Sukses

Kaleidoskop: Kisah 3 Nenek Berhasil Meraih Cinta Sang Pemuda

Cinta tak mengenal usia, nenek-nenek ini pun berhasil mendapatkan cinta dari sang pemuda.

Liputan6.com, Minahasa Utara - Cinta tak mengenal waktu dan tempat, tidak juga mengenal usia. Meski sudah berusia senja, nenek-nenek ini kembali merasakan indahnya cinta. Mereka malah mampu menggaet hati pemuda lajang.

Tentu, kejadian ini bikin heboh warga Indonesia dan warganet. Liputan6.com mencatat, sepanjang tahun 2017, ada tiga nenek di tiga daerah, yang berhasil menikahi pemuda dan bikin heboh warga.

Perjalanan cinta pasangan lintas generasi ini pun penuh cerita. Bahkan hingga saat ini, mereka masih menjadi sorotan masyarakat.

Seperti pasangan Nenek Martha (82) dengan Sofian Loho Dandel (28) di Minahasa Utara. Pada Februari 2017 lalu, pasangan itu mencatatkan pernikahannya. Namun, mereka terlibat konflik sehingga Nenek Martha harus melaporkan suaminya ke polisi pada November 2017.

Pada Juli 2017, di Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan, ada Nenek Rohaya yang berusia 71 tahun menikah dengan Slamet Riyadi yang masih berusia 16 tahun. Pernikahan ini sempat menuai kontroversi, tetapi tidak terdengar lagi kabarnya saat ini.

Tidak mau kalah, ada pasangan beda 40 tahun di Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng. Pasangan ini adalah Ardi yang berusia 24 tahun dan Nuria yang berusia 64 tahun.

Simak ketiga kisah cinta nenek dan pemuda dari sejumlah daerah di Indonesia yang bikin heboh sepanjang tahun 2017 ini:

2 dari 7 halaman

Pasangan Nenek Martha dan Sofian dari Minahasa Utara

Pasangan ini tinggal di Desa Lelema, Lingkungan 4, Kecamatan Tumpaan, Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Ditemui sejumlah wartawan, Senin, 20 November 2017, Sofian mengisahkan bagaimana awal mula dia dan Martha bertemu. Sofian sendiri adalah warga Pulau Mantehage, Kabupaten Minahasa Utara.

"Awalnya ada telepon nyasar masuk ke HP (handphone) saya. Kami akhirnya berkomunikasi, lalu jatuh cinta. Saya tidak tahu usia Martha. Setelah dua minggu kemudian saya ke Lelema, kaget karena ternyata Martha sudah nenek- nenek," tutur Sofian.

Sofian mengaku sudah telanjur cinta, akhirnya tinggal di rumah Martha. Keduanya juga sepakat untuk menikah.

"Jemput ibu dan bapak saya di Mantehage untuk datang melamar," ujar Sofian yang bekerja di bengkel di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) ini.

Orangtua Sofian datang ke Lelema menemui Martha. "Mana cucu Anda yang mau dinikahkan dengan anak saya, dan jadi menantu saya?" tanya Sofian menirukan perkataan ibunya kepada Martha.

Mendengar pertanyaan ini, Martha langsung menjawab bahwa dialah calon menantu yang dimaksud.

Sofian mengatakan, sekalipun sempat ditolak oleh keluarganya, akhirnya pernikahan dua sejoli berbeda generasi ini tetap berlangsung. "Kami diberkati Sabtu pekan lalu. Dan sekarang sudah tinggal sama-sama," ujar Sofian.

Saat di rumah milik Martha di Desa Lelema, masih tinggal juga ibu dan kakak Sofian karena pada Sabtu kemarin, 18 November 2017, baru saja menghadiri pemberkatan perkawinan.

Pasangan ini tak segan-segan mengumbar kemesraan di rumah. "Saya berkomitmen untuk menjaga cinta kami," ujar Sofian sambil memeluk Martha.

Martha tak kalah bahagia. "Tuhan ada utus Sofian untuk menjaga saya," tutur Martha.

Nenek Martha sudah berstatus janda sejak 10 tahun silam, saat ditinggal mati suaminya. Sementara dua anaknya kini bekerja di Jerman dan Arab Saudi.

Meski banyak keluarga yang menentang, hal itu tidak menghalangi Martha dan pemuda 28 tahun, Sofian, untuk hidup bersama. Pernikahan mereka berlangsung di Desa Lelema, Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan. Kedua pasangan ini diberkati di GPDI Horeb Lelema oleh Gembala Port Ropa.

Setelah pemberkatan perkawinan pada Sabtu, 18 November 2017, pasangan beda generasi itu juga berupaya mencatatkan pernikahan di Kantor Catatan Sipil. Mereka akhirnya mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Minahasa Utara, Kamis, 23 Februari 2017.

3 dari 7 halaman

Kehebohan Rumah Tangga Nenek Martha dan Sofian

Pada awal April 2017, publik kembali dihebohkan pemberitaan terkait pasangan Nenek Martha dan pemuda bernama Sofian. Kali ini karena Sofian melapor ke polisi setelah ditikam oleh seseorang. Dia ditikam setelah sebelumnya diolok-olok karena menikah dengan nenek-nenek.

Kejadian nahas ini berawal ketika Sofian bertandang ke rumah keluarganya di Kelurahan Kotabangon, Kotamobagu, Sulawesi Utara. Sekitar pukul 21.00 Wita, Sofian mendatangi salah satu teman barunya, IM, di bengkel tempat dia bekerja, masih di kelurahan yang sama.

Selang beberapa waktu kemudian, keduanya duduk sambil menikmati minuman keras. Entah cerita berawal dari mana, Sofian kemudian merasa tersinggung karena IM seperti mengejek korban perihal pernikahannya dengan Martha. Suasana kemudian memanas karena korban tak terima dengan ejekan pelaku, bahkan adu mulut pun terjadi.

"Tiba-tiba dia langsung memukul dan saya terjatuh. Tak lama kemudian dia mengambil benda tajam dan langsung menikam saya. Setelah itu dia langsung melarikan diri," ujar Sofian saat melapor di Polsek Urban Kotamobagu.

Mendapat laporan kasus penikaman itu, aparat Polsek Urban Kotamobagu bergerak cepat dan mengamankan pelaku di sekitar lokasi kejadian. "Pelakunya sudah diamankan di Polsek," ucap Kapolsek Urban Kotamobagu, Kompol Ruswan Buntuan, melalui Kepala Tim (Katim), Bripka Toto Suryawan Monoarfa.

Nama Nenek Martha Potu (82) dan Sofian Loho (28) kembali mencuat pada pertengan November 2017.

Nenek Martha membuat laporan terhadap suaminya, Sofian, di Polres Minahasa Selatan. Pada usia ke sembilan bulan pernikahannya dengan Sofian, dia justru melaporkan suaminya tersebut atas tindakan penelantaran.

"Oma Martha mendatangi Unit PPA untuk melaporkan suaminya, Sofian Loho, karena telah menelantarkannya," ucap Kapolres Minsel AKBP Arya Perdana.

Kapolres mengatakan, kasusnya sementara diproses. Korban pun telah diperiksa. "Kasus ini masuk dalam Pasal 49 huruf A Undang-Undang 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dengan ancaman 3 tahun penjara," ujar dia.

4 dari 7 halaman

Pernikahan Nenek Rohaya dan Slamet di OKU pada Juli 2017

Slamet Riyadi (16), remaja warga Desa Karang Endah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, nekat menikahi Rohaya, nenek berusia 71 tahun yang sudah memiliki tiga cucu.

Menurut Darmi, ayah angkat Slamet di Baturaja, pernikahan anak yang diasuhnya sejak berumur 1,5 tahun tersebut berlangsung pada Minggu, 2 Juli 2017, sekitar pukul 19.30 WIB di rumah Siswoyo, Ketua RT 01 Desa Karang Endah. Pernikahan itu sedianya dipandu penghulu Ibnu Hajar yang merupakan mantan P3N desa setempat.

Darmi mengatakan, keinginan Slamet untuk menikahi Rohaya yang akrab disapa Ombai tersebut terungkap sejak dua tahun lalu. Namun, permintaan itu tidak ditanggapi karena wanita yang ingin dinikahinya itu terpaut usia sangat jauh.

"Sekitar tiga bulan terakhir Slamet kembali meminta saya agar dia dinikahkan dengan Ombai Rohaya serta minta uang sebesar Rp 8 juta untuk biaya pernikahan," katanya, dilansir Antara, Selasa, 4 Juli 2017.

Meski uang yang dipinta Slamet tidak diberikan karena keluarga tidak setuju, remaja tersebut tetap melangsungkan pernikahannya dengan seadanya. "Yang jelas semua sudah kehendak Allah dan kita hanya bisa mendoakan agar pernikahan mereka berjalan baik dan selalu akur," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Karang Endah, Cik Ani, saat dikonfirmasi mengaku sebelumnya pernah didatangi oleh Slamet yang meminta untuk dinikahkan dengan Rohaya. Serupa dengan orangtua asuh Slamet, Cik Ani menyuruh remaja itu pulang karena menilai permintaannya sangat aneh.

"Kemudian, saya memanggil Ketua RT 01 untuk menanyakan kebenaran dari hal keinginan Slamet itu," ungkapnya.

Ia mengatakan, saat berkoordinasi dengan seluruh perangkat desa untuk membahas dilema cinta buta yang dialami warganya itu, Slamet kembali mendatangi Kades guna menanyakan kelanjutan dari niatnya ingin menikahi Rohaya.

"Saya tidak bisa menghalangi pernikahan mereka. Terlebih lagi, Slamet mengancam kalau mereka berdua akan meminum racun jika keinginannya dihalangi," ujar Cik Ani.

Pernikahan antara remaja di bawah umur dengan nenek tiga cucu itu akhirnya berlangsung dengan mahar sebesar Rp 200 ribu. Video pernikahan mereka langsung viral beredar di media sosial.

Di video itu, Slamet langsung menutup mukanya saat dinyatakan sah oleh penghulu. Sementara, sebagian tamu yang menyaksikan pernikahan langsung meloncat-loncat kegirangan.

Karena viral di media sosial, justru memancing amarah keluarga dari Nenek Rohaya. Padahal, tadinya keluarga tidak mempermasalahkan pernikahan itu. Namun, karena sang nenek menjadi buah bibir, keluarga merasa malu.

Karena tidak terima, akhirnya anggota keluarga tersebut mengamuk dan tidak menerima pernikahan beda usia ini. Untuk mengantisipasi hal buruk terjadi, kedua pengantin baru ini sempat diungsikan ke rumah kepala dusun (Kadus) Amran.

Pasangan kontroversial ini juga diinapkan di salah satu rumah pamannya Selamet, yang tak jauh dari rumah nenek tersebut.

Kisah percintaan pasangan ini sempat menjadi kontroversi. Bahkan, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa memberikan komentarnya.

Alex kaget mendengar kabar pernikahan beda usia hingga 51 tahun tersebut. Menurut dia, pernikahan beda usia tersebut sudah tidak wajar karena rentang usia yang sangat jauh.

"Saya baru dengar kabar ini, cukup kaget juga," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu, 5 Juli 2017.

Namun, berdasarkan Undang-Undang (UU) Perkawinan, usia pengantin minimal 18 tahun. Kalau cinta memang tidak pilih umur, tetapi itu sudah melanggar, tidak boleh seperti ini.

Kebanyakan pernikahan yang kontroversial adalah pernikahan dini. Dan, kebanyakan dari pernikahan dini itu mempelai wanita berusia 14-15 tahun.

Namun, Alex menegaskan bahwa pernikahan dini tersebut sudah dilarang. Alasannya, karena ada batas umur untuk menjaga kesehatan calon mempelai wanita.

Jika kasusnya seperti ini, orang nomor satu di Sumsel tampak bingung ingin berkomentar. Pihaknya bahkan ingin menanyakan, apakah latar belakang Selamet Riyadi dan Rohaya memutuskan untuk mengikat hubungan dengan pernikahan yang sah.

"Jangan menyalahkan dulu, tanyakan dulu dasarnya apa. Tapi Nenek itu sehat, ya," ucap Alex.

Sementara itu, Khofifah menyesalkan pernikahan di bawah umur itu. Dia mengatakan Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) kabupaten setempat langsung mendatangi kediaman Selamat dan Rohaya guna mengecek kebenaran informasi tentang pernikahan keduanya.

"Setelah dicek oleh tim dari Kementerian Sosial, ternyata mereka menikah di bawah tangan sehingga dipastikan tidak memiliki buku nikah. Sesuai dengan perkiraan awal saya, karena kalau menikah melalui Kantor Urusan Agama (KUA) jelas tidak mungkin karena mempelai prianya masih di bawah umur," kata Khofifah dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu (5/7/2017).

5 dari 7 halaman

Alasan Slamet Menikahi Nenek Rohaya

Saat diwawancarai, Selamet mengaku memiliki perasaan yang berbeda dengan Rohaya selama satu tahun terakhir. Terlebih Rohaya menjadi satu-satunya orang yang sangat perhatian dengan Selamet.

"Waktu saya sakit malaria, dia yang mengurus dan merawat saya. Lama-lama saya sayang dan cinta dengan dia," ujar Selamet.

Diduga karena kekurangan kasih sayang akibat ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah menikah lagi dan sang ayah yang sudah tiada, Selamet seakan mendapatkan perhatian lebih dari Rohaya.

Apalagi, Selamet sangat akrab dengan anak bungsu Rohaya dan ikut tinggal bersama Rohaya di rumah gubuknya yang berukuran 6x4 meter. "Ya memang cinta, jadi saya mau menikah dengan dia," katanya.

Sama halnya dengan Selamet. Saat ditanyakan tentang perasaannya, dengan tersenyum malu Rohaya mengakui bahwa rasa cinta juga dirasakannya ke suaminya yang layaknya cucu tersebut.

Raut mukanya pun kembali tersipu malu saat ditanyakan tentang "malam pertama" pasangan pengantin baru. Sambil melirik Selamet, Rohaya langsung menggelengkan kepala.

"Belum (malam pertama), karena kami masih pisah rumah, belum tinggal seatap," ungkapnya.

Untuk biaya hidup sehari-hari, Selamet biasa mengandalkan pekerjaan sebagai buruh tani, seperti memangkas dan mencabut jagung di ladang petani. Sedangkan, Rohaya hanya mendapatkan jatah hari-hari dari anak bungsunya.

Siswoyo, Ketua RT 01 Desa Karang Endah mengungkapkan, pernikahan pasangan suami istri ini sudah sah dan murni atas dasar suka sama suka.

Dirinya pun menolak jika pernikahan beda usia hingga 55 tahun ini karena alasan materi karena pasangan pengantin ini termasuk masyarakat menengah ke bawah.

"Biaya ijab kabul saja tidak ada, jadi ditanggung bersama oleh aparat desa dan warga setempat. Kalau uang maharnya dari Selamet sendiri. Mereka murni nikah atas dasar cinta, bukan karena harta," kata Siswoyo.

Menurut Cik Ani, Kepala Desa Karang Endah, sebelum sah menjadi suami istri, keluarga mempelai laki-laki menolak pernikahan tersebut. Selain karena beda usia yang cukup jauh, Selamet dinilai masih belum bisa siap untuk membangun rumah tangga.

Karena restu tidak kunjung didapatkan, Selamet dan Rohaya malah nekat akan bunuh diri dengan menenggak racun rumput.

"Ya, mereka nekat mau bunuh diri jika tidak diizinkan menikah," ujarnya kepada Liputan6.com, Selasa (4/7/2017).

Mendengar laporan dari warga, Cik Ani langsung mendatangi kediaman kedua mempelai. Setelah melakukan kompromi keluarga, akhirnya pasangan tersebut dapat dinikahkan.

6 dari 7 halaman

Pernikahan Nenek Nuria dan Ardi di Soppeng

Pernikahan beda usia kembali terjadi di Sulawesi Selatan, tepatnya di Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng. Kedua pasangan beda generasi itu adalah Ardi dan Nuria. Keduanya terpaut usia 40 tahun. Pasalnya, sang mempelai pria masih berusia 24 tahun, sementara mempelai wanita berusia 64 tahun.

"Iya, beda usia jauh karena yang laki-laki masih 24 tahun sementara yang perempuan sudah 64 tahun," kata Andi Amir, salah seorang warga yang menyaksikan pernikahan keduanya, kepada Liputan6.com, Kamis, 24 Agustus 2017.

Andi Amir menyebutkan, keduanya resmi menjadi pasangan suami istri di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, pada Kamis, 24 Agustus 2017.

"Pernikahannya berlangsung sederhana. Tadi ijab kabulnya, di KUA kecamatan," sebutnya.

Menurut Andi Amir, Ardi adalah warga Desa Goarie, Kecamatan Marioriwawo, sementara Nuria adalah warga Desa Watu Toa, Kecamatan Marioriwawo. "Ardi itu orang Amessangeng, (Desa) Goarie, dia biasa dipanggil Tambi. Sementara itu pasangannya orang (Desa) Watu Toa," jelasnya.

7 dari 7 halaman

Alasan Pemuda Soppeng Nikahi Nenek Renta yang Beda Usia 40 Tahun

Pernikahan beda generasi yang terjadi di Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, antara Ardi (24) dan Nuria (64) kini menjadi buah bibir. Pasangan tersebut memang beda usia hingga 40 tahun.

Hal itu diungkapkan Kepala Desa Goarie, A Sillang, saat dikonfirmasi. Dia mengungkapkan Ardi mengakui menyukai Nuria. Dengan alasan suka itu pula, Ardi bisa mendapatkan restu orangtuanya untuk menikahi wanita pujaan hatinya itu.

"Dia mengaku sangat suka sama istrinya itu. Saya sempat tanya waktu ke sini (Kantor Desa Goarie) untuk mengurus surat pengantar dan berkas- berkas pernikahannya," kata A Sillang, Jumat (25/8/2017).

Dia melanjutkan, Ardi membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk menjatuhkan pilihan ke wanita pujaan hatinya yang telah resmi menjadi istrinya itu.

"Ardi itu baru dua tahun jadi warga saya. Dia itu pendatang," ucap A Sillang.

A Sillang mengungkapkan bahwa resepsi pernikahan yang dilangsungkan oleh sejoli itu berlangsung sangat sederhana. "Soalnya salah satu staf saya sempat ke sana kemarin," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini: