Sukses

Sensasi Rujak Kambeng 'yang Mengambang' dari Bangkalan

Meski sama-sama rujak buah, rujak kambeng berbeda dengan rujak manis. Perbedaan terletak pada cara mengolah bumbunya.

Liputan6.com, Bangkalan - Kabupaten Bangkalan di Jawa Timur punya rujak khas. Namanya rujak kambeng. Dalam bahasa Indonesia artinya "rujak yang mengambang". Kalau belum mencoba rujak yang satu ini, penggemar rujak belum afdal disebut rujakholic.

Rujak kambeng kuliner asli Arosbaya. Satu desa di Kecamatan Arosbaya, sekitar satu jam naik sepeda motor ke utara pusat Kabupaten Bangkalan. Maruni (49), salah satu penjual rujak, mengatakan dulunya rujak kambeng hanya camilan rumahan. Namun, kini rujak kambeng menjadi ikonis dan jadi buruan penggemar rujak di Bangkalan.

Rujak kambeng sejatinya rujak buah biasa. Di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, lazim disebut pencok. Di Surabaya disebut rujak manis. Bedanya, pada cara penyajian bumbu. Rujak manis berbumbu kental, sementara rujak kambeng berbumbu cair.

Maruni menjelaskan, bumbu rujak kambeng disajikan dalam dua jenis. Bumbu petis saja atau bumbu petis plus kacang, tergantung selera pemesan.

Petis pakai produk asli Madura, rasanya asin, warnanya cokelat keemasan. Bumbu petis dipadukan penyedap, tomat, sedikit cuka, dan segelas air.

Setelah diulek, kuah bumbu itu dituangkan pada irisan buah timun, bengkoang, mangga dan pepaya. Selain buah, rujak kambeng juga diberi toping berupa bihun rebus. Aneka buah dan bihun itu seolah direndam dalam bumbu rujak.

"Makanya disebut rujak mengambang, buahnya berenang," ucap Maruni, Jumat, 15 Desember 2017.

Selain Maruni, ada puluhan ibu-ibu lain di Desa Arosbaya berjualan rujak kambeng. Mereka buka lapak di pinggir jalan, tapi sebagian besar berjualan di teras rumah. Tak ada pelang penanda, ciri penjual adalah meja kecil dengan aneka buah dalam baskom dan gorengan di atasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

2 dari 3 halaman

Digemari Kaum Muda

Soal harga jangan khawatir, ramah di kantong, yakni Rp 5000 per porsi. Sekali pesan, satu pembeli bisa empat hingga enam bungkus.

Maruni yang sudah enam tahun berjualan menggantikan ibunya mengaku rujak kambeng bisa dikatakan menjadi penopang utama ekonomi keluarganya.

"Alhamdulillah, sehari rata-rata laku 40 bungkus," kata dia.

Nur Alim (35), warga Kecamatan Burneh, adalah salah satu penggemar rujak kambeng. Meski tak rutin, tiap kali lewat Arosbaya, dia kerap mampir ke lapak Ibu Maruni untuk menjajal rujak kambeng.

"Hampir semua penjual sudah saya coba, racikan Ibu Maruni yang sejauh ini aman buat perut saya," ucap dia.

Yang paling dikangeni Nur Alim adalah bihunnya. Tiap kali makan rujak kambeng, bihun selalu dimakan paling akhir. Bahkan, dia kerap hanya memesan satu porsi bihun tanpa buah.

"Rujak ini unik, rujak buah tapi ada bihunnya," tutur dia.

Guru swasta di Kecamatan Klampis ini pun tak lupa membungkus rujak kambeng untuk istri dan mertuanya. "Istri saya juga gemar rujak kambeng," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Rujak Belut Khas Brebes Bikin Ketagihan

Lain lagi rujak di Brebes, Jawa Tengah. Bagi penikmat belut, belum lengkap rasanya kalau belum mencoba kuliner khas Brebes yang satu ini, rujak belut. Menu makanan berbahan belut semakin legit rasanya ketika dicampur dengan bumbu rujak pecel sambal kacang.

Selain enak dan empuk rasa dagingnya, rujak belut ini dipercaya penikmatnya bisa meningkatkan stamina tubuh. Bagi sebagian warga masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, makanan ini merupakan jenis makanan yang sudah melegenda lebih dari 40 tahun lalu.

Belut yang lazimnya dimakan sebagai lauk, tetapi begitu diramu dengan bumbu rujak pecel, akan mempunyai cita rasa yang berbeda. Seperti halnya rujak belut di warung milik almarhum Mbah Kidah yang ada di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah ini.

Dengan menggunakan aneka bumbu tradisional yang memiliki cita rasa yang khas, kuliner tradisional ini mampu mendapatkan tempat, tidak hanya di lidah, tetapi juga di hati para penikmatnya.

"Awalnya belut yang dimasak ini dibersihkan menggunakan air bersih dulu untuk menghilangkan lendir yang melekat. Baru kemudian belut digoreng sampai matang," ucap Ningsih pengelola warung rujak belut Mbah Kidah, kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Untuk bumbu rujaknya tak berbeda jauh dengan bumbu rujak lainya, yakni kacang tanah, cabe rawit, terasi, garam dan kecap yang kemudian diulek dicampur dengan belut yang sudah digoreng.

"Rujak belut di sini memiliki cita rasa yang enak serta rasa dagingnya yang empuk. Karena pengolahanya memang benar-benar higienis dan terjamin," dia menambahkan.