Liputan6.com, Yogyakarta - Dusun Ledok Tukangan di Yogyakarta, terkenal sebagai kampung preman. Dulunya tidak sembarang orang berani mendekati dusun bantaran, Kali Code --perlintasan sungai lahar lereng Gunung Merapi.
Tempat sangar ini menjadi sarang begal, kecu, rampok, copet, hingga residivis pembunuhan awal tahun 2000-an.
"Dulunya kampung ini sudah terkenal di seluruh Yogyakarta, semua yang jelek-jelek ada di sini, dari maling, rampok, tukang bacok orang. Ada semua," kata warga Dusun Ledok, Deki Bagus Wahyu (38), Kamis, 30 November 2017.
Advertisement
Kehidupan keras di Dusun Ledok bukan tanpa sebab. Saat itu, sebagian besar penghuninya adalah pekerja serabutan tanpa penghasilan tetap.
Aktivitasnya diisi dengan hal negatif, seperti nongkrong dan mabuk-mabukan, sembari iseng mengganggu setiap yang lewat di gang sempit Malioboro dan Pasar Lempuyangan, Yogyakarta.
Baca Juga
Semua ini secara turun-temurun akhirnya membentuk psikologis warga Dusun Ledok menjadi sosok keras dan temperamental. Alhasil, tidaklah mengherankan tekanan ekonomi plus lingkungan yang keras menjadikan Dusun Ledok dijuluki kampung premannya Yogyakarta.
Satu di antaranya adalah Deki yang sudah terkenal seantero Yogyakarta. Berbadan tegap nan gempal, pria asli Ledok ini terbilang disegani sepanjang Jalan Malioboro dan sekitarnya.
Pernah pada suatu masa, Deki sendirian saja menyatroni satu organisasi masyarakat lokal yang kerap menebar keresahan. "Saya datangi hanya berdua saja di markasnya, saya tanya, karepmu opo saiki? Tak layani di sini," sebutnya.
Deki tidak terima bila kedamaian kota terusik ulah kelompok radikal yang mengatasnamakan agama. Menurut dia, Yogyakarta menjadi simbol pluralisme di mana kesederhanaan warganya sudah mempersatukan lintas agama, ras, dan golongan.
Simak video pilihan berikut:
Â
Mengembangkan Desa Wisata di Yogyakarta
Namun, semua itu cerita semasa Deki masih muda dan berdarah panas. Kini, pria ini disibukkan geliat Dusun Ledok yang dinobatkan menjadi desa wisata di Yogyakarta.
Lokasinya yang persis di tengah kota, menjadikan Dusun Ledok bercokol puluhan homestay dan penginapan wisatawan lokal dan mancanegara.
"Sehingga kami di sini sudah terbiasa melihat turis lewat dengan hanya mengenakan baju minim. Sekadar melihat saja dan tidak ada yang mengganggu," ujarnya.
Itu semua memang imbas Dusun Ledok menjadi salah satu kampung wisata Yogyakarta. Dusun yang dulunya suram, kini menjadi produktif memberikan penghasilan ekonomis bagi warganya.
Dalam sebulan saja, warga memperoleh pemasukan belasan juta rupiah dari bisnis penyewaan kamar bagi wisatawan. Deki merupakan salah satu di antara warga Dusun Ledok yang beralih profesi menjadi usahawan homestay dan penginapan.
"Dulu di sini banyak kriminalitas akibat warganya tidak ada kerjaannya. Saat sudah ada kegiatan, mereka juga tidak berpikiran yang macam-macam lagi," dia mengungkapkan.
Â
Advertisement
Dukungan untuk Kampung Preman
Ini yang membuat beberapa pihak menawarkan bantuan untuk mempercantik tampilan Dusun Ledok. Satu di antaranya adalah PT Pertamina (Persero) yang turut membantu menyulap menjadi kampung modern bright gas.
Kesuksesan Dusun Ledok sebagai perkampungan wisata diharapkan memopulerkan penggunaan bright gas di masyarakat.
"Kami juga menetapkan Dusun Ledok menjadi Kampung Bright Gas," kata Sales Executive LPG Rayon VI Yogjakarta, R Dorojatun Sumantri.
Sumantri mempercantik sudut Dusun Ledok lewat sentuhan mural para seniman Institut Seni Indonesia (ISIS) Yogyakarta. Pertamina menyiapkan sarana cat, alat lukis, dan seniman muda guna menyulap perkampungan menjadi kian semarak.
"Ada beberapa dinding rumah warga yang dihias dengan seni mural. Ada juga penunjuk arah jalan menuju New York, London, Tokyo sebagai pengingat kampung halaman para turis yang kerap kesini," ungkapnya.
Pertamina memang gencar menyosialisasikan elpiji nonsubsidi 5,5 kilogram bright gas bagi warga Yogyakarta. Hingga kini, konsumsi gas nonsubsidi ini masih berkisar 242 metrik ton per bulan, jauh di bawah konsumsi gas 3 kilogram sebesar 8.650 metrik ton per bulan.
"Konsumsi gas nonsubsidi masih jauh di bawah gas subsidi. Sehingga adanya kampung bright gas di Dusun Ledok bisa turut mempromosikan produk gas nonsubsidi," paparnya.
Kota Yogyakarta sedang giat mempromosikan kampung wisata sebagai destinasi baru daerah. Saat ini, tercatat ada 17 kampung wisata di Yogyakarta yang punya keunggulan kuliner, kerajinan, seni budaya, dan atraksi budaya Jawa.
Kampung wisata di Yogyakarta punya keunikan yang tidak ada di daerah lain, seperti Tamansari dengan seni lukis batik, tahunan dengan jumputan, Cokrodiningratan dengan informasi Kali Code, Dipowinatan dengan living culture-nya, Purbayan dengan perak, hingga Sosromenduran dengan fasilitas belanja.
Selain itu, kampung wisata punya keunikan budaya, seperti wayang bocah, reog anak, gurindam Mataram, teatrikal Nini Thowok, dan musik kentongan. Semua itu rutin dipamerkan dalam festival kampung yang diadakan setiap tahunnya.
Â