Liputan6.com, Gianyar - Beragam potensi wisata bertebaran di Bali, dari alam hingga budaya. Keindahan alam Pulau Dewata memang juara, seperti di Ubud, Kabupaten Gianyar, misalnya.
Di sana keindahan alam yang masih alami itu tampak nyata. Ubud adalah gambaran suasana desa yang damai nan permai.
Hampir sebagian besar kawasan Ubud terdiri dari areal persawahan yang menghijau mengitari pemukiman penduduk. Selain pemandangan persawahan yang menyejukkan mata, kita dapat menikmati sepi di Bukit Campuhan Ubud.
Advertisement
Baca Juga
Datanglah pagi hari ke bukit yang dijuga dikenal dengan nama Campuhan Ridge Walk ini. Jika cuaca sedang bagus, rupa alam Ubud akan terasa begitu menakjubkan.
Aktivitas jalan-jalan sederhana cukup untuk menikmati bukit. Meski ada cara lain yaitu dengan bersepeda santai. Jalurnya cukup luas berukuran 1,5 meter dengan panjang jalur trekking sekitar 2 kilometer.
Meski kelihatannya sederhana, hal inilah yang justru diinginkan oleh kaum urban. Menikmati langsung udara segar, melihat pemandangan hijau rumput ilalang yang menenangkan serta keindahan lembah sungai dan bentuk terasering sawah.
Jika belum puas, bisa dilanjutkan dengan mengeksplorasi bagian Ubud yang lain. Tak jauh dari Bukit Campuhan, terdapat restoran hingga galeri seni dan toko-toko yang menjual kerajinan lokal.
Untuk menuju lokasi Bukit Campuhan Ubud ini sebenarnya tidak jauh dari Ubud Central, walaupun memang agak tersembunyi di tengah kerumunan villa yang mulai menjamur di Ubud.
Bukit Campuhan bisa dicapai dengan hanya menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit dari Kota Denpasar atau kira kira 50 menit dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai.
Dari Pasar Ubud menuju ke arah Hotel Ibah. Di samping kiri Hotel Ibah tepat berada jalan menuju Bukit Campuhan. Disediakan lokasi parkir bagi kendaraan roda dua dan empat.
Â
Pusat Energi Ubud
Setelah puas berjalan-jalan di bukit, belum afdal rasanya jika belum mendapatkan cerita dari warga setempat tentang keberadaan bukit nan indah ini.
Salah satu cerita yang didapat dari warga bernama Ari Yono (41). Menurut dia, keberadaan Bukit Campuhan Ubud ini tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Pura Gunung Lebah.
Menariknya, lokasi Pura Gunung Lebah terletak di bawah jembatan Sungai Campuhan. Ari menjelaskan, Pura Gunung Lebah ini termasuk dalam Pura Kahyangan Jagat dan merupakan cikal bakal keberadaan Desa Ubud.
Campuhan sendiri berasal dari bahasa Bali yang secara harafiah berarti 'campur'. Hal tersebut dimaksudkan pada pertemuan dua arus sungai, yaitu Cerik dan Oos.
"Campuran dua sungai yang jadi pusat energi di Ubud dan cikal bakal Ubud," tutur Ari kepada Liputan6.com, Senin, 1 Januari 2018.
Sedangkan Gunung Lebah sendiri, kata Ari, memiliki arti sebuah 'bukit kecil yang berada di lembah'. Cerita bermula saat seorang pendeta Hindhu bernama Rsi Markendya kagum dengan keindahan bukit.
Untuk mendapatkan pembebasan diri dan ketenangan batin, tempat ini kemudian dijadikan sebagai pura agar menyatu dengan Hyang Pencipta dan membuka hutan di sekitar pura tersebut sebagai tempat permukiman yang sekarang dikenal dengan nama Ubud.
Di lembah ini, juga banyak ditemukan tanaman obat (Ubad dalam bahasa Bali) yang pada akhirnya menjadi kata Ubud hingga sekarang. Ari mengatakan, hal penting yang harus diperhatikan saat mengunjungi tempat ini adalah menjaga ketertiban dan kebersihan. Sebab, menikmati keindahan Bukit Campuhan, Ubud, ini juga harus menghormati kesucian tempat.
"Intinya harus saling menghargai dan menjaga kenyamanan dan ketenteraman," ujarnya.
Advertisement