Sukses

Nyelonong Masuk Kampus, Pengidap Gangguan Jiwa Babak Belur

Butuh waktu satu jam untuk mengevakuasi pengidap gangguan jiwa itu dari amukan massa. Bahkan, seorang polisi terluka di kepala karenanya.

Liputan6.com, Pekanbaru - Seorang pengidap gangguan jiwa bernasib apes. Saat nyelonong memasuki wilayah Kampus Universitas Riau, pria tak berbaju itu diteriaki begal. Walhasil, tubuhnya babak belur dipukuli massa yang terhasut.

Kanit Reskrim Polsek Tampan, Kota Pekanbaru, Inspekstur Satu Eru Alsepa menerangkan, kejadian bermula ketika Reno Maulana, nama orang tersebut, masuk ke kampus di kawasan Panam itu memakai sepeda motor Suzuki FU. Namun, pria 29 tahun ini tidak mengenakan atasan dan sandal.

Reno dibiarkan sekuriti masuk karena dikira sebagai pekerja bangunan ‎di kampus. Tak lama kemudian, sejumlah mahasiswa mulai risih dengan kehadirannya karena duduk di jembatan kampus.

Petugas keamanan langsung menghampirinya dan korban langsung lari. Karena sikapnya ini, pengidap gangguan jiwa itu diteriaki "begal" oleh sekuriti dan mahasiswa.

Teriakan itu mengundang perhatian mahasiswa dan warga sekitar. Ia akhirnya ditangkap dan menjadi bulan-bulanan massa tanpa ditanyai apakah dia pelaku tindak pidana atau bukan.

"Akibatnya, pipi bagian kanan korban sobek dan tubuhnya lecet-lecet," kata Eru.

Kepolisian yang mendapat informasi turun ke lokasi dan berusaha menyelamatkan korban. Butuh satu jam bagi tujuh petugas piket Polsek Tampan mengevakuasi warga Jalan Kopi, Kecamatan Pekanbaru Kota itu.

Salah seorang polisi, Bripka Hendri ikut terluka karena brutalnya aksi massa. Hendri mengalami luka di kepala karena terkena pukulan dan lemparan batu dari massa yang beringas.

 

2 dari 2 halaman

Pemegang Kartu Kuning

Setelah keluar dari kerumunan, Reno dan Bripka Hendri dibawa ke Instansi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Jiwa Tampan. Usai itu, Reno diamankan sementara di Polsek Tampan dan dijemput keluarganya pada Senin dini hari, 18 Desember 2017.

Seorang keluarganya, Lisa menyebut Reno sudah dua hari hilang dari rumah. Keluarganya ini juga menyebut Reno tidak waras karena memegang kartu kuning. Keluarganya juga mempertanyakan apakah mahasiswa tidak bisa membedakan orang waras dengan orang gila.

"Ini saya bawa kartu kuningnya. Sejak kecil tinggal sama saya, kedua orangtuanya sudah meninggal. Sejak orangtuanya wafat, ia menjadi tidak waras," tambah Lisa.

Sementara itu, Eru menyatakan tidak ada alasan kepolisian menahan korban karena tak ada laporan tindak pidana. Apalagi, korban ternyata orang gila yang menjadi amuk massa karena teriakan begal.

"Kita tidak ada alasan untuk menahannya, karena tidak ada unsur pidana," kata Eru.

Akhir-akhir ini, warga Kota Pekanbaru dan Kampar memang dibuat resah dengan isu begal. Isu ini disebarkan media sosial dengan foto-foto korban begal yang sudah lama terjadi. Faktanya, hanya ada satu kasus perampokan yang menyebabkan seorang warga di Kubang Kampar meninggal.

Saksikan video pilihan berikut ini: