Liputan6.com, Polewali Mandar - Muhammad Izhak namanya. Dia anak sulung dari 10 bersaudara. Pemuda berusia 22 tahun itu terpaksa mengorbankan kuliahnya demi menghidupi sembilan orang adiknya setelah kedua orangtuanya meninggal.
Sekitar tiga tahun lalu, Ishak mendapatkan beasiswa Beasiswa Pendidikan untuk Mahasiswa Miskin (Bidikmisi) untuk berkuliah Institut Teknologi Bandung (ITB), Jurusan Teknik Kimia.
Namun, hanya empat semester ia menuntut ilmu di ITB sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang kampung di Dusun Tojangan, Desa Pasiang, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Advertisement
Baca Juga
"Dia pulang kampung demi merawat adik-adiknya, karena kedua orangtuanya meninggal," kata April Myathi, salah seorang anggota Gerakan Peduli Sosial Polewali Mandar, kepada Liputan6.com, Jumat, 15 Desember 2017.
Pertengahan Februari 2017 lalu ibu Muhammad Izhak meninggal dunia karena menderita tumor derektum, sementara ayahnya tiga minggu lalu mengembuskan nafas terakhir karena penyakit tuberculosis (TBC) yang dideritanya.
"Keputusannya untuk berhenti kuliah diambil sejak ibunya meninggal, karena sejak saat itu bapaknya juga sudah sakit-sakitan dan akhirnya meninggal juga tiga minggu lalu," jelas April.
Setiap pagi, kata April, Muhammad Izhak sudah sibuk mempersiapkan kebutuhan seluruh adik-adiknya yang hendak pergi ke sekolah, mulai dari memandikan mereka sampai menyiapkan sarapan.
"Adiknya itu ada yang masih kelas 2 SMP, kelas 1 SMP, kelas 6 SD, bahkan ada yang masih TK, dan yang paling kecil itu masih usia 19 bulan, saya tidak hapal semua. Yang jelas pagi-pagi dia urus semua adiknya sebelum berangkat sekolah, termasuk urus makannya mereka," April memaparkan.
Untuk menghidupi sembilan adiknya, mantan mahasiswa ITB itu sehari-hari hanya membuat gula aren lalu menjualnya ke pasar. Selain itu, dia juga sibuk merawat dua ekor sapi peninggalan ayahnya.
"Per empat hari dia bisa bikin 20 sampai 30 bungkus gula merah (gula aren), per bungkusnya itu dijual Rp 6 ribu. Ada juga sapi dia rawat peninggalan dari bapaknya," April menambahkan.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Â
Didikan Muhammad Izhak kepada Adik-Adiknya
Kehidupan yang dijalani Muhammad Izhak inilah yang kemudian menarik perhatian Gerakan Peduli Sosial Polewali Mandar. Mereka pun menggalang bantuan untuk membantu hidup Muhammad Izhak.
"Kita kemarin habis survei di sana, karena sebelum menggalang bantuan kita harus pastikan dulu dia benar-benar butuh atau tidak," kata April.
Rumahnya saja, ujar April, sudah lapuk dan nyaris tidak layak untuk dihuni. Kehidupan yang dijalani oleh mantan mahasiswa Jurusan Teknik Kimia di ITB itu benar-benar perlu diperhatikan.
Satu lagi yang benar-benar membuat kagum, kata dia, caranya dalam mendidik adik-adiknya, terutama adiknya yang paling bungsu, Chaerul. "Chaerul itu masih usia 1 tahun 7 bulan, tapi dia sudah bisa baca doa sebelum makan," April melanjutkan.
Saat ini, Muhammad Izhak sudah memiliki nomor rekening sendiri. Jadi, terang April, bagi donatur yang hendak membantu bisa langsung transfer ke Muhammad Izhak. "Beberapa hari lalu kita sudah buatkan dia rekening," dia memungkasi.
Advertisement