Sukses

Banjir Setinggi 1 Meter 'Menyapa' Warga Batas Kota Makassar

Hujan yang terus mengguyur Kota Makassar, Sulsel, mengakibatkan banjir setinggi satu meter di permukiman warga batas kota.

Liputan6.com, Makassar Air setinggi satu meter menggenangi permukiman warga yang berada di perbatasan Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Di antaranya permukiman yang berada di daerah Paccerakkang, Kelurahan Daya, Kecamatan Biringkanaya, dan kawasan Bitoa, Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Makassar.

Kedua permukiman warga yang tergenang air tersebut merupakan daerah yang selalu menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Selain karena daerahnya yang terletak di dataran rendah, kedua daerah itu juga dekat dari bantaran sungai yang ada di perbatasan kota Makassar.

"Di sini sudah jadi langganan banjir jika musim hujan. Sehari saja hujan turun pasti permukiman warga tergenang air. Dan kalau banjir tak main-main hingga semeter tingginya," kata Syamsuddin (45), warga Kompleks Kodam Paccerakkang, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Rabu (20/12/2017).

Ketika musim hujan datang, warga di daerah Paccerakkang, lanjut Syamsuddin, dipastikan akan mengungsi ke rumah kerabatnya yang tak jauh dari lokasi. Meski beberapa orang tetap memilih bertahan karena takut rumahnya kemalingan ketika ditinggal pergi.

"Sudah jadi kebiasaan warga di sini kalau musim hujan pasti kerja ekstra evakuasi barang-barang dalam rumahnya yang tergenang air," Syamsuddin menerangkan.

Lelaki yang sudah 19 tahun menetap di kompleks kodam tersebut mengaku banjir sudah hal yang biasa bagi masyarakat di daerahnya itu. Selain karena memang kondisi daerah yang rendah juga dekat dengan bantaran sungai.

"Kalau air sungai di belakang kompleks meluap tentu larinya ke sini. Jadi mau diapakan lagi kondisi wilayah di sini juga sangat rendah," katanya.

Bahkan, menurut warga Kompleks Kodam Paccerakkang, Kecamatan Biringkanaya Makassar itu, sudah banyak warga yang jual rumahnya lantaran tak tahan kondisi tahunan demikian.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

2 dari 3 halaman

Langganan Banjir

Kondisi yang sama juga diungkapkan Rahmat (34), warga Bitoa Kecamatan Manggala. Banjir tiap tahun selalu menjadi langganan di permukiman warga Bitoa.

Meski sudah ada beberapa pengerjaan dranaise, genangan air yang diakibatkan dari tingginya intensitas hujan serta daya tampung sungai yang kecil tepatnya di belakang permukiman warga, juga menjadi faktor penyebab utama.

"Banjir gila-gilaan di sini kalau hujan terus seperti kemarin. Banjir sampai semeter lebih bahkan jika hujan terus sampai malam, dipastikan permukiman warga tenggelam," ucap Rahmat.

Ia berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar melalui Dinas Sosial setempat membangun posko pengungsian bagi masyarakat sebagai langkah antisipasi ketika hujan tak berhenti beberapa hari ini.

"Tapi semoga hujan tidak terus turun, sehingga masyarakat batas kota Makassar seperti kami tidak was-was," Rahmat menandaskan.

 

3 dari 3 halaman

Banjir Setinggi hingga 2 Meter Melanda Jombang

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sedang menangani banjir yang melanda sejumlah kecamatan. Ketinggian air rata-rata lebih dari dada orang dewasa.

"Warga harus kami evakuasi karena ketinggian banjir ada yang hingga 2 meter. Proses evakuasi sudah tadi malam," ucap Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Jombang, Gunadi, Rabu (20/12/2017), dilansir Antara.

Ia menjelaskan, hingga pagi ini, sebagian warga masih berada di lokasi pengungsian. Sebelumnya, hujan yang terus-menerus mengguyur Jombang sejak Selasa sore hingga malam, telah memicu banjir di Kecamatan Jombang, Bareng, Mojowarno, Mojoagung, dan Sumobito.

Di Kecamatan Mojoagung, banjir bahkan sampai setinggi 2 meter. Alhasil, sejak Selasa malam tadi, warga diungsikan ke Balai Desa Kademangan dan RPH Mojoagung.

Sebanyak 405 orang telah mengungsi, tapi berkurang drastis pada Rabu pagi ini menjadi hanya 24 orang. Kebanyakan warga kembali ke rumah untuk memastikan kondisi rumah mereka.

BPBD telah membuat tenda dan dapur umum yang akan memasak untuk keperluan sekitar 400 lebih kepala keluarga. "Kami suplai bahan pokoknya, nanti bisa dimasak," ujar dia, seraya mengatakan bahwa relawan dan TNI turut aktif dalam evakuasi ini.

Daerah tersebut menjadi langganan terkena banjir akibat hujan deras, sampai-sampai tahun ini sudah enam kali banjir menerjang kawasan ini. Namun, warga enggan pindah ke tempat lain karena tak mau meninggalkan tempat kelahirannya.

"Bahkan, (saat banjir) tahun lalu atap hingga tidak kelihatan, mereka bertahan," tutur Gunadi.