Sukses

Tak Ada Sesal dari Dukun Palsu Pembunuh 3 Orang di Alas Roban

Dukun palsu pembunuh tiga orang di Alas Roban itu mengatakan terpaksa membunuh karena didesak untuk membayar utang.

Liputan6.com, Batang - Dukun palsu di Alas Roban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, yang terlibat kasus pembunuhan tiga orang secara sadis terancam pasal berlapis. Selain dituntut pasal pencurian dengan kekerasan dan pembunuhan berencana, Muslimin (45) juga terancam hukuman mati.

"Tindak pidana yang dilakukan tersangka M, kita kenakan Pasal 340 dan Pasal 339 KUHP dengan ancaman hukuman mati, penjara seumur hidup. Karena pelaku diduga telah merencanakan pembunuhan kepada tiga korban," ucap Kapolres Batang AKBP, Edi S Sinulingga kepada Liputan6.com, Senin, 18 Desember 2017.

Ia menyatakan, warga Desa Sawangan, Gringsing, itu sudah mengakui pembunuhan yang dilakukannya pada Sugeng (34), Restu (37), dan Luthfi (26). Berdasarkan pemeriksaan polisi, M merupakan pelaku tunggal.

"Berdasarkan penyelidikan sementara, tersangka M ini pelaku tunggal. Jadi, apakah ada tersangka lain sampai saat ini masih belum ada," ucapnya.

Polisi sempat mengalami kendala saat memeriksa si dukun palsu. Selain tak kooperatif, pelaku juga sering plinplan memberikan keterangan kepada penyidik.

"Ucapannya selalu berubah, hari ini ngomong A, besok ngomong B," kata dia.

Untuk itu, Polres Batang sudah mendatangkan psikolog atau psikiater untuk memeriksa kondisi kejiwaan tersangka.

"Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan secara maraton kepada tersangka. Untuk hasilnya apa, nanti kita sampaikan kalau sudah selesai pemeriksaan," ujarnya.

Tersangka pembunuhan sadis Muslimin saat ini sudah ditahan di Mapolres Batang. Ia ditempatkan di penjara khusus dengan pengamanan super ketat aparat kepolisian setempat.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Tersangka Tak Menyesal

Saat ditemui Liputan6.com, Muslimin menunjukkan wajah datar. Ia tak pernah menunjukkan penyesalan atau memohon maaf kepada keluarga para korban yang dibunuhnya.

Saat ditanya mengapa dirinya begitu tega membunuh para korban, tersangka mengaku karena korban marah-marah kepadanya. Padahal, kata dia, ia sudah menyatakan tak memiliki uang untuk membayar utang.

"Tapi dia (korban Luthfi) maksa terus. Ya sudah saya matikan dengan cara tendang, pukul leher, dan kepalanya pakai balik kayu. Setelah itu, saya buang ke lubang itu," ucap si dukun palsu.

Warga asal Sulawesi itu berujar, ia tak menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya hingga menyebabkan hilangnya nyawa tiga korban.

"Ya sudah mau gimana lagi, saya dimarahin terus. Sebenarnya enggak mau matikan (bunuh korban), tapi saya saat itu spontan emosi," ucapnya.

Menurut penuturan tetangga tersangka, pembunuhan tiga tamu dari luar desa oleh Muslimin merupakan tindakan seorang psikopat.

"Masa gara-gara uang segitu (Rp 700 ribu) tega membunuh. Apalagi, motor (Honda) Beat milik korban Luthfi juga diambil. Apa mungkin dia (tersangka) ini psikopat," ujar tetangga tersangka yang namanya meminta disamarkan.

Ia meminta polisi agar mengusut tuntas kasus pembunuhan yang melibatkan Muslimin.

"Dia (tersangka) itu pendatang di sini. Bukannya bertingkah laku baik, malah kelakuannya kayak gitu. Saya sih senang dia sekarang sudah dipenjara," kata dia.

 

3 dari 3 halaman

Terkenal Pendiam dan Pemarah

Adapun Muslimin (45) dikenal sebagai sosok tertutup dan cenderung pendiam. Menurut tetangganya, sekalipun pendiam, warga Sawangan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, yang akrab disapa Limin itu memiliki sifat temperamental.

"Jarang berkomunikasi dengan tetangga di sini. Tamu yang datang ke rumahnya pun seringnya orang dari luar desa semua," ucap Kepala Desa Sawangan, Subeno, kepada Liputan6.com, Senin, 18 Desember 2017.

Tersangka merupakan warga pendatang di Desa Sawangan. Dukun palsu itu berasal dari Sulawesi dan menikah dengan Sawiyah (42), warga asal Gringsing, Batang, sekitar 13 tahun lalu.

"Sebelumnya, mereka tinggal di Sulawesi selama sembilan tahun. Kemudian di awal tahun 2014, pindah ke kampung halaman istrinya sampai sekarang," ia menambahkan.

Sekitar empat tahun tinggal di Desa Sawangan, awal mulanya kehidupan tersangka dan istrinya tampak normal seperti biasa. Bahkan, sejumlah tetangganya tak menaruh curiga kepada Muslimin saat orang dari luar desa berkunjung ke rumahnya.

"Enggak ada yang curiga, orangnya (tersangka) juga biasa aja kok. Kalau menurut saya, dia juga bukan orang pintar, apalagi dukun," katanya.

Selama tinggal di Desa Sawangan, Muslimin tak memiliki pekerjaan yang pasti. Hanya sebagai buruh serabutan pemotong pohon. Namun, dukun palsu itu kerap mengaku sebagai anak orang kaya pemilik usaha kelapa sawit di Sulawesi.

"Tapi, enggak tahu itu benaran atau tidak. Yang jelas, dia di sini hidupnya biasa saja," Subeno mengungkapkan sosok dukun palsu tersebut.