Sukses

Nenek Supiyani, Usia 101 Tahun Masih Cari Kayu Bakar di Hutan

Perempuan yang satu ini tergolong langka. Di usianya yang menginjak 101 tahun, nenek Supiyani masih terlihat sehat keluar masuk hutan.

Banyuwangi - Nenek asal Dusun Panggang, RT 01 RW 01, Desa Kampunganyar, Kecamatan Glagah di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, itu masih sanggup mengumpulkan kayu bakar di hutan. Wajah keriput, punggung membungkuk, mata yang mulai rabun serta gigi ompong tidak menghalangi Supiyani untuk menjalani aktivitasnya setiap hari.

Menginjak usia 101 tahun, nenek Supiyani masih giat mencari kayu bakar di hutan dekat rumahnya, Dusun Panggang, RT 01 RW 01, Desa Kampunganyar, Kecamatan Glagah di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Untuk menuju hutan, wanita tua itu harus berjalan menempuh jarak dua kilometer. Aktivitas itu rutin dilakukan setiap hari. Kendati usianya sudah seabad lebih, Supiyani masih kuat menerabas lebatnya hutan untuk mengumpulkan kayu bakar.

Tidak ada kata lelah baginya. Meskipun sudah dilarang oleh anak dan cucunya, Supiyani masih saja ngeyel dan tetap menjalani aktivitasnya tersebut.

Selain mencari kayu bakar, Supiyani juga masih kuat memasak dan membersihkan rumahnya. Hampir setiap hari, ia mengaku tidak pernah tidur siang.

"Saya tidur kalau malam saja. Mulai pukul 20.00 sampai subuh pukul 04.00 WIB," ucap nenek Supiyani, saat ditemui Jawa Pos Radar Banyuwangi, di rumahnya Dusun Panggang, RT 01 RW 01, Desa Kampunganyar, Glagah, Selasa, 26 Desember 2017.

Supiyani mempunyai satu anak, tiga cucu dan tiga cicit. Dia tinggal bersama anaknya Tasripah, 50 tahun. Meski sudah dilarang untuk bepergian keluar rumah, sang nenek tidak mau mendengarkan larangan tersebut.

"Saya lebih baik pergi mencari kayu. Kalau berada di rumah saya seperti terkurung dan tidak biasa," ujar sang nenek yang kelahiran tahun 1916 itu.

Baca berita menarik dari JawaPos.com lain di sini.

 

 

2 dari 3 halaman

Bawa Kayu Bakar di Atas Kepala

Setiap hari Supiyani membawa pulang kayu bakar yang diletakkan di atas kepalanya. Selain itu, sang nenek juga menjinjing daun singkong serta pakis yang didapatkannya dari hutan dan dibawa pulang untuk dimasak.

Menurut Sumiati, 30, cucunya, Supiyani jarang sekali mengonsumsi daging dan minum air es. Setiap hari, dia hanya makan sayuran dan air putih saja. Selama ini tidak ada keluhan sama sekali dengan kondisi kesehatan tubuhnya.

"Mbah Yani memang begitu. Mungkin umurnya panjang karena selalu mengonsumsi tumbuhan saja dan rutin jalani aktivitas," Sumiati mengungkapkan.

Jika dilarang untuk pergi keluar rumah, nenek Supiyani malah marah-marah dan merasa pusing kalau harus tidur di rumah.

3 dari 3 halaman

Kekhawatiran Keluarga

Sejauh ini, menurut Sumiati, keluarga khawatir jika Supiyani terperosok dan jatuh di jurang. Terutama, kondisi fisiknya yang tua itu.

"Bagaimana lagi ya. Kalau dilarang saya malah dimarah-marahi," ujar Sumiati.

Adapun semua teman seangkatan Supiyani sudah meninggal dunia. Keluarga mengaku jika teman-teman Supiyani meninggal dunia karena sakit. Kini yang tersisa hanyalah Supiyani. Hingga berumur 101, dia masih kuat berjalan jauh dan tidak mengenal rasa lelah.

Sumiati menuturkan pula, Supiyani dahulu menikah hingga dua kali. Suami yang pertama meninggal karena sakit saat usia Supiyani 30 tahun. Selanjutnya, dia menikah kembali dan dikaruniai seorang anak saja. Suami yang kedua meninggal karena sakit saat Supiyani berumur 64 tahun.

Nenek Supiyani masih menjalani aktivitasnya setiap hari untuk mencari kayu bakar. Dan tidak satu pun orang yang bisa menghalangi kesehariannya tersebut.

Jika ada orang yang mencoba untuk melarangnya, maka omelan khas orang tua Oseng akan mencuat dari mulutnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini: