Sukses

Agenda Unik dan Seru Malam Tahun Baru di Solo

Pemkot Solo mengeluarkan surat edaran larangan menyalakan kembang api dan petasan saat malam Tahun Baru di Solo

Liputan6.com, Solo - Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mengeluarkan surat edaran tentang larangan menyalakan petasan dan kembang api saat malam Tahun Baru.

Sebagai gantinya, pada malam pergantian tahun nanti akan dilakukan pemukulan gong di sepanjang Jalan Slamet Riyadi Solo yang menjadi lokasi car free night.

Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo mengatakan surat edaran larangan menyalakan petasan dan kembang api pada malam Tahun Baru dikirimkan ke kelurahan-kelurahan di Kota Solo. Selanjutnya surat edaran itu diteruskan hingga tingkat RT/RW.

"Sosialisasi surat edaran larangan menyalakan petasan dan kembang itu diharapkan bisa sampai ke masyarakat," kata dia di Solo, Rabu (20/1/2017).

Wali Kota Solo yang akrab disapa Rudy itu mengatakan sebagai ganti menyalakan kembang api dan petasan, Pemkot Solo akan menyediakan gong di sejumlah titik di Jalan Slamet Riyadi Solo. Pasalnya, saat malam pergantian tahun di sepanjang jalan protokol itu akan dilaksanakan car free night.

"Nantinya Pemkot bersama jajaran Muspida akan menabuh 75 gong yang diletakkan dari Purwosari sampai Gladag saat tepat malam pergantian tahun. Sebelum pemukulan akan diawali dengan bunyi sirine," ujarnya.

Dipilihnya gong untuk menandai malam tahun baru sebagai upaya untuk melestarikan salah satu alat musik tradisional. Pasalnya, gong memiliki nilai sejarah tinggi.

"Kita ingin melestarikan budaya dan benda cagar budaya agar gong tetap lestari," harapnya.

Selain pemukulan gong, pada saat malam Tahun Baru nanti di sepanjang Jalan Slamet Riyadi juga akan didirikan panggung hiburan yang untuk pentas musik keroncong, tarian, macapat, reggae, dan jazz. Lima panggung akan berdiri di depan Diamon, Solo Grand Mall, Ngarsopuro, Nonongan dan Gladag.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

2 dari 3 halaman

Berebut Berkah saat Sekaten

Perayaan tradisional juga dijumpai pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Solo, Jawa Tengah, dengan tradisi Sekaten. Sekaten diiringi dengan suara gamelan di Masjid Agung, Solo.

Prosesi Miyos Gongso berebut janur dan memakan sirih pun menjadi daya tarik bagi para pelancong Kota Solo. Banyak para turis yang berbondong-bondong mengabadikan momen tahunan ini, baik melalui jepretan foto ataupun video.

Di kawasan Masjid Agung Solo juga terdapat banyak pedagang telur asin dan daun sirih. Para warga sekitar pun tampak ramai menghadiri rangkaian acara Sekaten beberapa waktu lalu.

Ada juga berbagai jajanan khas Kota Solo yang disuguhkan para pedagang untuk memanjakan pengunjung.

Ibu Titi, salah satu penjual telur asin di pasar tradisional, mengatakan setiap ada acara Sekaten, ia selalu hadir dan meramaikan ritual ini setiap tahunnya.

"Kalau lagi kegiatan ini, saya di sini terus. Telur asin ini juga merupakan simbol keberkahan," ucap dia kepada Liputan6.com, Selasa 28 November 2017. 

Lantunan pukulan gamelan yang menjadi ciri khas Keraton Surakarta juga terdengar sangat syahdu. Sebelumnya, para abdi dalem menggunakan beskap khusus, membawa seperangkat gamelan peninggalan Sultan Agung dan PB IV dari keraton ke Masjid Agung Solo.

Panji, pelancong asal Cirebon, mengungkapkan bahwa tradisi Sekaten di Solo hampir sama dengan ritual di daerahnya.

"Hanya saja ada beberapa ritual yang sedikit berbeda. Tapi ini tetap mencirikan tradisi orang Jawa di Indonesia," katanya.

3 dari 3 halaman

Tengkleng Legendaris Solo

Setelah menyaksikan tradisi Sekaten, para pelancong bisa memilih menu makan siang, yaitu tengkleng. Menu ini menjadi ciri khas Kota Solo, dengan potongan daging kambing yang segar dan nikmat.

Warung Bu Edi yang berada di seputaran Pasar Klewer, Solo, selalu ramai dipadati pengunjung. Meskipun baru buka pukul 12.30 WIB, tengkleng klewernya bisa langsung habis dalam hitungan jam.

Satu porsi tengkleng klewer dihargai sekitar Rp 30.000. Menu ini disajikan dengan daun pisang yang dibentuk kerucut. Dalam satu porsi, terdiri dari potongan tulang kambing, daging kambing dan jeroan kambing.

Tengkleng disajikan dengan kuahnya yang khas, dicampur juga dengan beberapa beberapa cabai rawit sebagai penambah rasa pedas.

Warung ini juga menyediakan nasi putih yang langsung dicampur ke menu tengkleng. Untuk satu porsinya saja, sudah cukup mengenyangkan bagi para pengunjung.

Sulistri, pemilik warung tengkleng klewer mengatakan, usahanya ini sudah dirintis oleh orang tuanya, Ibu Edi, sejak tahun 1980-an. Diawali dengan berkeliling Pasar Klewer, Ibu Edi memanggul bakul berisi tengkleng buatannya.

Usaha ini sendiri sudah dilanjutkan ke generasi keempat. Namun, masih saja banyak pencinta tengkleng klewer Ibu Edi yang legendaris ini, mulai dari remaja hingga orang dewasa.

"Pengunjung yang belum makan siang, biasanya bisa menghabiskan dua porsi tengkleng pakai nasi. Makanya cepat habis tidak sampai sore hari," kata Sulistri.

Namun bagi penderita kolesterol berat, diharapkan berhati-hati jika mengonsumsi makanan ini. Kadar lemak jenuh yang tinggi bisa memicu tekanan darah dan mengakibatkan kadar kolesterolnya meningkat.