Sukses

86 Rumah di Banyumas Rusak Akibat Gempa Jawa

Salah satu desa yang terdampak paling parah akibat gempa Jawa adalah Desa Pasiraman Lor, Kecamatan Pekuncen, Banyumas.

Liputan6.com, Banyumas - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Jawa Tengah, hingga Sabtu sore (16/12/2017) masih mendata dampak gempa yang mengguncang Pulau Jawa. Sementara ini, berdasarkan data yang masuk hingga pukul 14.00 WIB, sedikitnya 86 rumah di Banyumas rusak.

Kerusakan terjadi menyeluruh, meliputi Kecamatan di wilayah barat, seperti Pekuncen dan Ajibarang, wilayah tengah seperti Kecamatan Sokaraja, hingga wilayah timur, seperti Kecamatan Sumpiuh dan Tambak.

Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banyumas, Kusworo, mengatakan, salah satu desa yang terdampak paling parah akibat gempa adalah Desa Pasiraman Lor, Kecamatan Pekuncen, Banyumas. Di Desa ini, sekitar 20 rumah rusak, mulai kategori ringan, sedang, hingga berat.

Kecamatan Pekuncen juga merupakan salah satu wilayah yang terdampak paling parah. Selain Desa Pasiraman Lor, di Desa Tumiyang terdapat belasan rumah yang rusak. Gempa juga menyebabkan fasilitas umum dan ibadah rusak.

Laporan kerusakan juga sudah masuk dari Kecamatan Wangon, Cilongok, Kemranjen, Kalibagor, dan Banyumas. Namun, laporan dampak gempa dipastikan akan terus bertambah seiring masuknya laporan dari petugas BPBD, relawan, maupun pemerintah setempat.

Kusworo menambahkan, meski sementara ini tak ada laporan korban jiwa, kerugian akibat gempa Jawa diperkirakan mencapai miliaran rupiah.

"Sekolah, TPQ, masjid, rumah sakit, banyak yang terdampak. Itu di luar hitungan rumah yang rusak," dia menjelaskan.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 4 halaman

3 Layanan RSUD Banyumas Lumpuh Akibat Gempa Jawa

Gempa bumi berkekuatan 6,9 SR yang mengguncang Pulau Jawa juga menyebabkan sejumlah bangunan di RSUD Banyumas rusak berat. Akibatnya, rumah sakit menghentikan tiga layanan penting, yakni radiologi, haemodialisa, dan laboratorium.

Gedung yang mengalami kerusakan parah itu juga merupakan instalasi gawat darurat (IGD) dan ruangan penunjang untuk diagnosis pasien.

Sebagian tembok bangunan itu mengalami retak-retak hingga cat tembok terkelupas. Beberapa bagian atap ruangan gedung itu ambrol hingga materialnya berjatuhan. Yang terparah adalah ruang hemodialisa yang dipakai untuk perawatan cuci darah.

Selain itu, tembok di ruang tunggu pasien retak dan mengelupas hingga materialnya berserakan di lantai. Kerusakan di ruangan lain rata-rata sama, tembok retak hingga langit-langit ambrol.

"Karena ini bangunan penting untuk diagnosis pasien, membuat pelayanan tidak optimal," ucap Direktur RSUD Banyumas, AR Siswanto, Sabtu, 16 Desember 2017.

3 dari 4 halaman

Nasib Pasien Cuci Darah

Alat diagnosis pasien bernilai ratusan juta hingga miliaran rupiah per unit juga terancam rusak. Ini termasuk, alat rontgen, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan CT Scan. Puluhan mesin cuci darah di ruang hemodialisa juga terancam rusak.

Sementara ini, pasien cuci darah dialihkan ke sejumlah rumah sakit lain yang relatif tak terdampak, seperti RSUD Margono, Purwokerto.

"Kami masih menunggu hasil assessment tim untuk mengetahui tingkat kerusakan gedung maupun alat kesehatan," dia menjelaskan.

Siswanto mengklaim, perbaikan akan dilakukan secepatnya sehingga layanan RSUD Banyumas bisa pulih secepatnya.

4 dari 4 halaman

Pasien RSUD Banyumas Sempat Dievakuasi

Saat terjadi gempa, paramedis langsung mengevakuasi sekitar 69 pasien rawat inap dari ruang Teratai, Melati, dan Kantil ke ruang Paviliun dan ICU yang dianggap aman dari dampak gempa. Dipastikan tidak ada pasien yang menjadi korban akibat gempa ini.

Saat ini, RSUD Banyumas juga menyiapkan dua tenda di depan gedung Thalasemia dan Paviliun untuk mengantisipasi terjadinya gempa susulan. Tenda itu akan dipakai jika gempa kembali terjadi dan ruangan yang ada tak cukup menampung pasien.

Tak hanya RSUD Banyumas, RSUD Margono Sukarjo dan RS Siaga Medika Banyumas dilaporkan juga rusak akibat gempa. Namun, kerusakan yang dialami dua rumah sakit terakhir tak terlalu signifikan.

Hanya saja, saat terjadi gempa, pasien, penunggu pasien, maupun paramedis panik dan sempat mengevakuasi pasien ke luar ruangan. Setelah dinyatakan aman, pasien dikembalikan ke ruangannya semula.