Liputan6.com, Cirebon - Empal gentong menjadi salah satu kuliner khas Cirebon yang juga banyak diburu wisatawan ketika libur Natal maupun tahun baru 2018. Potongan daging sapi yang empuk di kuah hangat dalam gentong tua menjadi ciri khas setiap penjual empal gentong. Semakin nikmat karena empal ditambahi kucai dan daun bawang.
Walau mirip gulai, rasa empal gentong berbeda jauh. Daging dan kuah gurihnya membuat penikmatnya selalu terkenang. Jika tak percaya, lihat saja jumlah pengunjung yang memadati sejumlah tempat penjual makanan tradisional Cirebon itu.
Advertisement
Namun, tidak semua penikmat kuliner empal menyadari rahasia di balik kenikmatan Empal Gentong khas Cirebon itu. Pemilik warung Empal Gentong, Mang Kojek, mengungkapkan selain bumbu, rahasia utama di balik kenikmatan kuliner khas Pantura Jawa Barat tersebut ada pada gentongnya.
"Empalnya mah sama saja bentuknya, seperti itu. Tapi intinya bagaimana kondisi gentongnya," ujar Mang Kojek, Selasa, 26 Desember 2017.
Semakin gosong atau tua umur gentong, semakin nikmat dan lezat rasa Empal Gentong yang disantap. Oleh karena itu, sebagian besar pedagang empal gentong lama memiliki gentong yang usianya sudah tua.
Gentong Baru
Lalu, bagaimana dengan maraknya pedagang empal gentong yang baru? Kojek mengungkapkan penjual baru empal gentong memiliki cara untuk membuat gentong tersebut gosong dan terlihat tua. Yakni, gentong dibakar menggunakan kayu hingga gosong.
Sembari dibakar, gentong diisi air yang dicampur jantung pohon pisang hingga melekat dan terlihat menua. Setelah itu, gentong dikeringkan. Sementara pada bagian luar, gentong rajin dibalur dengan getah pisang.
Mang Kojek menjelaskan, perlakuan itu agar lapisan gentong yang terbuat dari tanah liat mengunci dan gentong terlihat padat. Dengan begitu, rasa empal gentong makin mantap saat disantap.
"Terus saja sampai gentong terlihat gosong dan serat pada gentong mengunci sendiri," kata dia.
Menurut dia, gentong baru tidak menjamin air dalam lapisan tanah liat itu kering. Membakar gentong hingga gosong juga membantu mengeluarkan kadar air yang tersisa.
Advertisement
Jodoh-jodohan
Pedagang empal gentong atau kuliner tradisional Cirebon lainnya tidak bisa sembarangan. Mang Kojek mengaku, banyak para pedagang empal gentong yang bangkrut karena berbagai alasan.
Selain dari rasa dan manajemen usaha, sebagian besar juga karena kondisi gentong yang tidak dibakar terlebih dahulu. Bahkan, pedagang empal gentong juga seperti memetik hoki.
"Jodoh-jodohan, Mas. Ada pedagang empal yang belum satu tahun gentongnya pecah. Saya juga kurang tahu persis apa penyebabnya, padahal gentong sudah dibakar," kata Kojek.
Perlakuan gentong pada makanan empal gentong juga tidak bisa sembarangan. Saat warung makan tutup, gentong tersebut harus dicuci bersih hingga tidak berbekas.
Dia mengatakan, perlakuan gentong pada empal gentong layaknya memperlakukan manusia. Apalagi, empal gentong menjadi sumber penghasilan seseorang dalam berusaha.
"Gentong kan terbuat dari tanah liat dan manusia juga tercipta dari tanah dalam Islam. Jadi, kita harus menghargai apa yang menjadi asal-usul kita," ujar dia.
Dalam penyajiannya, tempat makan empal gentong juga memiliki rasa dan ciri khas tersendiri. Bahkan, dalam perkembangannya, warung empal gentong juga menambah varian baru. Namanya empal asem.
Saksikan video pilihan berikut ini: