Liputan6.com, Flores - Perkembangan industri pariwisata di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak bisa lepas dari sosok Haji Nasir Ridwan. Dialah salah seorang peletak dasar bisnis pariwisata di Bumi Komodo hingga nama daerah ini terkenal seantero dunia.
Lelaki paruh baya ini dikenal memiliki ide-ide "gila" yang kadang bagi sebagian orang tidak masuk akal. Dia berani mengambil risiko dengan membuat suatu terobosan.
Meski terkadang gagasannya dipandang sebelah mata, Haji Nasir tidak pernah berhenti berinovasi menciptakan kreasi. Prinsipnya, sekecil apa pun peluang bisnis harus bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Advertisement
Keberaniannya membuat inovasi dalam bisnis pariwisata membuatnya dijuluki "Jack Ma" dari Komodo.
Baca Juga
Bagi generasi yang berusia sekitar 50-an ke bawah pasti tidak begitu mengenal sosok Haji Nasir. Namun, pria bertubuh ceking ini sangat paham asam garamnya bisnis pariwisata di Labuan Bajo.
Bahkan, tokoh ini sudah khatam jika berbicara tentang sejarah maupun perkembangan wisata komodo di Manggarai Barat atau Labuan Bajo.
Selain pelaku bisnis praktis, Haji Nasir juga memiliki sejuta gagasan dalam membangun pariwisata di Labuan Bajo. Ide-ide briliannya tidak hanya sebatas di atas kertas, tetapi juga diimplementasikan di lapangan.
Namun, apakah Haji Nasir selevel jika dibandingkan dengan Jack Ma yang merupakan bos raksasa bisnis waralaba Alibaba ini?
Tentu tidak sebanding, jika diukur dari jumlah kekayaan. Kekayaan Haji Nasir tentu tidaklah sebanyak Jack Ma. Namun, jika bicara soal ide-ide gila untuk memanfaatkan setiap kesempatan bisnis atau menghasilkan uang, rasanya sama briliannya.
Kedua tokoh ini jago memanfaatkan peluang bisnis. Mereka tidak pernah berhenti mencetak "uang'"dari menjual gagasan. Sekecil apa pun peluang sebisa mungkin mendapatkan keuntungan.
"Yang paling utama adalah bekerja untuk sebuah peluang atau bidang usaha yang paling disukai, walaupun bagi orang kebanyakan yang 'waras' menilai ide–ide bahkan pribadi mereka adalah orang gila atau tidak waras," ujar Haji Nasir.
Jutawan Berkepribadian Sederhana
Meski usianya tidak muda lagi, tokoh wisata pertama Labuan Bajo ini tidak pernah padam dalam melahirkan ide kreatif.
Sambil duduk bersila di kamar susun 21 kamar miliknya, letupan-letupan ide cemerlangnya terus dia semburkan. Walaupun tercatat sebagai orang kaya di Labuan Bajo, sosok Haji Nasir sangat bersahaja dan sederhana.
Jika melihat dari penampilan luarnya, orang tidak percaya bahwa tokoh ini seorang jutawan di kota ini. Pakaian yang dikenakannya jauh dari penggambaran seorang dengan harta berlimpah. Sebuah gaya khas yang natural seorang Haji Nasir.
Haji Nasir Ridwan adalah pemilik di Bumi Komodo. Dialah pendiri sekaligus pemilik Hotel Wae Cicu walaupun kemudian hotel itu dijualnya.
Namun, sebelum menjadi pengusaha hotel, Haji Nasir merupakan orang yang pertama kali memberikan jasa wisata boat trip di Labuan Bajo hingga Mataram.
Berkat naluri bisnisnya yang tinggi pula, dia mampu menyulap kapal ikan miliknya menjadi kapal wisata. "Tamu perdana saya itu seorang Duta Besar Belgia," kenang dia.
Sebagai seorang pelaku bisnis, Haji Nasir mengalami pasang surut dalam dunia bisnis. Namun, semuanya itu tidak membuatnya patah arang. Dia bahkan bangkit dari keterpurukan hingga kembali menjadi pebisnis sukses seperti sekarang.
Advertisement
Mendidik Mental Warga
Bagi Haji Nasir, hidup itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua harus melalui perjuangan dengan berpeluh keringat. Jika kemudian, dia menjadi pebisnis andal, semuanya berkat usahanya.
Zaman Bupati Manggarai Gaspar Ehok serta Camat Komodo Alo Tanis, Haji Nasir sudah mulai merambah peruntungan di Labuan Bajo. Namun, bukan bisnis yang ditekuninya saat ini, dia justru menjadi pemburu burung legal.
Walau ada izin resmi, Haji Nasir sadar bahwa tindakan tersebut merusak keseimbangan alam. Oleh karena itu, atas kesadaran sendiri, Haji Nasir meminta Bupati Manggarai untuk mencabut izin pemburu burung ini.
Lalu, dia pun pindah lahan penghidupannya, dari darat terjun ke laut menjadi nelayan tangkap ikan. Di laut ini, cikal bakal ide gilanya membangun pariwisata di Labuan Bajo tumbuh.
Singkat kata, kapal Bagan milik Haji Nasir adalah kapal pertama yang menjadi kapal wisata paket jasa boat trip di laut.
Selanjutnya pada 1983, zaman di mana belum ada Kementerian Pariwisata dan Dinas Pariwisata, usaha bagan ini pun ditinggalkannya. Dia lompat dari laut dan fokus mengurus orang ketimbang menjala ikan.
"Tahun 1984 baru ada namanya Badan Pengembangan Pariwisata Daerah (Bapperda). Dan saya sudah lebih dulu sibuk urus tamu asing," dia menambahkan.
Menjadi pelaku bisnis wisata di Labuan Bajo pada awalnya dulu, tidaklah mudah. Haji Nasir kerap dipandang negatif oleh warga kota ini. Hal ini karena masih sedikitnya turis asing yang berwisata di daerah ini dan penampilan turis asing tersebut yang terbuka.
"Bagi-bagikah," kisahnya sambil menirukan bagaimana mata warga kota ini dulunya menatap tajam ke setiap inci badan para turis wanita muda.
Haji Nasir pun mengisahkan pula bagaimana upayanya dulu agar para turis bisa merasa nyaman dan aman berkunjung di Bumi Manggarai ini.
Melihat bagaimana kebiasaan anak-anak kecil di tempat wisata lainnya di Nusa Tenggara yang suka usil terhadap para wisatawan, Haji Nasir pun berkeinginan mengubah karakter tersebut.
"Saya minta para guru sekolah agar anak-anak dididik untuk tidak suka minta-minta ke turis. Jangan minta pensil ataupun pulpen. Begitu juga kalau turis lagi baca-baca, jangan diusik, jangan ganggu," cerita dia saat membangun kerja sama dengan para guru untuk mendidik anak-anak Manggarai.
Bermodal Kopi Manggarai sebagai 'Kejutan' untuk Wisatawan
Wisata Manggarai khusus Wisata Komodo di Labuan Bajo, perlahan mulai ramai pada tahun 1983 ini. Ada sebuah kisah menggelikan dari sebuah upaya promosi wisata yang dilakukan Haji Nasir saat itu.
Ketika itu, dia berkunjung ke Kuta, Bali. Dia ingin memperkenalkan dan juga sekaligus mengundang para turis di sana untuk datang ke Labuan Bajo.
Dengan penuh keyakinan, dia mengatakan kepada para turis bahwa dirinya adalah pemilik Hotel Wae Cicu. Sebuah klaim yang membuat Camat Komodo saat itu Raimundus Rambu terheran-heran. "Hotel Wae Cicu yang mana, Nasir? Di mana itu?" ujar Haji Nasir melukiskan keheranan bupati saat itu.
Toh, Haji Nasir pun akhirnya berhasil membawa puluhan turis dari Bali dan tidur berhari-hari di Hotel Wae Cicu. Namun, ada cerita konyol ketika para turis dari Bali itu sampai di Wae Cicu.
Betapa herannya para turis ini tatkala mendapatkan Wae Cicu tanpa satu pun bangunan hotel sebagaimana promosi Haji Nasir. "Mana hotelnya? Kamu bilang ada hotel, mana?" tanya para turis.
Menghadapi pertanyaan para tamunya, dengan santai Haji Nasir menyampaikan, "Welcome to the Thousand Stars (Seribu Bintang) Hotel Wae Cicu. "Yang ada hanya hutan, pasir dan langit di atas. Anda boleh tidur di mana saja sepanjang pantai ini. Dan mereka pun diam," ujarnya terbahak-bahak.
Keheranan para turis tidak berhenti di situ. Para tamu asing ini juga bertanya soal keamanan. Haji Nasir pun tidak kehilangan akal. Dia meyakinkan para turis bahwa Labuan Bajo adalah tempat yang paling aman di dunia ini.
"Silakan Anda ke Komodo, tinggalkan saja ransel-ransel Anda di pantai di tempat Anda tidur. Tidak akan hilang satu pun barang Anda," kisahnya pula.
Untuk menciptakan kedekatan dengan para tamunya yang sepanjang malam hanya tidur di atas pasir dan beralaskan tas milik mereka sendiri, Haji Nasir punya kiat sederhana.
"Pagi-pagi saya bawakan kopi hitam Manggarai ke setiap mereka. Gelas kopi yang masih panas itu saya letakkan di dekat hidung mereka dan mereka pun buka mata sambil teriak kaget," Nasir menandaskan.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement