Sukses

Banjir Rob Akibat Supermoon Bikin Cilacap Rugi Miliaran Rupiah

Fenomena ini dikenal purnama perigee atau Supermoon, yaitu fase purnama saat bulan berada di titik orbit yang paling dekat dengan Bumi.

Liputan6.com, Cilacap - Naiknya permukaan air laut akibat siklus tahunan peralihan musim angin timur ke barat di Samudra Hindia bertambah parah dengan munculnya fenomena supermoon atau Bulan super. Akibatnya, dua kecamatan di wilayah Cilacap, Jawa Tengah terendam banjir rob.

Wilayah yang terendam, yakni Kelurahan Sidakaya, Kecamatan Cilacap, serta Desa Klaces, Ujunggagak, Ujungalang, dan Panikel di Kecamatan Kampung Laut.

Selain merendam permukiman penduduk, banjir rob juga menyebabkan ratusan hektare lahan pertanian di Kampungluat, terendam air asin lebih dari tiga hari.

Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhy bahkan menyebut yang paling dirugikan dalam peristiwa supermoon ini adalah sektor pertanian.

Akibatnya, tanaman padi berumur antara dua hari hingga tiga pekan dipastikan puso. Pasalnya, tanaman padi tak kuat terendam air asin lebih dari dua hari. Petani di empat desa wilayah Kampunglaut, menelan kerugian hingga Rp 1 miliar lebih.

Dia merinci, di Desa Ujunggagak, 260 hektare tanaman padi terendam dan rusak, sehingga diperkirakan menyebabkan kerugian Rp 520 juta. Di Desa Panikel, 380 hektare terendam dan rugi Rp 380 juta.

Sementara, di Desa Klaces, 47 hektar terendam dengan potensi kerugian Rp 94 juta. Adapun di Desa Ujungalang, banjir rob yang dipicu supermoon menyebabkan 35 hektare sawah terendam dan menyebabkan kerugian sebesar Rp 70 juta.

2 dari 3 halaman

Banijir Rob Akibat Supermoon Tak Bisa Dicegah

Komara menjelaskan, petani setempat tak bisa menutup atau mengalihkan aliran air dari muara-muara sungai yang kemudian membanjir ke areal persawahan. Sebab, aliran air di daerah Kampunglaut menyerupai kanal air bentukan alam yang berjumlah ratusan. Banjir rob juga terjadi menyeluruh.

"Ya itu memang efek yang tidak bisa dihindari. Karena luapan air laut itu tidak bisa dibantu dengan sedot atau pompa," kata Komara, saat dihubungi Liputan6.com dari Banyumas, Rabu (6/12/2017).

Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Cilacap, Martono menerangkan, selain siklus tahunan peralihan musim dari angin timur ke barat, fenomena air laut pasang ini berhubungan dengan posisi Bulan terhadap Bumi.

Fenomena ini dikenal purnama perigee atau supermoon, yaitu fase purnama saat Bulan berada di titik orbit yang paling dekat dengan Bumi. Fenomena supermoon merupakan peningkatan parsial gelombang pasang maksimal air laut ke daratan (rob) akibat bertambahnya gaya tarik atau gravitasi bulan.

Pada Minggu tengah malam, 3 Desember 2017, Bulan berada pada fase purnama. Sementara pada Senin, 4 Desember 2017, Bulan berada pada posisi paling dekat dengan Bumi. Perigee bertahan kurang lebih selama tiga hari.

"Purnama menyebabkan tarikan gravitasi Bulan menaikkan permukaan air laut," kata Martono.

3 dari 3 halaman

Selamat Tinggal Badai Cempaka dan Dahlia

Adapun terkait badai Dahlia dan Cempaka, prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Rusidana Intan Azhari mengatakan, pengaruh dua badai tropis itu berangsur hilang sejak Senin lalu.

Dengan hilangnya pengaruh badai Cempaka dan Dahlia, perairan selatan Jawa dan Samudra Hhindia berangsur normal. Gelombang tinggi yang sempat terjadi di pantai selatan dan Samudra Hindia pun mulai normal.

Saat ini, gelombang di pantai maksimal 1,25 meter. Adapun di Samudra Hindia gelombang maksimal hanya 2,5 meter. Perairan selatan kondusif untuk pelayaran.

Cuaca di kawasan Jawa Tengah bagian selatan pun berangsur normal dengan hilangnya pengaruh badai Cempaka dan Dahlia. Kecepatan angin berkisar 5 hingga 8 knot atau antara 9 kilometer hingga 14 kilometer per jam. Curah hujan pada awal Desember ini diperkirakan normal.

"Untuk kondisi curah hujan, pada saat ini kemungkinan berpeluang hujan ringan di sore hari," Intan menjelaskan.