Liputan6.com, Purwokerto - Puluhan penumpang dua kereta api yang melintas di jalur selatan terpaksa diangkut menggunakan bus lantaran kembali terjadinya ambles di titik antara Warung Bandrek-Bumiwaluya, Garut, Jawa Barat, tepatnya di kilometer KM 227+4/5.
Jalur ambles kali pertama diketahui petugas pada pukul 00.50 WIB. Jalur dinyatakan tidak aman dilalui kereta api.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi (Daop) 5 Purwokerto, Ixfan Hendriwintoko mengatakan, akibat rintangan jalan tersebut, pihaknya melakukan oper staven penumpang dua kereta api, yakni KA 111 Mutiara Selatan jurusan Malang-Bandung dan KA 91 Api Malabar relasi Malang-Bandung.
Advertisement
Baca Juga
Dia merinci, penumpang KA Malabar berjumlah 31 orang, di antaranya lima penumpang tujuan Banjar, dua orang tujuan Cipendeuy, dan 24 tujuan Tasikmalaya.
Adapun penumpang KA Mutiara Selatan berjumlah 36 orang, yakni 12 orang tujuan Banjar, dua orang tujuan Ciamis, lima penumpang tujuan Maos 3, dan tujuan Tasikmalaya berjumlah 14 penumpang.
Selain itu, akibat jalur kereta ambles, PT KAI mengubah pola operasi dengan cara memutar rute perjalanan melalui lintas utara, yaitu Purwokerto-Cirebon-Cikampek dan sebaliknya. Dari arah timur, Kereta Malabar dan Mutiara Selatan dialihkan ke jalur utara.
"Yang tadinya ke Banjar-Tasikmalaya-Bandung diputar dari Kroya-Purwokerto-Cirebon dan Cikampek," ujarnya, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (7/12/2017).
Titik Rawan Bencana Jalur Garut
Ixfan mengklaim, pagi tadi sekitar pukul 07.50 WIB, jalur yang ambles sudah bisa dilewati. Namun, kecepatan kereta di sepanjang jalur delapan titik ambles dibatasi hanya 5 kilometer per jam. Menurut dia, hal ini menyebabkan keterlambatan kereta, meski tak terlalu signifikan.
"Potensi keterlambatan ada, karena yang tadinya bisa dengan kecepatan maksimal sekarang di titik di situ (ambles) dibatasi," dia menjelaskan.
PT KAI hingga saat ini masih menangani amblesan dan diperkirakan selesai 1x24 jam, terhitung sejak awal diketahui. Diperkirakan Kamis tengah malam nanti, perjalanan kereta jalur selatan sudah normal kembali.
Ia juga menjamin, PT KAI akan mengembalikan biaya pembelian tiket bagi penumpang yang membatalkan perjalanan.
Dua pekan sebelum ini, Selasa, 23 November 2017 lalu, ratusan penumpang lima kereta api yang melintas di jalur selatan juga terpaksa diangkut menggunakan bus lantaran terjadinya longsor dan amblesan di delapan titik antara Cipendeuy-Bumiwaluya, di kilometer 233+0/8.
Akibat longsornya jalan tersebut, KAI juga melakukan oper staven, yakni mengangkut penumpang KA jalur selatan menggunakan bus untuk beberapa wilayah tujuan, meliputi Kroya, Sidareja, Banjar,Tasikmalaya, Garut, hingga Bandung.
Penumpang yang diangkut bus antara lain, KA Turangga berjumlah 16 orang, KA Malabar 76 orang, KA Serayu 314 orang, KA Kahuripan berjumlah 100 orang, KA Lodaya 64 orang, dan KA Mutiara selatan 45 orang. Mereka dialihkan ke bus dari Stasiun Purwokerto.
Selain itu, PT KAI merubah pola operasi, yakni dengan cara memutar rute perjalanan, melalui lintas utara, yaitu Bandung-Cikampek-Cirebon-Purwokerto-Kroya.
Longsor ditangani dalam waktu 24 jam, tetapi menghambat perjalanan kereta api hingga dua hari. Pasalnya, delapan titik longsoran itu perlu dibersihkan menyeluruh lantaran berpotensi kembali longsor.
Advertisement
Antisipasi Risiko Bencana di Jalur Selatan
Ixfan mengemukakan, PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 5 Purwokerto juga menyiagakan alat material untuk siaga (Amus) dan petugas tambahan untuk mengantisipasi gangguan perjalanan kereta akibat bencana alam.
Penambahan petugas ini juga dilakukan untuk memastikan kesiapan jalur kereta pada masa angkutan natal dan libur tahun baru (Nataru) 2017/2018. Pasalnya, bersamaan dengan masa Nataru 2017/2018 ini, wilayah Daop 5 Purwokerto mengalami puncak musim penghujan. Akibatnya, potensi gangguan jalur yang disebabkan bencana alam meningkat.
Bencana alam yang berpotensi terjadi adalah banjir, longsor, dan jalur rel atau jembatan gogos. Titik yang berpotensi banjir antara lain di Bumiayu, Brebes dan Tambak, dan Banyumas.
Adapun titik rawan longsor membentang mulai dari Stasiun Ngijo, Kebasen, hingga Kebumen. Di wilayah itu, jalur rel kereta berada di lereng perbukitan yang berpotensi longsor jika dipicu hujan deras.