yang masih usia balita mandi bersama menggunakan sarung.

Di situlah, ibu menggunakan rambutnya yang panjang untuk digosokkan ke rambut anak balitanya tersebut sembari membacakan salawat dan jampi-jampi berbahasa Bugis yang diajarkan oleh nenek moyangnya dahulu.

Dengan niat, agar Tuhan memberikan kekuatan pada gigi balitanya sebagaimana kuatnya rambut yang juga merupakan ciptaan-Nya.

"Insyaallah gigi anak akan kuat seperti sifat rambut yang tak bisa hancur meski ditanam di tanah atau disimpan di mana saja. Tapi semuanya tergantung niat dan keyakinan kita," tutur warga Suku Bugis tersebut.

3 dari 3 halaman

Pakai Lilitan Sarung

Berbeda dengan Suku Bugis di wilayah Belawa, Kabupaten Wajo, Sulsel. Ritual menguatkan gigi bagi masyarakat Bugis di sana tak menggunakan rambut, melainkan memakai wadah sarung yang diputar berbentuk lilitan hingga sekecil mungkin. Setelah itu, sarung yang sudah terbentuk digigit sekuat-kuatnya.

"Ritual itu disebut Panetta Isi atau merapikan susunan gigi dan buat gigi menjadi kuat tak gampang rapuh," tutur Puang Sele (56), warga Kabupaten Wajo, Sulsel.

Ritual unik tersebut, menurut Puang Sele, biasanya dilakukan pada saat bangun tidur. Ketika proses menggigit sarung berlangsung, tak lupa doa dan jampi jampi berbahasa Bugis yang dibaca dalam hati pun turut menyertai.

"Gigitnya juga tidak terlalu lama hingga doa habis dilafazkan dalam hati," tutur Puang Sele.

Ia mengakui ritual ini masih dilestarikan hingga saat ini oleh masyarakat Bugis di Belawa. Bisa dilihat hasilnya, nenek-nenek yang dahulunya menggunakan ritual ini masih memiliki gigi yang kuat.

Namun, saat ini, generasi muda sudah tak meyakininya, sehingga susah untuk dipaksakan. "Padahal, ini tak butuh biaya dan merupakan warisan leluhur yang harus dijaga," Puang Sele menegaskan.