Sukses

Petaka Longsor di Kulon Progo dan Blitar

Empat penghuni rumah tertimbun longsor di Kulon Progo, DIY. Sedangkan di Blitar, Jawa Timur, tebing setinggi 25 meter longsor di Dusun Putuk

Liputan6.com, Kulon Progo - Longsor kembali melanda Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Rabu, 29 November 2017, di Pedukuhan Ngroto, Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo. Rumah warga bernama Daladi (63) tertimbun tebing sepanjang 75 meter dengan ketinggian delapan meter. Akibatnya, empat penghuni rumah tertimbun longsor.

"Masih tinggal dua yang harus diselamatkan hari ini. Ya, dua belum ketemu," ucap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Gusdi Hartono, Kamis, 30 November 2017.

Hingga Kamis, dua orang yang masih tertimbun longsor, yakni Daladi dan anak lelakinya, Heri Siswadi. Sedangkan dua orang yang berhasil dievakuasi, yaitu istri Daladi, Sarpinah serta menantunya, Nur Hidayah.

"Dua orang yang selamat itu luka, patah-patah saat itu dia bisa bersuara minta tolong kalau yang dua ini tidak terdengar," katanya.

Pada Rabu lalu, upaya pencarian dihentikan lantaran kondisi tanah yang belum stabil serta cuaca hujan lebat sehingga membahayakan para petugas penyelamat. Sementara, pencarian dua orang korban dilakukan kembali dengan dibantu anjing pelacak.

Adapun terkait status darurat Yogyakarta, Gusdi mengatakan, pihaknya akan mementingkan pencarian korban dan penanganan korban bencana banjir di Kulon Progo. Pemantauan cuaca dilakukan sembari koordinasi dengan waduk Sermo.

"Waduk Sermo kemarin penuh dan kalau hujan dilepas (air). Koordinasi dengan pengendali Sermo," ujarnya.

Sementara itu, Kapolres Kulon Progo, AKBP Irfan Rifai, mengatakan bahwa ia sudah menghubungi Direktorat Sabhara Polda DIY untuk meminta anjing pelacak diterjunkan ke lokasi. Seekor anjing pelacak sudah dikerahkan untuk menemukan kepastian keberadaan korban.

"Dari beberapa opsi penanganan bencana, semua pihak sepakat untuk menemukan korban terlebih dahulu. Sekarang sudah mulai bekerja, tapi korban belum ditemukan," jelasnya.

Sekretaris Daerah Kulon Progo, Astungkara, mengatakan bahwa penanganan bencana longsor dititikberatkan pada penemuan dua korban yang tertimbun longsoran. Warga yang ada di sekitar lokasi kejadian diungsikan ke tempat aman. "Kondisi di lapangan memang sangat sulit karena material tanah menimbun rumah," ucapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

2 dari 3 halaman

Longsor di Blitar Akibatkan Aliran Sungai Terhenti

Sementara di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, hujan deras yang diperkirakan akan terjadi hingga dua pekan ke depan, mengguyur wilayah Gandusari. Akibatnya, tebing setinggi 25 meter longsor di Dusun Putukrejo, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari.

Tebing setinggi 25 meter tersebut mengakibatkan kerusakan dua rumah warga yang terletak di bawahnya. Selain mengakibatkan kerusakan rumah milik warga juga berdampak pada tertutupnya aliran sungai.

"Ini hujannya sudah tiga hari dan deras banget. Terus akar pohon bambu sudah membusuk jadi tidak bisa menahan tebing," kata Fatoni Ahmad, warga desa sekitar Gandusari, Blitar, saat bersama aparat Polsek Gandusari membersihkan sisa longsoran tebing, Rabu, 29 November 2017.

Awalnya, sudah ada retakan di atas tebing. "Karena hujan deras terus, jadi tanahnya longsor," katanya.

Meski tidak menimbulkan adanya korban jiwa, dua keluarga yang menempati dua rumah di bawah tebing dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Mereka diungsikan untuk menghindari longsor susulan yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

"Keluarganya pak Mani dan Bu Parti sudah dipindahkan. Soalnya kalau tidak nanti takutnya kena longsor," ujar Kapolsek Gandusari, AKP Misdi.

Apalagi, tebing di atas sudah retak tanahnya. "Ya, sekitar 25 centimeter," ia menambahkan.

Misdi mengungkapkan pula, ada lima desa di Kecamatan Gandusari, yang berpotensi terjadi bencana tanah longsor.

"Seperti Desa Ngaringan, Gadungan, Tulungrejo, Semen, dan Krisik. Rawannya terjadi longsor karena posisinya berada di lereng Gunung Kelud," ujarnya.

Sejauh ini, menurut Misdi, kepolisian terus berkoordinasi dengan setiap kepala desa untuk mengantisipasi longsor.

Sementara itu, Heru Irawan selaku Kepala BPBD Kabupaten Blitar mengingatkan kepada warga setempat untuk mengantisipasi datangnya bencana. "Semua potensi bencana bisa terjadi ketika memasuki musim cuaca yang tidak menentu seperti saat ini," katanya.

Untuk itu, menurut Heru, BPBD Blitar sudah menyosialisasikan kepada warga seperti antisipasi terhadap banjir, tanah longsor, hingga puting beliung.

3 dari 3 halaman

Tanggap Darurat Banjir Porong Sidoarjo

Sementara di Sidoarjo, Jawa Timur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menaikkan status bencana dari Siaga menjadi Tanggap Darurat terhadap banjir Porong. Status Tanggap Darurat kemungkinan diterapkan hingga dua pekan ke depan.

"Berdasarkan hasil keputusan rapat seluruh stakeholder di Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, status bencana naik dari Siaga menjadi Tanggap Darurat," tutur Kepala BPBD Sidoarjo, Dwijo Prawito, Rabu, 29 November 2017.

Menurut Dwijo, kenaikan status Tanggap Darurat berkenaan dengan kehidupan dan penghidupan masyarakat Sidoarjo. Yang mana sudah tiga hari lalu di kawasan Porong, Sidoarjo, terendam banjir.

"Bahkan, sejak kemarin (Selasa, 28 November 2017) sudah ada penambahan kecamatan yang tergenang banjir. Bukan hanya di Porong, tapi juga Tanggulangin, dan Candi," katanya.

Meski begitu, ketinggian air di tiga kecamatan tersebut berbeda-beda. Di Kecamatan Porong, ketinggian air mencapai 50-70 centimeter. Sedangkan di Kecamatan Tanggulangin, mencapai 20-30 cm, dan di Kecamatan Candi ketinggian mencapai 50 cm.

Dalam status Tanggap Darurat ini, pihaknya juga berencana membuat posko bencana di tiga titik lokasi, yakni di Kecamatan Porong, Tanggulangin, dan Candi.

Di Porong, posko bencana di Desa Candi Pari. Sedangkan di Tanggulangin akan dibuka posko di Pasar Wisata. "Di Kecamatan Candi, posko bencana dititikfokuskan di Desa Sumorame dan Desa Kalipecabean," ujarnya.