Liputan6.com, Brebes - Senyum bahagia Emiti (32) mengembang. Ibu dari bayi Icha Selfia (7 bulan) yang tewas setelah ditelantarkan puskesmas itu baru saja memperoleh kado jelang tahun baru.
Rumah reyot warga Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah itu baru saja selesai diperbaiki. Emiti dan keluarganya kini bisa tinggal di rumah cukup layak yang sudah memiliki kamar mandi dan dialiri listrik.
Biaya bedah rumah Emiti dibantu oleh sejumlah elemen masyarakat, termasuk anggota Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila (PP) Brebes dan masyarakat lainya.
Advertisement
"Alhamdullilah rumah saya sudah selesai diperbaiki. In sya Allah sudah nggak bocor lagi di mana-mana," ucap Emiti di kediamannya, Kamis, 28 Desember 2017.
Baca Juga
Ia pun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara gotong royong dan swadaya dari masyarakat untuk memperbaiki kediamannya.
"Saya terima kasih sekali untuk bantuan rehabilitasi rumah ini. Mereka semua orang yang baik. Saya berjanji akan menjaga dan merawat rumah ini dengan sungguh-sungguh," ucapnya.
Tak hanya memperbaiki rumah, relawan juga melengkapi isi rumah dengan perabot baru. Mulai dari kasur, lemari pakaian, hingga televisi dibawa masuk ke dalam rumah itu.
Sementara itu, Ketua MPC Pemuda Pancasila Brebes, Wahyudi Nooraly berharap bantuan yang diberikan bagi ibu yang kehilangan bayinya setelah ditelantarkan puskesmas itu bertujuan untuk membantu sesama.
"Meskipun nggak seberapa banyaknya bantuan itu diberikan, paling tidak bisa memberikan tempat layak agar bisa hidup sehat. Karena rumahnya sebelum diperbaiki memang kondisinya tak layak ditinggali," ucap Wahyudi.
Berjalan Kaki 1,5 Km
Anak kelima Emiti meninggal dunia pada Minggu, 10 Desember 2017 lalu. Nyawa bayi itu tak tertolong karena tidak mendapatkan penanganan medis dari puskesmas setempat. Sang bayi ditolak dengan alasan kelengkapan administrasi.
Emiti mengatakan, anak terakhirnya itu mulai merasakan sakit sejak Jumat malam, 8 Desember 2017. Icha mengalami gejala muntah dan berak (muntaber) secara terus-menerus.
Malam itu, ia pun langsung membawa sang bayi ke tukang urut yang berada tak jauh dari kediamannya. "Tapi sama tukang urutnya suruh dibawa ke Puskesmas Sidamulya," ucap Emiti.
Keesokan harinya, sekitar pukul 10.00 WIB, dia jalan kaki membawa anaknya ke puskesmas yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari rumahnya. Bukannya mendapat penanganan, sampai puskesmas dia malah ditelantarkan.
"Saya tidak dilayani sama sekali di sana. Padahal saat itu ada tiga petugas puskesmas," tutur Emiti.
Ia pun kecewa dengan pelayanan puskesmas tersebut. "Memang saya akui dari keluarga miskin, tapi enggak seharusnya mendapat perlakuan seperti ini," imbuhnya.
Alasan penolakan saat itu, menurut Emiti, dia tidak membawa Kartu Indonesia Sehat (KIS) atas nama anaknya yang meninggal dunia tersebut. Dia hanya membawa kartu jaminan kesehatan miliknya sendiri.
"Anak saya kan belum punya KIS karena masih bayi. Saya bawa KTP sama Jamkesmas punya saya," katanya.
Merasa tak akan mendapat penanganan, dia pun akhirnya pulang. Emiti sempat mampir ke bidan di dekat rumahnya, tapi yang bersangkutan tidak ada."Akhirnya saya beli obat seadanya di warung. Saya juga kasih ASI bisa, mau minum dia. Tapi masih belum sembuh," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement