Sukses

Pelipur Lara Ibu Bayi yang Meninggal Usai Ditelantarkan Puskesmas

Kondisi ekonomi keluarga bayi yang meninggal usai ditelantarkan petugas puskesmas memprihatinkan. Keluarga itu bahkan harus menumpang mandi

Liputan6.com, Brebes - Rumah keluarga bayi yang meninggal setelah ditolak Puskesmas Sidamulya, Wanasari, Brebes, Jawa Tengah, akhirnya direhabilitasi. Rumah reyot yang berada di RT 001/RW 004 desa setempat itu mulai dibedah untuk diperbaiki pada Senin, 18 Desember 2017.

Rehabilitasi itu seolah menjadi pelipur lara bagi Emiti (32), ibu sang bayi. Sebelumnya, nyawa bayi Icha Selfia tak tertolong setelah tidak mendapatkan pertolongan medis dari puskesmas setempat.

Petugas menolak menangani bayi berusia tujuh bulan yang menderita muntaber karena sang ibu tak membawa kelengkapan administrasi yang disyaratkan Puskesmas. Akhirnya, Emiti membawa pulang bayinya hingga akhirnya meninggal dunia.

Setelah ditelusuri, keluarga bayi tersebut ternyata hidup di tengah kemiskinan. Untuk itu, Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Brebes ikut menggalang bantuan kepada keluarga Emiti.

Adapun jumlah dana yang terkumpul dari sejumlah donatur mencapai Rp 25 juta. Dana itu digunakan untuk memperbaiki rumah keluarga Emiti.

"Dana itu bukan hanya berasal dari iuran teman-teman pengurus MPC, tetapi juga dari donatur lain yang peduli dan berempati dengan rakyat kecil," ucap Ketua MPC Pemuda Pancasila Brebes, Wahyudin Noor Ali.

Menurutnya, beberapa bagian yang diperbaiki yaitu lantai dasar yang akan dipasangi keramik. Rumah itu juga akan dibuatkan kamar mandi dan toilet, sanitasi, dan pemasangan listrik. Dana itu pula akan dialokasikan untuk lemari dan perabotan lainnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

2 dari 2 halaman

Sering Menumpang Mandi

Kepala Desa Sidamulya, Hadi Darnoto mengungkapkan, keluarga Emiti memang layak mendapatkan bantuan. Menurutnya, kondisi ekonomi Emiti bisa dikategorikan paling miskin di desa tersebut.

"Dari desa maupun dari warga sekitar sering bantu dia," ucap Hadi.

Emiti saat ini tinggal di rumah semi permanen di RT 001/RW 004, Desa Sidamulya, bersama ibu dan empat anaknya. Suaminya, Saroi, pergi bekerja sebagai nelayan yang pulang tiga sampai enam bulan sekali.

Rumah berukuran sekitar 20 meter persegi itu bisa dibilang jauh dari kata layak. Lantainya beralaskan tanah dan beratap genting. Bahkan, sekat antara ruangan satu dan lainnya tidak beraturan, anyaman bambu di rumah tersebut juga banyak yang sobek.

Tidak ada kamar tidur. Hanya ada ruangan bagian depan berukuran sekitar 3×5 meter dengan dipan dan kasur digunakan untuk tidur bersama.

Dapurnya pun memperihatinkan, tak ada kompor gas atau kompor minyak. Emiti sehari-hari memasak dengan menggunakan tungku.

Lebih parah lagi, dia juga tak memiliki kamar mandi dan toilet. Sehari-hari, dia dan anak-anaknya mandi di rumah kerabatnya.

Emiti mengaku bersyukur ada yang membantu memperbaiki rumahnya. Dia berharap setelah rumahnya diperbaiki, anak-anaknya bisa tidur lebih nyenyak dan saat hujan tidak lagi kebocoran.

"Saya terima kasih kepada yang sudah membantu. Mudah-mudahan mendapatkan balasan dari Allah," ucap Emiti.