Liputan6.com, Banyumas - Bagi peternak ayam pedaging, musim hujan adalah saat-saat merepotkan. Kelembapan tinggi menyebabkan berbagai penyakit mudah muncul, mulai snot, gumboro hingga tetelo atau wabah Newcastle Disease (ND).
Kematian akibat penyakit-penyakit ini, terutama yang terakhir, bisa mencapai 80 persen. Maka, peternak pun melakukan beragam upaya untuk menghindari serangan penyakit mematikan itu.
Seperti Samsudin (55), misalnya. Peternak kawakan Desa Krajan Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ini menutup seluruh dinding kandang pada awal pemeliharaan hingga berumur dua pekan.
Advertisement
Lihatlah hasilnya sekarang, ribuan ayamnya sehat-sehat. Angka kematian kecil, di bawah dua persen. Ayamnya pun gendut-gendut menggemaskan. Ia tinggal menunggu tujuh hari lagi untuk memanen jerih payahnya. Ayam-ayam itu biasanya dipanen di usia 35 atau 37 hari.
Baca Juga
Tetapi, tepat di hari ke-30, petaka datang. Hujan lebat disertai angin kencang menderu dari arah utara Banyumas. Badai Cempaka di Samudra Hindia memicu kecepatan angin hingga 40 knot atau sekitar 70 kilometer per jam.
Kandang ayamnya, yang hanya terbuat dari rangkaian bambu dan cor beton, goyah. Ayam-ayamnya panik beterbangan. Tak kuat diterpa angin kencang, kandang berukuran 30x7 meter ini miring. Lantas, ambruk total. Dalam peristiwa ini, ia menderita kerugian Rp 75 juta.
Di saat yang sama, Kamis sore, 30 November 2017, terpaan angin kencang juga menyebabkan kandang ayam pedaging kapastitas ribuan ekor milik Haji Muhtar (60) ambruk. Sekitar 400 ekor ayam berumur 21 hari mati. Ia pun menderita kerugian Rp 75 juta.
Tak hanya di Desa Krajan, angin kencang dan hujan lebat dipicu badai Cempaka juga menyebabkan belasan kandang ayam pedaging di empat kecamatan lainnya ambruk. Keempat kecamatan itu yakni, Kecamatan Pekuncen, Cilongok, Ajibarang dan Karanglewas. Total, peternak rugi ratusan juta rupiah.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Puluhan Rumah Rusak Berat Tertimpa Pohon Tumbang
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas menyatakan, dalam peristiwa angin kencang yang dipicu badai Cempaka, Banyumas mengalami kerugian hingga Rp 700 juta lebih. Dan itu, hanya terjadi dalam waktu sehari.
Kerugian terbesar dialami oleh para peternak ayam pedaging di sejumlah kecamatan dan rumah yang rusak akibat tertimpa pohon tumbang.Â
Komandan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Kabupaten Banyumas, Heriana Ady Chandra menerangkan, bencana angin kencang dan hujan lebat di Banyumas pula menyebabkan puluhan rumah penduduk rusak. Rata-rata tertimpa pohon tumbang.
Dampak cuaca buruk merata di puluhan desa enam kecamatan. Di antaranya di Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng dan Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas. Kemudian, Desa Sudimara, Kasegeran, Sokawera, Gununglurah, dan Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok.
Dampak angin kencang juga terjadi di Desa Karangklesem, Tumiyang, Petahunan, dan Karangkemiri di Kecamatan Pekuncen, serta Desa Karanggayam, Kecamatan Lumbir.
"Pohon tumbang menimpa rumah, sehingga menyebabkan kerusakan. Ada juga jaringan listrik yang tertimpa, sehingga dilakukan pemadaman," kata Chandra, Sabtu (2/11/2017).
Dari puluhan rumah yang rusak itu, lebih dari 20 rumah di antaranya mengalami kerusakan berat dan sedang. Sebab itu, BPBD mulai mendistribusikan bantuan logistik dan obat-obatan. Bantuan logistik digunakan oleh warga dan relawan yang bekerja bakti.
Advertisement
Tanggul Jebol dan Sungai Meluap
Hujan intenstitas tinggi di Banyumas juga menyebabkan naiknya debit Sungai Alam di Kecamatan Kebasen dan Sungai Angin di Kecamatan Sumpiuh. Akibatnya, ratusan rumah terendam akibat limpasan dan tanggul jebol.
"Kemudian relawan kerja bakti menutup titik jebol dengan karung tanah," ujar Chandra.
Bencana angin kencang di Banyumas juga menyebabkan satu korban meninggal dunia. Korban, Tarwin (45 th) sedang melintas menggunakan sepeda motor di jalur utama Ajibarang-Purwokerto, tepatnya di selatan Situ Elok Cilongok. Nahas, di lokasi ada pohon tumbang dan tepat mengenai korban.
Chandra mengemukakan, penghitungan kerugian akibat angin kencang dan hujan lebat masih terus dilakukan. Hingga saat ini, masih ada sejumlah desa yang belum melaporkan angka kerugian.
Dia pun mengimbau agar warga meningkatkan kewaspadaan menyusul munculnya badai Dahlia. Salah satunya dengan cara memotong dahan pohon di permukiman yang terlalu rimbun, atau memotong pohon yang membahayakan dan berpotensi roboh.