Sukses

Pecalang Turut Jaga Keamanan Natal di Bali

Hampir tiap tahun pecalang tak pernah absen bersama TNI dan Polri membantu pengamanan ibadah saat perayaan Natal

Liputan6.com, Denpasar - Toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Bali memang terjalin indah. Kebersamaan dalam perbedaan sejatinya sudah terjalin sejak lama di Pulau Dewata. Salah satu buktinya adalah ketika pecalang (petugas keamanan desa adat di Bali) ikut mengamankan ibadah Natal umat Kristiani.

Pecalang dari desa di sekitar Gereja Maranatha yang terletak di Jalan Surapati, Denpasar, Bali, bersama dengan unsur Polri dan TNI melaksanakan pengamanan di depan gereja.

Bukan kali ini saja mereka ikut mengamankan Natal. Dalam hari keagamaan lainnya, pecalang juga turut serta melakukan pengamanan guna suksesnya ibadah keagamaan dari agama tertentu.

Tentu saja hal itu mendapat apresiasi positif. Salah satunya dari pihak gereja yang mengapresiasi keterlibatan pecalang dalam mengamankan hari raya Natal. Hal ini merupakan bentuk toleransi antarumat beragama yang sudah terjalin baik sejak lama.

"Kami mengapresiasi keterlibatan pecalang dalam pengamanan perayaan Natal," ucap pengurus Gereja Maranatha, Jony Lay, Minggu (24/12/2017).

Kali ini, menurut dia, Desa Adat Abasan menerjunkan 14 pecalang untuk ikut bertugas mengatur arus lalu lintas di depan gereja.

Selain itu, pecalang juga membantu menyediakan tempat parkir untuk umat yang akan melaksanakan ibadah.

Pengamanan di Gereja Maranatha terlihat sangat ketat dan masih sesuai dengan standar pengamanan seperti tahun-tahun sebelumnya. Dua jam sebelum ibadah, Unit Satwa dan Penjinak Bom Brimobda Polda Bali melakukan sterilisasi dengna menerjunkan anjing K-9 dan alat detektor untuk menyisir ruang sudut dalam dan luar gereja.

Polisi juga memeriksa barang bawaan seperti tas dan dompet yang dibawa jemaat.

Menurut Jony Lay, sinergi Polri, TNI, dan pecalang dalam pengamanan perayaan Natal patut diancungi jempol. Diharapkan hubungan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga seluruh rangkaian kegiatan perayaan Natal dapat berjalan dengan aman dan lancar.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Indahnya Keberagaman, Jemaat Berbusana Adat Bali Saat Misa Natal

Keberagaman benar-benar terjalin dengan baik di Bali. Ragam agama berjalan berdampingan di Pulau Dewata. Bahkan, masing-masing agama di Bali berkaitan dengan dengan adat dan budaya yang berkembang di masyarakat.

Salah satunya ditampakkan umat Kristiani jemaat GBIS yang terletak di Jalan Pramuka, Banjar Bali, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Mereka menggunakan busana adat Bali sebagai bentuk toleransi saat melaksanakan Misa Natal pada Minggu malam (24/12/2017). Rata-rata anggota jemaat di gereja ini baik laki-laki maupun perempuan menggunakan pakaian adat Bali.

Tak hanya busana, jemaat di sini juga menghias gereja dengan dekorasi bernuansa adat Bali. Pendeta Muda GBIS Singaraja, Feby Molansa menjelaskan, penggunaan busana dan dekorasi ala budaya Bali untuk menunjukkan kebersamaan dalam perbedaan.

"Ini sengaja dilakukan untuk menunjukkan wujud kebersamaan dalam perbedaan, serta bentuk toleransi dan saling menghargai antarwarga yang berbeda keyakinan di Tanah Bali," ucap Feby, Minggu (24/12/2017).

Tak hanya itu, Feby menilai penggunaan busana Bali juga sebagai bentuk penghormatan budaya Bali yang adi luhung. "Ini bentuk penghormatan kami terhadap budaya Bali yang sangat luhur," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Bantu Jaga Malam Natal, Remaja Masjid Dipuji Pemuda Katolik

Sementara itu, Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang Kapuas Hulu, Antonius Thambun, mengapresiasi positif dukungan pemuda atau remaja masjid yang ikut langsung dalam pengamanan gereja pada perayaan Natal di wilayah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

"Kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada pemuda atau remaja masjid serta kepada semua pihak baik TNI maupun Polri, yang begitu peduli dalam mengamankan perayaan Natal di Kapuas Hulu," ucap Antonius Thambun, Minggu (24/12/2017) malam, dilansir Antara.

Menurut Thambun, keharmonisan dan rasa kekeluargaan serta rasa toleransi yang tinggi itu merupakan ciri khas Kapuas Hulu, yang selama ini aman dan kondusif.

Apalagi, warga Kapuas Hulu ini masih serumpun. Meskipun berbeda keyakinan atau agama, ikatan keluarga tidak pernah terputus. "Kapuas Hulu mengedepankan rasa kekeluargaan, jadi jangan heran jika hingga saat ini Kapuas Hulu tetap harmonis," kata Thambun.

Bahkan, lanjut dia, saat kaum muslim merayakan Lebaran, pemeluk Nasrani juga saling berkunjung ke rumah-rumah kerabat dan sanak keluarga yang merayakannya. Begitu juga ketika umat Kristiani merayakan Natal.

Ia berharap pula, rasa kekeluargaan serta keharmonisan di Kapuas Hulu tetap terjaga. Termasuk jangan terpengaruh provokasi dan kepentingan dari luar. "Apa pun yang terjadi persatuan dan kesatuan harus tetap kita jaga dengan menjunjung tinggi toleransi di tengah perbedaan," pinta Thambun.