Sukses

Bersama 9 Adik, Mantan Mahasiswa ITB Mulai Menyusun Mimpinya

Bantuan mulai mengalir ke kantong keluarga mantan mahasiswa ITB di Polewali Mandar yang hidup bersama sembilan adiknya.

Liputan6.com, Polewali Mandar - Awal mula terungkapnya kisah miris mantan mahasiswa Institut Teknologi Bandung atau ITB, Muhammad Izhak, adalah ketika anak muda yang tergabung dalam Gerakan Peduli Sosial Polewali Mandar (GPS-PM) mengetahui keadaan pemuda berusia 22 tahun itu.

"Jadi, Izhak itu sebenarnya teman SMA salah seorang anggota GPS-PM, dari situlah kita dapat informasi soal dia," kata April Myathi, salah seorang anggota GPS-PM kepada Liputan6.com, Selasa, 19 Desember 2017.

Menurut April, sebelum memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, GPS-PM terlebih dahulu memastikan apakah orang yang hendak dibantunya itu adalah orang yang benar-benar butuh.

"Setelah kita survei ke sana ternyata Muhammad Izhak itu memang perlu dibantu," ujarnya.

Hasil survei terhadap mantan mahasiswa ITB itulah yang kemudian diunggah ka Fanpage Facebook milik GPS-PM dan menarik perhatian banyak donatur. Hanya saja, kata April, para donatur umumnya meminta langsung nomor rekening pribadi milik Muhammad Izhak, mantan mahasiswa ITB itu.

"Kita kemudian membujuk Izhak untuk buka rekening, kebetulan ada teman di Teras BRI Pekkabata yang bisa bantu," ucapnya.

 

2 dari 3 halaman

Aliran Bantuan untuk Mantan Mahasiswa ITB

April melanjutkan untuk para donatur yang hendak membantu Muhammad Izhak, bisa langsung transfer ke Nomor Rekening BRI, 5034-01-022896-53-0 atas nama Muh. Izhak.

"Jadi, tidak perlu lagi khawatir bantuannya tidak tepat sasaran," April menambahkan.

Bagi donatur yang hendak menyalurkan langsung bantuan ke rumah Muhammad Izhak, April menyebutkan kediaman Muhammad Izhak bersama sembilan adiknya terletak di Dusun Tojangan, Desa Pasiang, Kecamatan Matakali Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Dia menjelaskan, untuk sampai ke rumah milik Muhammad Izhak jalur paling dekat adalah melalui depan Kantor Bupati Polewali Mandar.

"Lurus saja masuk sekitar lima kilometer, kalau sudah dapat pertigaan belok kiri. Sekitaran situ bertanya saja di mana jalan ke Aribang," kata April.

Setelah dapat jalan menuju Aribang, lanjutnya, nanti akan ada jalur menyeberang sungai setelah itu ada lorong kecil dekat masjid. "Lorongnya itu masih sementara dalam pengerjaan, masuk saja sejauh 500 meter, rumahnya Muhammad Izhak disitu," paparnya.

3 dari 3 halaman

Rencana Muhammad Izhak untuk Keluarga

Muhammad Izhak mengungkapkan sejak rekening pribadi miliknya itu dibuat pada Jumat, 15 Desember 2017 lalu telah banyak donatur yang menyalurkan bantuan untuk dirinya dan adik-adiknya.

"Sudah banyak, saya tidak ingat semua. Yang jelas sejak dibuat rekening itu bantuan dana yang masuk itu sudah sekitar Rp 70 jutaan," sebutnya.

Selain bantuan berupa dana, kata dia, ada juga bantuan berupa pakaian sehari-hari, khususnya untuk adik bungsunya, Muhammad Chaerul Akhsan, yang masih berusia 19 bulan.

"Ada juga pakaian sehari-hari," sambungnya.

Rencananya, dana bantuan yang sampai saat ini terus mengalir itu akan dipakai untuk membangun rumah di tanah warisan milik almarhumah ibunya. Tanah tempat rumah panggung reyot yang ditinggali Muhammad Izhak bersama sembilan adiknya itu ternyata bukan miliknya melainkan milik keluarganya.

"Tapi bangunan rumahnya milik ayah saya. Rencananya uang bantuan ini akan saya pakai untuk bangun rumah di tanah warisan ibu saya, karena dulu sempat sudah dibuatkan pondasi di sana tapi terkendala biaya. Makanya tidak dilanjutkan sampai bapak dan ibu dipanggil yang Maha Kuasa, ini rencana saya mau lanjutkan," tuturnya.

Selain untuk membangun rumah, kata Muhammad Izhak, dana dari donatur itu itu juga akan dipakainya untuk membiayai sekolah adik-adiknya. "Sudah pasti dana ini yang paling utama untuk sekolah adik-adik saya," ujarnya.

Anak sulung dari 10 bersaudara itu menyebutkan bahwa tujuh dari sembilan adik-adiknya saat ini masih menuntut ilmu, mulai dari kuliah hingga yang masih belajar di Taman Kanak-kanak (TK).

Izhak menyebutkan, anak nomor dua bernama Hasnawati (20) sekarang kuliah di STAIN Parepare, yang ketiga itu Aslan (18), sudah tidak sekolah sejak tamat SD. Anak keempat adalah Rasmiani (13) dan masih kelas dua SMP dan yang kelima itu Fadilah (12), kelas satu di MTs.

Ada juga yang masih duduk di bangku sekolah dasar, yaitu Mutmainnah (11), Ismail (10) dan Nur Aliah (8), masing-masing duduk di bangku kelas VI, Kelas IV dan Kelas II SD. Lalu kakaknya si bungsu, Abdullah Hanif (6) yang saat ini masih TK.

"Jadi yang tidak sekolah itu cuma dua, adik saya yang nomor tiga, Aslan dan si bungsu Muhammad Chaerul Akhsan," kata Izhak.Â