Sukses

Asyiknya Bersekolah Dikelilingi Ratusan Batu Nisan

Ratusan batu nisan justru menjadi tempat favorit bersembunyi saat para siswa bermain petak umpet.

Liputan6.com, Semarang - Kumpulan batu nisan di Komplek Pemakaman Bergota menjadi pemandangan yang harus disaksikan setiap kali ratusan siswa TK dan SD Pangudi Luhur (PL) Servatius Gunung Brintik Semarang, bersekolah. Mereka juga tidak jarang mencium aroma bunga mawar yang baru diantar pelayat ke makam.

Komplek Pemakaman Bergota merupakan komplek pemakaman terbesar di Semarang. Kesan angker tak membuat sekolah yang berada di dekatnya sepi peminat.

Tercatat saat ini, sebanyak 118 siswa terdaftar sebagai sekolah yang berada di belakang Kampung Pelangi Kota Semarang, Jalan Dr Soetomo No 4, Kota Semarang.

Dengan kontur miring, posisi TK dan SD bertingkat. Kelas TK terletak di bagian paling bawah yang dilengkapi dengan laboratorium dan ruang praktikum. Sedangkan, bangunan SD terletak di bagian atas dekat komplek pemakaman. 

Meski terkesan menakutkan, nyatanya para siswa tak terganggu. Mereka bahkan terbiasa bermain di tengah komplek pemakaman. Bahkan, batu nisan menjadi tempat sembunyi favorit para siswa yang sedang bermain petak umpet.

Jika tak sedang bermain, para siswa duduk santai di atas batu nisan sambil memakan bekal. Mereka tak jarang sambil bersenda gurau di atas batu nisan itu.

Rama, siswa kelas V SD, mengaku belajar dikelilingi puluhan batu nisan, ia menyebut hal itu tak menakutkannya. "Tidak ada yang ditakutkan temannya banyak, sudah biasa," ucapnya.

Yang membuatnya merinding justru toilet sekolah. Itu pun karena bocah yang rumahnya tak jauh dari sekolah itu pernah mengalami kejadian mistis.

"Pernah mendengar suara perempuan ketika kencing. Ya takut, tapi memang sekolah di sini ya yang penting belajar," ucapnya sembari tersenyum.

 

 

2 dari 2 halaman

Pengalaman Aneh Guru

Pengalaman yang membuat bulu kuduk merinding juga dialami Veronica Suharti, guru kelas I. Ia berkisah, kejadian itu dialaminya di siang bolong, sekitar pukul 12.00 WIB.

Saat itu, karyawan dan guru yang masih bekerja. Tiba-tiba, printer yang digunakan macet padahal sedang tak mati listrik. Ia merasa hal itu tidak wajar.

Kejadian aneh lainnya dialami Veronica saat tim sekolah menyiapkan keperluan administrasi untuk proses akreditasi sekolah. Kendati listrik lingkungan sekitar mengalir, nyatanya seluruh lampu di sekolah padam.

"Saat itu kejadiannya sekitar maghrib. Setelah kita istirahat dan berdoa bersama, lampu menyala lagi," kata Veronica.

Menurut guru yang sudah bekerja selama 34 tahun itu, ia tak terlalu terganggu dengan kejadian aneh yang dialaminya. Namun, ia mengaku butuh waktu untuk berani bekerja di sekolah yang lingkungannya tak biasa itu.

"Saya akui awal-awal dulu bekerja di sini saya kaget. Tapi lama-lama terbiasa," aku guru yang bertugas di SD PL Gunung Brintik sejak enam tahun lalu.