Liputan6.com, Serang - Nama Pelabuhan Merak biasanya sering disebut-sebut ketika musim mudik tiba. Pelabuhan di ujung barat Pulau Jawa ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Banyak sejarah dalam dunia transportasi di Indonesia tercatat di Pelabuhan Merak ini. Salah satunya sebagai transportasi penyambung kereta dari ibu kota melintasi Selat Sunda menuju Pulau Sumatera.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Sugihardjo, menceritakan bahwa dulu ada sebuah feri khusus yang bisa membawa kereta api dari Jakarta. Penumpang kereta yang mau menyeberang pulau tidak perlu berpindah kereta.
Advertisement
Baca Juga
"Nah kalau dulu, orangtua kita dulu tahulah, kereta dari Merak bisa menyeberang ke Bakauheni, jadi kapal itu ada relnya. Kereta itu dari Merak masuk kapal penyeberangan," kata Sugihardjo saat ditemui di Kota Serang, Banten, Senin, 4 Desember 2017.
Karena sejarahnya itu, Kemenhub berencana untuk meneruskan pembangunan double track Jakarta-Rangkasbitung-Merak.
"Itu masih dalam program, hanya kita menyesuaikan dengan anggaran, jadi kita lihat. Semuanya kita targetkan selesai 2019, nanti kita evaluasi," kata Sugihardjo.
Pentingnya pelabuhan itu yang tercatat dalam sejarah membuat Kemenhub berupaya untuk menjadikan Pelabuhan Merak sebagai pelabuhan premium yang dikhususkan di Dermaga VI dengan menggandeng investor swasta.
Bahkan kapal RoRo berukuran kecil akan diganti dengan kapal berkapasitas 5 ribu gross ton (GT).
"Pelabuhan penyeberangan sendiri, karena target (Tol Trans Jawa dan Sumatera) selesai 2019, maka kapal yang lima ribu GT, itu harus beroperasi tahun 2018," dia menerangkan.
Pelabuhan Merak pada Zaman Belanda
Dalam catatan sejarah, berdirinya Pelabuhan Merak awal 1912, karena adanya perintah dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kepada perusahaan kereta api bernama Staatspoorwegen untuk mengelola transportasi di Banten.
Maka dibangunlah Pelabuhan Merak, di ujung rel kereta api jalur Tanah Abang-Merak. Pelabuhan ini menunjang ekspor impor Hindia Belanda dari Indonesia ke luar negeri.
Setelah Indonesia merdeka, Pelabuhan Merak masih melayani jasa ekspor impor. Ditambah, pemerintah Indonesia membuka rute baru, yakni Merak-Pelabuhan Panjang di Lampung pada 1952.
Pada 1959, pengelolaan Pelabuhan Merak berpindah ke Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) dari yang sebelumnya dikelola oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
Hingga 1970, Departemen Perhubungan (Dephub) kala itu membangun Pelabuhan Bakauheni di Lampung dan pada 1980 Pelabuhan Merak dan Bakauheni dijadikan sebagai pelabuhan khusus feri atau kapal penyeberangan.
Adapun, catatan sejarah hanya membahas sedikit tentang feri yang melayani penyeberangan kereta dari Stasiun Merak menuju Stasiun Teluk Betung, Lampung. Kapal itu masih masuk ke dalam layanan Pelabuhan Merak.
Stasiun Teluk Betung terletak di daerah Gudang Garam, dekat Pelabuhan Cungkeng. Stasiun itu terakhir digunakan tahun 1967. Pada saat masih beroperasi, relnya memanjang hingga Muara Panjang, lalu berbelok ke Garuntang menuju Stasiun Tanjungkarang hingga ke Pelabuhan Panjang.
Namun kini, bangunannya hanya tinggal sejarah yang mengisahkan transportasi utama pengantar para transmigran dari Pulau Jawa ke Sumatera kala itu.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement