Sukses

Top 3 Berita Hari Ini: Makam Siapa di Tengah Waduk Kulon Progo?

Top 3 Berita Hari Ini, Waduk Sermo mulai dibangun setelah transmigrasi massal alias bedol desa dilakukan terhadap 100 kepala keluarga.

Yogyakarta - Top 3 Berita Hari Ini, Waduk Sermo merupakan sebuah obyek wisata di wilayah Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, Jawa Tengah. Panoramanya yang indah membuat tempat ini menjadi primadona bagi wisatawan.

Namun di balik keindahannya, muncul cerita-cerita menyeramkan yang bisa bikin bulu kuduk merinding. Salah satunya kisah makam yang terletak di tengah-tengah Waduk Sermo.

Kenapa makam tersebut bisa ada di tengah waduk? Bermula dari kegiatan bedhol desa pada tahun 1996. Ratusan kepala keluarga dipindahkan agar pembangunan waduk bisa dilakukan. Tidak hanya warga, sebuah makam leluhur pun juga tak luput dipindahkan.

Makam siapakah itu? Dan bagaimana akhirnya makam tersebut bisa ada di tengah-tengah waduk?

Mengakhiri tahun 2017 kemarin, banyak cerita menarik yang cukup menyita perhatian para pembaca Liputan6.com. Salah satunya, pernikahan di tanah Bugis.

Dari seorang pemuda asal Nias yang menikah dengan jasad kekasihnya, pernikahan sesama jenis hingga 115 buah cincin emas dipersembahkan sang mempelai pria kepada istrinya sebagai mas kawin pernikahan.

Berikut berita terpopuler dalam Top 3 Berita Hari Ini: 

1. Kisah Makam di Tengah Waduk Sermo Kulon Progo

Makam di Tengah Waduk Sermo. (Liputan6.com/ Yanuar H)

Waduk Sermo, Kulon Progo, Jawa Tengah yang diresmikan oleh Presiden Soeharto 20 November 1996, kini telah menjadi destinasi wisata favorit warga setempat bahkan wisatawan. Tidak hanya karena panoramanya yang indah, kisah menyeramkan tentang makam leluhur yang berada di tengah waduk, menjadi daya tarik tersendiri.

Untuk pembangunan waduk ini, Pemda Kulon Progo melakukan transmigrasi massal alias "bedol desa". Sebanyak 100 kepala keluarga ditransmigrasikan ke Tak Toi Bengkulu dan 7 KK ditransmigrasikan ke Perkebunan Inti Rakyat (PIR) Kelapa Sawit, Riau.

Narno, pengemudi perahu wisata waduk Sermo mengatakan jika ia dan keluarganya termasuk penghuni desa Sermo yang harus bedol desa itu.

Narno pun juga bercerita kepada wisatawan yang menaiki perahunya tentang sejarah waduk Sermo. Salah satunya cerita bedhol desa pada tahun 1996 lalu sehingga membuat semua yang ada dalam dusun pindah. Termasuk, makam leluhur yang ada di Sermo.

Selengkapnya...

2. Kaleidoskop 2017: 10 Pernikahan yang Menghebohkan Tanah Bugis

Ilustrasi pernikahan (Foto: rd.com)

Sepanjang tahun 2017, terjadi sejumlah pernikahan di Tanah Bugis, Sulawesi Selatan yang membuat heboh warga setempat maupun warganet.

Demi membuktikan cinta sejatinya, Ahmad Khadir atau yang akrab disapa Edi, pemuda asal Kepulauan Nias, Sumatera Utara nekat menikahi jenazah kekasihnya, Erni, sesaat sebelum gadis asal Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan itu dimakamkan.

Setelah Edi mendapat restu dari orangtua Erni, keduanya pun dinikahkan oleh Imam Masjid Lampoko di rumah duka. Setelah ijab kabul mereka usai, jenazah Erni pun segera dikafani lalu dimakamkan.

Kisah selanjutnya, seorang duda berusia 62 tahun itu berhasil mempersunting gadis berusia 18 tahun bernama Diana Daeng Ngani. Alasan sang gadis mengapa menikah dengan pria yang terpaut usia lebih jauh, hingga kini belum terkuak.

Tak kalah bikin geger warganet, foto resepsi pernikahan sesama jenis. Identitas asli Rahmat Yani alias Rahmayani kemudian terungkap setelah fotografer pernikahan keduanya mengunggah foto pernikahan mereka di akun Facebook miliknya.

Selengkapnya... 

3. Keterbatasan Fisik dan Harta Mempersatukan Tiga Lansia di Jember

Rumah Nelongso di Dusun Ampel Krajan, Desa Ampel, Kecamatan Wuluhan, Jember. (Liputan6.com/JawaPos.com)

Pilu, begitu yang dirasakan ketika masuk ke rumah tua di Dusun Ampel Krajan, Desa Ampel, Kecamatan Wuluhan, Jember. Di rumah ini, hidup tiga orang lansia. Tidak hanya berumur senja, ketiganya juga memiliki kekurangan fisik. Dua lumpuh, satunya buta.

Semula, salah satu rumah yang ada di Dusun Ampel Krajan, Desa Ampel, Kecamatan Wuluhan, Jember itu hanya dihuni oleh pasangan suami istri bernama Mujito, 65, dan Legimah, 61.

Sebelum lumpuh, Mujito sendiri menafkahi keluarganya dari hasil kerja sebagai kuli serabutan di ladang orang. Namun begitu lumpuh, penghidupan keluarganya tertumpu pada istinya, Legimah.

Penghuni rumah itu bertambah sejak seminggu terakhir, ketika Samin, 80, kakek tua yang lumpuh kakinya ikut ‘mbambung’ di rumah itu. Dia menjadi nomaden setelah kisaran dua tahun silam rumah reotnya ambruk.

Selengkapnya...

Â